Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Sinar matahari mulai condong ke barat, menembus kaca besar toko yang sudah hampir sepi, sebab akan tutup hanya tinggal menunggu beberapa pelanggan yang masih mengantre membayar dikasir.
Selena berdiri di depan etalase, memperhatikan Dina yang sibuk melayani pelanggan seraya dibantu karyawan lain.
“Din, aku ke café dulu ya,” ucap Selena sambil melepas apron dan menaruhnya di gantungan.
Dina mendongak menatap sekilas kearah Selena lalu tersenyum kecil. “Iya, Bu. Sekalian istirahat juga. Dari tadi ibu belum duduk sama sekali takut nanti pingsan dijalan.”
Selena yang mendengar itu, terkekeh pelan. "Iya kamu tenang aja".
Setelah itu, Selena meraih tas nya dan bergegas melangkahkan kaki nya menuju pintu. Tapi, baru saja tangannya menyentuh handle tiba-tiba dari arah dapur, Herman muncul dengan wajah belepotan tepung dan kardus di tangannya. “Wah, bos besar mau kabur nih,” godanya santai. “Padahal aku baru aja selesai ngangkut pesanan terakhir.”
Selena menoleh, menahan tawa kecil. “Kabur apanya. Aku cuma nyebrang ke cafe. Kamu bantuin Dina beresin dulu, ya.”
“Siap, asal nanti aku dikasih bonus roti sisa,” balas Herman dengan cepat sambil tersenyum tengil.
“Dasar tukang ngarep,” celetuk Dina sambil menepuk pundak pria itu.
Selena hanya menggeleng-gelengkan pelan keplanya sebelum berjalan ke arah pintu. Begitu keluar dari toko, angin sore langsung menyambutnya. Langit mulai berwarna oranye keemasan.
Dengan cepat, Selena segera melangkahkan kakinya menyusuri trotoar lalu menyeberang menuju café yang letaknya tak jauh dari toko.
Tapi, begitu sampai disebrang jalan ponselnya didalam tas bergetar. Sebuah pesan masuk dari Mama Jana.
“Sel, sidangnya udah selesai kan? Kamu gak apa-apa, Nak?”
Selena menatap layar sejenak, lalu mengetik pelan membalas pesan dari mama Jana.
“Udah, Ma. Semua baik-baik aja.”
Setelah itu, ia menekan tombol kirim seraya menarik napas panjang dan menatap ke arah café miliknya yang mulai menyalakan lampu gantung di terasnya. Tempat itu terlihat hangat, ramai, dan hidup berbanding terbalik dengan hatinya yang justru terasa hampa.
Kemudian, Selena kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe. Begitu masuk kedalam, suasana cafe sangat berbeda dengan toko kue tadi. Disini, terlihat lebih ramai pengunjung.
Para barista tampak sibuk, satu sama lain saling bergantian memanggil pesanan pelanggan. Di sudut dekat jendela, beberapa pengunjung asyik dengan laptop mereka, sementara dari arah speaker terdengar musik akustik yang menenangkan.
Di dekat meja kasir, Lily tampak duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, matanya fokus pada buku catatan di hadapan. Sesekali ia meneguk minumannya yang mulai dingin, lalu kembali mencoret sesuatu di sana.
“Masih sibuk banget, ya,” suara Selena pelan tapi cukup membuat Lily mendongak terkejut.
“Oh, Sel! Kamu udah datang aja,” sahut Lily sambil tersenyum, cepat-cepat ia menutup buku catatan di depannya. “Kupikir kamu udah pulang.”
Selena menggeleng pelan. “Nggak, mau lihat kondisi cafe dulu”. Lalu mengambil duduk disamping Lily.
“Pas banget,” ujar Lily sembari meregangkan badannya yang terasa pegal karena terlalu lama duduk. “Café lagi ramai, tapi suasananya enak. Aku aja dari tadi gak mau pulang.”
Selena tertawa kecil. “Iya, kayaknya kamu lebih betah di sini daripada di rumah.”
Lily pura-pura manyun, tapi kemudian tertawa juga. “Namanya juga kerja sama orang perfeksionis.”
Mendengar itu, Selena mengangkat sebelah alisnya, pura-pura tidak mengerti maksud Lily.
“Maksudnya siapa tuh?”Ujar nya bertanya
“Ya siapa lagi kalau bukan kamu, Bu Bos Selena Arunika". Jawab Lily bergurau
Dan, tawa kecil mereka seketika langsung pecah, menimbulkan beberapa tatapan dari pengunjung di meja dekat pintu.
Setelah itu, suasana kembali tenang, Lily menatap Selena sedikit ragu.
“Eh, ngomong-ngomong, tadi ada yang nyari kamu, Sel". Ucap Lily
"Nyari aku? Siapa ?" tanya Selena penasaran
"Kamu pasti gak akan nyangka siapa orang yang nyariin kamu". Kata Lily
"Memang siapa ?"
"Cakra..." sahut Lily pelan namun hati-hati takut menyinggung perasaan Selena. Sebab, ia sendiri juga tau bagaimana hubungan mereka berdua.
Deg!
Selena terdiam sejenak, pandangannya sempat kosong menatap meja di depannya. Ujung jarinya yang sedari tadi memainkan gantungan kunci di tas langsung berhenti bergerak.
“Cakra Maheswara?” tanyanya pelan, nyaris seperti gumaman. Memastikan jika bukan dia orang nya.
Selena terpaku. Nama itu seketika membuat dadanya menegang.
“Cakra…” bibirnya nyaris tak bersuara. Ujung jarinya kembali bergerak gelisah di atas meja.“Dia datang ke sini?” tanya Selena dengan hati-hati, nyaris seperti takut mendengar jawabannya yang akan di lontarkan oleh Lily.
Lily mengangguk pelan. “Iya. Dia datang sekitar lima belas menit yang lalu. Nanyain kamu.”
Selena tak langsung menanggapi. Ia terdiam cukup lama sampai Lily nyaris membuka suara lagi, tapi kemudian terdengar gumaman lirih dari bibir Selena, “Aku kira dia udah nggak akan muncul lagi.”
Lily menatap Selena dengan penuh simpati. “Jujur aja, aku juga kaget lihat dia balik lagi. Tapi, Sel, dari raut wajahnya kayaknya dia beneran pengin ketemu kamu.”
Cakra Maheswara, pria yang pernah menjadi bagian hidupnya sebelum digantikan oleh Erlan. Pria yang tiba-tiba pergi tanpa pamitan dan menghilang tanpa kabar seperti bak ditelan bumi, dan sekarang pria itu kembali setelah Selena sudah bersusah payah melupakannya dan menggantikannya dengan Erlan.
Melihat keterdiaman Selena, Lily menepuk pelan lengan perempuan itu.
"Sel..." panggil nya lirih, ia seolah ragu untuk mengatakan hal ini pada sahabatnya itu. Tapi, Selena harus tau.
"Ada yang ingin aku cerita sama kamu". Lily menjeda ucapannya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Lalu, mulai melanjutkan ucapannya lagi.
"Maaf kalo ini terdengar lancang, tapi kamu harus tau Sel. Malam saat kamu hampir dipaksa sama Erlan dan berakhir pingsan itu aku dan Cakra yang bawa kamu kerumah sakit. Cakra khawatir banget saat itu dengan kondisi kamu. Maaf Sel kalo aku baru kasih tau sekarang...." Ucap Lily menjelaskan.
Mendengar itu, sontak Selena langsung menolehkan kepalanya menatap kearah Lily dengan tatapan tak percaya.
"Cakra yang bawa aku kerumah sakit Ly?".
.
.
.
Jangan lupa dukungannya gengss... Like, vote dan komen... terimakasih 🎀🌹
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang