Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Yuan Chen pun keluar dari ruang gulungan tempur dengan gulungan kusam itu masih tergenggam di tangannya. Dia berjalan kembali ke ruang tempat Tetua Ma Jiu menunggu, dengan perasaan yang masih terguncang oleh aura kegelapan yang pekat dari gulungan tempur itu.
Saat dia keluar dari ruangan, Tetua Ma Jiu menatapnya dengan mata yang tajam, lalu pandangannya beralih ke gulungan tempur di tangan Yuan Chen. "Kamu tidak salah, memilih gulungan tempur itu, kan?" kata Tetua Ma Jiu dengan nada yang netral, tapi dengan mata yang berkedip penuh makna. Seolah-olah ia tidak ingin Yuan Chen mempelajari apa yang ada didalamnya.
Yuan Chen mengangguk, masih merasakan efek dari aura kegelapan yang pekat dari gulungan tempur itu. "Ya, Tetua. Saya ingin mempelajari jurus Pedang Pembunuh Dewa ini." katanya dengan suara yang tegas. Tetua Ma Jiu menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca, membuat Yuan Chen merasa penasaran tentang apa yang ada di pikiran Tetua Ma Jiu.
Tetua Ma Jiu pun menjelaskan dengan serius, "Teknik Pedang Pembunuh Dewa itu memang memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi juga memiliki risiko yang sangat besar. Elemen kegelapan yang terkandung di dalamnya dapat membangkitkan kekuatan yang tidak terkendali, dan jika kamu tidak bisa mengendalikannya, maka kamu akan menjadi budak dari kekuatan itu sendiri." katanya, dengan nada yang sangat serius.
Yuan Chen mendengarkan penjelasan Tetua Ma Jiu dengan serius, dan dia bisa merasakan aura kegelapan yang pekat dari gulungan tempur itu masih bersemayam di dalam dirinya. Meskipun telah diberi tahu tentang risikonya, Yuan Chen merasa bahwa dia harus mempelajari teknik itu, karena dia percaya bahwa dia bisa mengendalikannya.
"Aku ingin mempelajarinya, Tetua," kata Yuan Chen dengan tekad yang kuat. Tetua Ma Jiu menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca, lalu mengangguk perlahan. "Baiklah, jika kamu sudah yakin, maka aku tidak bisa melarang mu. Tapi, ingatlah, aku telah memperingatkan mu tentang risikonya." tegas Tetua Ma Jiu, memperingati. Dan Yuan Chen pun menganggukkan kepalanya.
Tetua Ma Jiu pun berbicara, "Kau... pasti akan menggunakan ruangan khusus milik gurumu untuk bermeditasi, kan?" tanya Tetua Ma Jiu dengan sangat serius.
Yuan Chen mengangguk, "Ya, Tetua. Saya akan menggunakan ruangan khusus itu untuk bermeditasi dan mempelajari teknik Pedang Pembunuh Dewa." Tetua Ma Jiu mengangguk, lalu meminta Yuan Chen memberikan kunci yang diberikan oleh Tetua Qin Yi sebelumnya.
"Ruangan itu telah disegel dengan teknik khusus untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Tapi, aku harus mengingatkanmu lagi, teknik Pedang Pembunuh Dewa ini sangat berbahaya. Tapi ruangan itu sangat istimewa, sangat cocok untuk kamu berlatih teknik tempur yang ganas ini." ujar Tetua Ma Jiu.
Yuan Chen pun mengangguk, "Saya mengerti, Tetua. Saya akan berhati-hati." Tetua Ma Jiu menatapnya dengan serius, "Aku berharap kamu bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, Yuan Chen." kata Tetua Ma Jiu.
Tetua Ma Jiu membawa Yuan Chen ke lantai lima Menara Pelatihan, di mana terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kayu dan emas yang indah. Pintu itu terlihat sangat kokoh dan memiliki aura yang kuat, seolah-olah dapat menahan kekuatan yang sangat besar. Tetua Ma Jiu membentuk segel tangan dan memasukan kunci yang diberikan sebelumnya ke dalam lubang kunci yang tersembunyi di pintu.
Setelah kunci dimasukan, terdengar suara dentingan yang lembut, dan segel pintu mulai terbuka dengan sendirinya. Tetua Ma Jiu mendorong pintu itu, dan sebuah ruangan yang luas dan tenang terbuka di depan Yuan Chen. Ruangan itu dipenuhi dengan aura yang damai dan tenang, membuatnya merasa nyaman dan rileks.
"Ini adalah ruangan khusus milik gurumu," kata Tetua Ma Jiu, "Di sini, kamu bisa bermeditasi dan mempelajari teknik Pedang Pembunuh Dewa dengan aman. Ingatlah, aku telah memperingatkan mu tentang risikonya. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika kamu membutuhkannya." sambungnya, dengan tegas.
Yuan Chen mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan itu, merasakan aura yang damai dan tenang memenuhi tubuhnya. Tetua Ma Jiu menutup pintu di belakangnya, dan Yuan Chen mendengar suara segel pintu yang kembali tertutup, menandakan bahwa dia sekarang sendirian di dalam ruangan itu.
"Aku pasti bisa mempelajarinya." gumam Yuan Chen, penuh semangat.
Yuan Chen duduk dengan tenang di tengah-tengah ruangan, kakinya menyilang dalam posisi lotus. Dia membuka gulungan tempur yang usang dengan hati-hati, dan aroma kertas tua serta debu memenuhi udara. Saat gulungan itu terbuka, aura kegelapan yang pekat kembali muncul, membuatnya merasa seperti terhisap ke dalam kegelapan.
Dengan mata yang terfokus, Yuan Chen mulai mempelajari teknik Pedang Pembunuh Dewa, membiarkan dirinya terbenam dalam kata-kata dan gambar yang tertera di gulungan itu. Semakin dia mempelajari, semakin dia merasakan kekuatan kegelapan yang terkandung di dalamnya, memanggilnya untuk melepaskan diri dan membiarkannya mengalir melalui tubuhnya.
Yuan Chen menarik napas dalam-dalam, tapi dirinya tiba-tiba terhisap ke dalam kegelapan, dan saat dia membuka matanya, dia telah berada di alam kesadarannya sendiri dan melihat sosok hitam seperti asap yang berdiri di depannya. Sosok itu memiliki sepasang mata merah yang menyala seperti bara api, membuatnya merasa seperti sedang ditatap oleh iblis dari neraka. Asap hitam itu mulai membentuk cakar dengan kuku yang panjang dan tajam, membuatnya merasa seperti sedang berhadapan dengan monster yang mengerikan.
"Siapa kamu?" Yuan Chen bertanya dengan suara yang tegas, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Namun, sosok hitam itu tidak menjawab, hanya menatapnya dengan mata merah yang menyala. Yuan Chen bisa merasakan aura kegelapan yang kuat dari sosok itu, membuatnya merasa seperti sedang berada di ambang kematian.
Tiba-tiba, sosok hitam itu bergerak mendekati Yuan Chen, cakarnya yang tajam siap untuk menyerang. Yuan Chen bersiap untuk melawan, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi sosok yang tidak terlihat seperti manusia ini. Apakah sosok ini adalah manifestasi dari kekuatan kegelapan yang terkandung dalam teknik Pedang Pembunuh Dewa? Atau apakah ini adalah ujian yang harus dia lewati untuk menguasai teknik itu?
"Manusia lemah belaka... ingin mempelajari teknik tempur Ras Iblis? Tidak tahu diri!" sosok hitam itu berbicara dengan sangat sinis.
Namun, telur hitam yang bersemayam di lautan jiwa Yuan Chen tiba-tiba mengeluarkan cahaya keemasan yang cemerlang, membuat Yuan Chen menutupi matanya menggunakan punggung tangannya, bahkan sosok hitam seperti asap itu sangat begitu terkejut.
"Untuk apa sampah sepertimu berada di lautan jiwa muridku!" telur hitam bersuara dengan sangat menggelegar, membuat asap hitam itu seketika berubah menjadi sebuah lendir berukuran kepalan tangan. Yuan Chen pun segera membuka kembali kedua matanya, melihat sosok telur hitam yang melayang di udara.
"Ka— Kau... tidak mungkin!" kata sosok hitam itu dengan tubuhnya yang terus menyusut.
"Hm! Jika kau tidak bersedia untuk menjadi kaki tangan muridku, maka aku tidak kan segan untuk melenyapkan kamu sekarang juga!" kata telur hitam, kembali bersuara dengan nada yang menggelegar seperti Sambaran guntur.
Yuan Chen sangat begitu terkejut. Bahkan telur hitam itu mampu membuat sosok asap hitam menjadi sangat begitu ketakutan. Bahkan wujudnya seketika berubah menjadi lendir yang melompat-lompat seperti balon berkata dua berwarna merah.
Yuan Chen semakin bertanya-tanya akan sosok apa sebenarnya telur hitam itu. Dia berpikir bahwa itu adalah telur naga, tetapi Yuan Chen juga mengingat bahwa telur itu dapat berubah wujud menjadi seekor kucing, bahkan dia juga mengingat bahwa sosok telur itu awalnya hanyalah sebuah batu hitam.
"Chen Chen, kan?" telur hitam itu berbicara kepada Yuan Chen.
"Eh... itu hanya panggilan guruku saja, namaku Yuan Chen!" kata Yuan Chen.
"Hm, jadi... aku yang memberikanmu kekuatan ini, tidak kau anggap sebagai guru?" cetus telur hitam dengan nada yang sinis. Yuan Chen pun terdiam, mematung.
"Sembah aku sebagai gurumu, maka aku akan menjadikanmu sosok terkuat di alam bawah ini." ucap Telur hitam dengan tegas.
"Benar, anak muda. Kamu pasti akan menjadi yang terkuat!" sela balon hitam bermata merah.
Duar!
Tiba-tiba telur hitam menembakan energi spiritual, mengarah kepada balon hitam. Membuat balon hitam itu melompat ke balik punggung Yuan Chen.
"Dasar sampah kecil! Siapa yang menyuruhmu bicara!" bentak telur hitam dengan suaranya yang mengeras.
"Hehehe... Maaf tuan," jawab balon hitam bermata merah, tetapi tidak berani menampakkan wujudnya di hadapan telur hitam.
"Baiklah! Aku bersedia menjadi murid anda, tuan telur!" kata Yuan Chen.