NovelToon NovelToon
Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?

Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 13

Pasar vintage Brocante di Talloires terbentang seperti museum hidup di tengah desa pegunungan. Tenda-tenda warna-warni berjajar, memajang buku-buku tua, kamera analog, cangkir porselen bermotif bunga, dan poster konser dari dekade yang berbeda.

Brocante d’Annecy tidak seperti pasar loak biasa. Di bawah bayang-bayang pepohonan telanjang yang tertutup embun beku, tenda-tenda kecil berjejer rapi di sepanjang alun-alun kota tua. Aroma kayu tua dan kayu manis, kain vintage, dan croissant hangat bercampur menjadi satu dalam udara dingin yang menggigit.

Setiap sudut menawarkan kejutan, mulai dari koper kulit bergaya 1930-an, jam antik dengan jarum yang berdetak pelan, hingga porselen bermotif bunga yang tampak seolah baru keluar dari ruang makan keluarga bangsawan.

Bella langsung menyeret Adrian ke stan yang penuh dengan perhiasan logam tua.

“Lihat! Kalung ini seperti milik nenek buyut peri,” katanya sambil mengangkat liontin bundar yang permukaannya sudah buram tapi indah.

Adrian menatapnya curiga. “Kau yakin itu bukan tempat rahasia menyimpan kutukan ratu abad pertengahan?”

Di sisi lain, Lara berjalan perlahan, tangannya terbenam di saku mantelnya. Ia berhenti di depan tumpukan buku tua, jari-jarinya menyentuh punggung buku-buku itu dengan hati-hati, seolah takut membangunkan masa lalu yang tertidur.

Liam berdiri beberapa langkah di belakangnya, tampak tenang, namun matanya memperhatikan setiap gerak-gerik Lara. Ia ingin bicara, namun ada sesuatu dari ketenangan gadis itu yang membuatnya berpikir dua kali.

“Kalau dia terus diam begitu,” bisik Adrian pada Bella sambil menggigit churros-nya, “aku takut Liam akan berubah menjadi patung marmer dalam tiga menit ke depan.”

Bella tertawa. “Mungkin dia hanya, terpana dengan wajah yang selalu sendu itu.”

“Bukan terpana, Bel. Itu ekspresi ‘aku ingin berkata sesuatu, tapi entah kenapa tenggorokanku berubah jadi galeri seni kontemporer yang kosong.’” Adrian menirukan gaya Liam dengan nada parodi.

Di saat yang sama, Lara mengangkat satu buku usang dan membuka halaman pertamanya. Di dalamnya ada tulisan tangan pudar.

“Pour ceux qui se perdent en silence,” gumamnya pelan.

“Artinya ‘untuk mereka yang tersesat dalam diam,’” sahut suara di sampingnya, Liam. Suaranya dalam dan lembut.

Lara menoleh, sedikit terkejut. Ia tidak menyadari Liam sudah berdiri begitu dekat.

Ia hanya mengangguk pelan, kembali menatap halaman buku. Tapi kali ini, ia tidak keberatan kalau seseorang berdiri di sebelahnya.

Dari kejauhan, Adrian menepuk bahu Bella. “Lihat itu. Satu kalimat, dan dia berhasil berdiri sejajar dengan Ratu Salju kita.”

“Lara bukan ratu salju tapi ratu diam,” sahut Bella sambil tersenyum.

“Tapi setidaknya dia punya kekuatan. Bisa bikin pria berdarah campuran jadi gugup hanya dengan menghela napas,” balas Adrian penuh gaya.

Liam menunjuk halaman berikutnya. “Ini bagian yang paling menarik,” ujarnya. Lalu membacakan perlahan,

“La neige fond, mais le souvenir reste.”

“Salju akan mencair, tapi kenangan tetap tinggal.”

Lara menoleh sejenak, lalu menutup bukunya dan meletakkannya kembali.

“Sepertinya kenangan tidak selalu ingin diingat,” gumamnya.

Liam tidak menjawab, tapi ekspresi matanya berubah. Ada rasa ingin tahu yang tumbuh lebih dalam, bukan karena Lara misterius, tapi karena ketenangan dan jaraknya seolah menyimpan kisah yang belum terucap.

Adrian muncul di samping mereka dengan tangan penuh kantong kertas.

“Ada yang tertarik pada buku? Atau, seseorang?” katanya sambil menatap Liam dengan ekspresi, aku tahu segalanya.

“Adrian…” Bella muncul tepat di belakangnya, membawa syal rajutan tangan yang entah kenapa tampak lebih mahal dari harga makan malamnya semalam.

Liam menoleh pada Bella, lalu pada Lara, dan akhirnya pada Adrian.

Adrian bersedekap, lalu mengangkat alis. “Setelah ini kita bisa ke tepi danau. Jauh. Mendengar suara bebek-bebek lokal yang sedang bikin konser.”

Bella tersenyum kecil. “Bebek tidak pernah bikin konser. Mereka hanya ribut.”

“Seperti hatiku setiap kali kau menatap Liam,” bisik Adrian sambil mengedip iseng.

“Adrian.” Bella menatapnya tajam.

“Aku cuma, observatif,” ucap Adrian sambil mengangkat tangan menyerah.

Mereka pun kembali berjalan menyusuri pasar, namun nuansa di antara mereka mulai berubah.

Ada kehangatan samar yang muncul dari tawa, lirikan diam-diam, dan langkah-langkah kecil menuju sesuatu yang belum mereka tahu.

Pasar mulai lengang. Langit menggantung warna keperakan yang suram, sementara aroma kayu bakar, cokelat panas, dan kulit tua dari barang-barang antik masih menggantung di udara. Mereka sudah selesai menjelajah kios-kios pasar Brocante, masing-masing membawa kantung kecil berisi temuan unik, kartu pos antik, syal rajut tangan, dan satu lampu meja tua yang entah kenapa dipilih Bella dengan ekspresi penuh cinta.

“Kalau lampu itu bisa bicara, mungkin dia akan minta pensiun,” celetuk Adrian sambil meregangkan tangan.

“Aku suka barang yang punya sejarah,” jawab Bella dengan bangga.

Adrian menunjuk syal rajut ungu yang dibelitkannya secara eksentrik. “Ini juga punya sejarah. Penjualnya bilang, syal ini pernah dipakai anjingnya untuk kontes fashion musim gugur.”

Bella menganga. “Kau beli syal bekas anjing?!”

“Anjingnya menang medali emas. Jadi sebenarnya aku sekarang membawa simbol kemenangan,” kata Adrian dengan serius.

Tawa mereka pecah lagi, bahkan Lara tersenyum, meski masih menyimpan ketenangan di wajahnya.

“Lalu itu apa?” tanya Bella, menunjuk Adrian yang berjalan di depan sambil menggoyang tas belanjanya, di dalamnya hanya berisi satu buku puisi usang dan sebuah cangkir retak yang katanya penuh estetika patah hati.

“Cangkir antik yang penuh makna.” ujar Adrian sambil memperlihatkan cangkir yang sudah layak dibuang itu.

“Kamu membuang uang hanya untuk sampah itu?” Bella geleng-geleng kepala.

"Heii, ini bukan sampah, ini cangkir antik yang penuh sejarah cinta." Ujar Adrian lalu berkata lagi, “Kalau aku mati malam ini karena hipotermia,” katanya tiba-tiba sambil melangkah mundur, “tolong tulis di nisanku. Ia hidup demi puisi dan jatuh karena teh yang keburu dingin.”

Bella tertawa sambil membenarkan syalnya. “Kalau aku yang mati duluan, tolong pastikan aku tidak dimakamkan di dekat Adrian. Aku ingin istirahat dengan tenang.”

“Kau menyakitiku, Bella,” kata Adrian dramatis. “Tapi tak apa, sakit hati ini akan kutulis di ujung langit saat aku pergi dengan rohku menghadap yang Esa.”

Sementara Lara hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar celoteh kedua sahabatnya itu.

Suasana kembali riuh oleh tawa hangat.

Liam berjalan tenang di samping Lara, sesekali menatap wajah perempuan itu dari sudut matanya. Tapi Lara, dengan tangan diselipkan di dalam saku mantelnya dan pandangan lurus ke depan, tak menyadari lirikan itu.

Sesampainya di danau, air jernih nan indah itu begitu mencuri pandangan Lara.

Ia tidak tahu bahwa Liam sedang memperhatikannya dari sisi, bukan dengan tatapan mencolok, tapi lirikan tenang yang hanya bisa tertangkap jika seseorang benar-benar memperhatikan.

“Bagaimana bisa kamu diam terus, Lara?” tanya Adrian tiba-tiba. “Ini Brocante! Kita habis dari pasar penuh sejarah, dan kamu hanya bicara lima kata sejak pagi!”

“Aku menyerap suasana,” jawab Lara singkat.

“Kalau begitu, tolong keluarkan hasil serapannya sebentar saja. Atau setidaknya senyum sedikit untuk Liam. Dia kan tamu istimewa.”

Lara melirik sekilas, agak kaget disebut. “Senyumanku tidak bisa dibagikan sembarangan.”

“Ah,” Liam tersenyum, “Kalau begitu, aku akan merasa terhormat kalau suatu hari bisa mendapat satu, walau setengah saja pun tak apa.” ujar Liam membuat Lara menjadi sedikit canggung.

Lara menatap permukaan danau yang tenang, lalu mengembuskan napas pelan, seolah ingin membiarkan sesuatu yang berat menguap bersama udara musim dingin.

******

Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘

1
Yuli Yulianti
yg banyak dong up nya thor
Siti M Akil
lanjut Thor
Noey Aprilia
Hai kk....
Aku udh mmpir.....
Dr awl udh nysek,kbyang bgt skitnya jd lara....d khianati orng2 trdkatnya,apa lg dia tau kl dia cm ank angkat.....btw,hkum krma udh mlai dtang kya'nya....mnimal tau rsanya khilangn dn smga mrsakn pnyesaln s'umr hdp.....
partini
itu belum seberapa di banding rasa sakit lara ,kalian menyakitinya sampai trauma bertahun tahun
sekarang nikmati saja karma kalian
partini
busehhhh keluarga sinting,,semoga dapat karma dari author nya
Sasikarin Sasikarin
nah ni q ru suka... ada greget cerita nya. jg n yg di bahas lara terus... penyesalan g d bahas2... sip othornya
Mundri Astuti
mudah"an kena karma tuh sekeluarga, semuanya ngga punya perasaan, klo si Dila dipoligami gimana coba, masih bisa komen ngga tuh bapak, ibu sama budenya
yeni kusmiyati
thor sebenarnya arah ceritanya mau dibawa kemana?
Siti M Akil
lanjut Thor yang bnyk
Siti M Akil
lanjut Thor
Maple latte
baik kak, terima kasih atas kritiknya, akan author perbaiki untuk bab selanjutnya ya.
THAILAND GAERI
ceritanya keren Thor..tp kenapa setiap BAB baru ada narasi yg panjang buat digumamkan seorg?..seperti bicara kepada diri sendiri terlalu panjang ,,sorry ya thor
Sasikarin Sasikarin
yang sebelah g ada Kbl nya. jd baca lewat2 g konsen.
Mundri Astuti
KK author yg sebelah sana gimana kbrnya, dah ditinggal lara
Maple latte: sabar ya kak, kita fokus ke Lara dulu
total 1 replies
partini
Liam kamu yg harus gerak dulu aihhhhhh esmosihhhhhhhhh
partini
yang sabar Liam,itu udah beku tapi sayangnya dia masuk terkekang masa lalu cinta nya mentok di sana
ita rosita
ayo dong lara move on biar seruuuu
partini
hemmmm masih terbelenggu masa lalu no good lah
masa ga bisa move on Ampe tuir gitu come on
arniya
ih geregetan deh....
Mundri Astuti
ngomong" sdh ceraikah lara dari Arga, klo Arga nikah secara resmi sama Dila kan mesti persetujuan lara sbg istri pertama, ini mereka nikah kan tanpa persetujuan lara, ko bisa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!