" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Seperti alarm yang sudah sangat diketahui oleh para penghuni ruangan, jam sudah menunjukkan waktu berakhir untuk aktifitas pekerjaan hari ini dan ini langsung disadari membuat suasana menjadi sepi. Beberapa karyawan sudah merapihkan meja kerjanya, ada yang sudah bersiap dengan tas yang kini berada dipundak, ada juga yang telah menghela nafas lega setelah menyelesaikan beban pekerjaan yang cukup berat, meskipun terkadang waktu terasa berjalan cukup lambat namun akhirnya selesai juga.
Aaahhhh... Akhirnya selesai juga pekerjaan ini, meskipun banyak drama yang terjadi semua bisa terlewati juga, untung ada Nami dan juga Kak Dimas yang bisa membantu antara perasaan dan pekerjaan yang datang secara bersamaan. Baiklah... Mari kita lanjutkan dengan drama selanjutnya yang belum selesai, semoga Tuhan masih berbaik hati untuk memberikan stok sabarku disisa tenaga ini... Dan semoga Arga diberikan kesadaran dikepalanya jika semua hanya perlu kepercayaan.
Liora menghembuskan nafasnya dengan dalam dan seolah tengah mengeluarkan bebannya yang sejak tadi ditahan, laptop sudah mode shut down dan meja kerja sudah terlihat rapih, dan kini waktunya berpamitan kepada para rekan kerja untuk mengakhiri kegiatan hari ini.
" Guys... Gue balik duluan yaa semua sudah selesai dan tinggal kembali di cek besok pagi... Semangaaagttt". Liora terlihat masih semangat berpamitan kepada ketiga rekannya.
" Oke hati-hati Li, liat-liat kalau jalan jangan grasak-grusuk kakaunjayoh gak ada yang nanti bangunin soalnya". Nami kini yang menjawab terlebih dahulu karena sang kekasih sudah menunggu dirinya.
Adit melirik wajah sang sahabat setelah mendengar jawaban Nami, terlihat ada guratan galau yang semakin dalam pada wajah Ezra.
" Bener tuh kata si Nami, apa mau balik bareng Ezra aja biar kalau Lo jatoh ada yang bangunin?". Adit mencoba memancing kali ini.
" Gue udah gede Adit".
" Jangan pulang sendiri Li, kalau susah cari taksi biar..." Ezra kini menatap wajah Liora dengan sedikit serius.
" Tenang aja sahabat-sahabatku aku akan baik-baik saja, silahkan melanjutkan aktivitas yang sudah direncanakan mari pulang". Liora memotong ucapan Ezra kali ini.
Adit semakin mengerutkan keningnya menatap wajah sang sahabat, seolah Ezra tengah menahan kata-kata yang sebenernya ingin diucapkan namun pas akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.
Kini Liora berjalan dengan santai menuju ruangan Arga yang telah sepi, terlihat Dimas yang tengah berjalan menuju arah lift untuk pulang.
" Li, akhirnya Lo muncul juga.. Noh si Arga buset rusuh banget dari siang". Dimas sempat berhenti dihadapan Liora.
" Hah sumpah Kak? Aduh terus sekarang gimana masih bete atau udah gak mood ya".
" Mungkin keduanya bahkan bisa lebih dari itu, kaya gak paham aja sifat si Arga" Dimas tertawa pelan.
" Udah gue balik dulu, Nami udah nunggu semangat Arga cuma khawatir aja bukan berarti marah". Tepukan dipundak seolah memberikan energi positif untuk Liora.
" Terimakasih banyak Kak, hati-hati dijalan selamat berpacaran hehe". Liora kini melangkahkan kakinya menuju ruangan Arga yang terasa semakin sepi.
Pintu ruangan diketuk pelan, setelah diijinkan untuk masuk kini Liora membuka pintu ruangan yang langsung di suguhkan pemandangan dimana Arga tengah duduk tegap bersandar pada sofa ruangannya.
Wajahnya terlihat sedikit tegang dengan ponsel yang masih digenggam ditangannya, layarnya masih menampilkan room chat antara dirinya dengan Arga.
" Sudah sampai, Sayang".
Begitulah Arga meskipun sedang terjadi ketegangan, namun masih bisa memanggil dirinya dengan panggilan spesial.
Liora berjalan pelan dengan meletakkan tas dimeja dan langsung mengambil posisi duduk disamping sang kekasih.
" Maaf Honey, lagi-lagi aku mengabaikan pesanmu padahal aku sudah berjanji untuk berubah". Suaranya lirih namun belum ada air mata yang jatuh.
Arga yang memang tengah kesal namun masih berusaha untuk menahan emosinya, kini menghela nafasnya dengan cukup dalam.
" Jujur aku cemburu, kamu pergi dengan laki-laki yang jelas-jelas menyimpan perasaan kepadamu Sayang. Apakah cukup memberatkan kamu untuk bisa memberikan kabar kepadaku?".
Mendengar ucapan Arga membuat Liora semakin merasa bersalah, padahal selama ini Arga selalu memberikan kabar kepada dirinya tanpa diminta.
" Honey, aku yang salah seharusnya aku bisa mengatur fokus antara pekerjaan dan juga perasaan. Tolong bimbing aku untuk bisa lebih menghargai keberadaan kamu, kita sudah berjanji untuk saling memperbaiki diri bukan?".
Liora dengan nada lembut kini mengusap lengan sang kekasih. Tidak lupa untuk menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan juga Ezra selama berada disana, hati Arga semakin merasa panas namun semua sudah berakhir kini hanya tinggal memperbaiki bukan saling menyalahkan.
Liora kini menggenggam lembut tangan Arga dan mengusap punggung tangan sang kekasih membuat emosi Arga sedikit menguap.
" Aku terlalu takut kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya, Sayang. Ezra selalu berada disamping kamu bahkan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kamu dan juga memiliki perasaan lebih..."
Liora tersenyum lembut, sama sekali tidak defensif.
" Honey, lima tahun aku menunggu kamu dan pada akhirnya kamu penenang. Cuma kamu yang aku mau bukan Ezra atau siapapun".
Liora menatap lembut wajah Arga dengan tangan mengusap lembut pipi sang kekasih membuat Arga kini terdiam kaku.
" Hanya kamu tempat aku untuk pulang, aku cuma perlu dibimbing Honey. Lima tahun berpisah banyak perubahan pada diri kita, jadi mari kita saling mengingatkan dan saling memperbaiki hubungan ini".
Arga akhirnya menarik nafas dalam dan meraih tubuh Liora kedalam pelukannya. Kini pelukan itu terasa sangat menenangkan dan mampu meredam emosi yang memuncak, kehangatan yang semakin nyata membuat keduanya larut bahkan bisa meleburkan rasa lelah setelah seharian bekerja.