NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mata-mata di balik layar.

Xavier tersenyum miring saat mendengar jelas percakapan antara Bela, Adrian, dan Dimas yang terekam oleh alat penyadap kecil yang tadi ia titipkan. Tak cukup di situ, ia juga meminta salinan rekaman CCTV dari sudut ruangan restoran, bagian tempat mereka bertiga duduk dan berbicara serius.

"Dasar jalang..." gumamnya lirih, bibirnya melengkung dingin. "Penipu."

Sejak awal Xavier sudah menaruh curiga pada ibu tirinya itu. Kecurigaan yang muncul sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di mansion sang ayah. Bela terlalu manis, terlalu ramah—seperti sedang menutupi sesuatu. Dan sekarang, potongan puzzle itu semakin jelas.

Malam ini, di kamarnya yang sunyi, hanya cahaya laptop yang menerangi wajahnya. Jemarinya lincah menari di atas papan keyboard, menelusuri jejak digital milik Bela, Adrian, dan juga Dimas. Matanya menajam, fokus penuh, sementara jantungnya berdetak stabil—seolah ia sudah terbiasa menghadapi hal semacam ini.

Hingga beberapa menit kemudian, data yang ia cari muncul di layar. Xavier mencondongkan tubuh, menatap deretan identitas yang tersimpan rapi.

"Suami istri..." ucapnya pelan, menekankan kata itu dengan rahang yang mengeras. Tangannya mengepal kuat di sisi meja.

Ternyata benar, Bela dan Dimas sudah lama menikah. Adrian? Bukan hanya anak tiri semata—melainkan darah daging mereka sendiri. Fakta itu membuat darah Xavier mendidih.

"Berarti semua ini... permainan mereka dari awal," gumamnya, matanya berkilat penuh amarah.

Namun, alih-alih terpancing emosi, Xavier menarik napas panjang. Ia tahu, untuk melawan orang-orang seperti mereka, yang bermain di balik bayangan, ia tidak bisa asal menyerang. Ia harus lebih licik.

"Baiklah, Bela... Dimas... Adrian..." bisiknya sambil menutup laptop perlahan. "Kalian pikir bisa menjebak Leo dan menyingkirkan gue? Kita lihat siapa yang jatuh duluan."

Senyum dingin terukir di wajahnya, senyum yang menyimpan rencana panjang.

Xavier menyandarkan tubuhnya ke kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme lambat. Pikirannya berputar cepat. Jika Bela dan Dimas bisa dimusnahkan lewat data pernikahan mereka, Adrian justru berbeda. Bocah itu punya satu hal yang membuatnya tidak bisa diremehkan—kemampuannya di bidang IT.

"Adrian, ternyata lo gak sekedar pion... lo juga ancaman." gumam Xavier, matanya menajam.

Ia masih ingat jelas insiden di ruang kerja Daddy Leo. Semua rekaman CCTV mendadak hilang, terhapus bersih. Seolah-olah tak pernah ada yang masuk. Padahal, Xavier tahu betul siapa yang melakukannya, Adrian.

Tapi untung saja, Xavier selalu selangkah di depan. Saat itu, ia sudah memasang CCTV tambahan dengan sistem terenkripsi, tersembunyi di sudut yang tak terjangkau siapa pun. Rekaman itu masih tersimpan rapi dalam hard disk pribadinya—rekaman yang memperlihatkan dengan jelas Adrian dan Bela membuka laci rahasia, ingin mencuri berkas penting ayah mereka.

Xavier membuka file itu malam itu juga. Tatapan tajam saat melihat bayangan Adrian di layar, wajahnya yang penuh kepuasan setelah berhasil menghapus rekaman asli.

"Sialan, jago IT ya..." Xavier terkekeh miring. "Tapi lo lupa satu hal... selalu ada mata yang lebih tajam dari lo."

Ia menutup laptop, lalu meraih ponselnya. Jempolnya menari cepat di layar, mencari informasi tambahan tentang aktivitas Adrian di dunia maya. Dari jejak log-in, forum-forum underground tempat Adrian sering nongkrong, hingga transaksi kecil yang mulai menyingkap kelemahannya.

Setiap data kecil adalah senjata. Dan Xavier sudah tahu, cara terbaik menjatuhkan seseorang seperti Adrian bukan dengan kekerasan, tapi dengan mempermainkan keahliannya sendiri.

"Lo pikir bisa hapus semua jejak? Justru itu kelemahan lo, Adrian," ucapnya pelan, wajahnya tersenyum penuh perhitungan.

•●•

Di kamar yang penuh dengan perangkat elektronik, layar monitor berjejer dengan cahaya biru yang menyoroti wajah Adrian. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, sesekali terdengar bunyi klik mouse yang mantap.

Beberapa detik kemudian, deretan file rekaman CCTV dari restoran, tempat ia, Bela, dan Dimas bertemu—lenyap tanpa jejak. Semua terhapus bersih, seakan tak pernah ada percakapan rahasia di sana.

Adrian menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangkat kedua tangannya dengan senyum puas.

"Hm... gampang banget," gumamnya, suara rendahnya terdengar penuh kemenangan. "Kalau kayak gini, nggak akan ada yang bisa tahu apa pun."

Ia membuka sebotol minuman soda, meneguknya santai, lalu menatap layar yang kini hanya menampilkan kode kosong. Ada rasa bangga membuncah di dadanya. Dalam pikirannya, ia adalah orang yang tak terkalahkan di balik layar, lebih pintar dari siapa pun—terutama Xavier.

Adrian bersiul kecil, menikmati suasana kemenangannya. Ia benar-benar yakin rekaman itu sudah hilang selamanya.

Namun, di luar sepengetahuannya ada mata lain yang sudah mengawasi semua tindakannya dari sudut berbeda.

••

Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai, menyelimuti meja sarapan dengan hangat. Piring dan gelas tersusun rapi, aroma telur dadar dan roti bakar berpadu dengan wangi kopi segar. Suasana damai itu sejenak terganggu oleh suara tegas namun lembut Opa Arya.

"Sore ini, kamu latihan IT, Xavier," ucapnya sambil menatap cucunya dengan tatapan penuh harap.

Xavier tersenyum tipis, sudut bibirnya terangkat sedikit, seolah sudah merencakan sesuatu. "Baik, Opa," jawabnya singkat, nada suaranya tenang tapi penuh keyakinan. Matanya menatap layar ponsel sejenak, memikirkan strategi yang akan ia jalani nanti, sementara aroma sarapan tetap mengisi ruang makan dengan kesan hangat dan nyaman.

•○•

Sore ini, sesuai rencana, Xavier dibawa ke markas D' Angel bersama Opa Arya. Ruangan penuh layar monitor dan peralatan canggih, membuat suasan terlihat serius sekaligus menegangkan.

"Siap latihan, Tuan muda?" tanya Bagas, ahli IT handal D'Angel, sambil menyalakan beberapa perangkat.

"Siap," jawab Xavier singkat, matanya tajam menatap layar. Opa Arya lihat nih, pasti senang lihat cucunya fokus, pikirnya dalam hati.

Xavier mulai menari di atas keyboard, setiap jari bergerak cepat tapi terkontrol. Opa Arya sesekali menepuk pundaknya. "Bagus, tetap fokus, Vier."

Pelatihan berlangsung intens, dipenuhi simulasi pengamanan data dan penetrasi sistem. Sesekali Xavier melirik Bagas sambil mengangkat alis. Hm, gampang kalau gue fokus, pikirnya.

Setiap materi membuatnya makin tajam. Ia tak hanya belajar teknik IT, tapi juga mencoba pola lawan, mencari celah, dan menyusun strategi dengan ketelitian seorang maestro.

"Bagus, Vier. Baru pertama, tapi sudah menguasainya," puji Opa Arya dengan bangga, matanya berbinar penuh kepuasan.

Xavier hanya tersenyum tipis, menunduk sebentar, lalu menatap layar di depannya. Hm, sepertinya latihan ini bakal berguna, pikirnya.

"Bagaimana pendapatmu, Bagas, tentang Xavier?" tanya Opa Arya, menoleh ke sang ahli IT dengan penasaran.

Bagas mengangguk cepat, wajahnya serius tapi ada sedikit senyum. "Sangat memuaskan, Tuan. Dia langsung bisa mengerjakan tugas yang biasanya cukup rumit, bahkan dengan penjelasan singkat dari saya. Padahal, saya dulu butuh waktu sebulan untuk menguasainya, tapi Tuan Muda bisa begitu cepat."

Opa Arya tersenyum lebar, menepuk pundak Xavier pelan. "Itulah cucuku. Bakatnya memang luar biasa."

Xavier menatap layar kembali, pikirannya sudah mulai bergerak ke langkah selanjutnya. Kalau gue bisa secepat ini, rencana gue pasti bakal berjalan lebih lancar, gumamnya dalam hati.

Bagas kemudian menunjukkan simulasi keamanan digital yang lebih kompleks. "Ini level lanjutan. Kalau Tuan Muda bisa menaklukkan ini, maka kemampuan IT-nya, benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan."

Xavier mengangguk, matanya menajam. Ia mulai menekan tombol, setiap gerakan jari terlihat pasti dan cepat, sambil sesekali melirik Opa Arya. "Tenang saja, Opa. Aku bakal bikin semuanya sesuai rencana," ucapnya ringan, tapi nada suaranya penuh keyakinan.

Opa Arya tersenyum tipis, menatap cucunya yang mulai serius. "Kalau begini, Xavier... masa depanmu pasti luar biasa. Semua langkahmu akan terukur dan tepat."

Xavier membalas dengan senyum miring, matanya berbinar penuh tekad. Saatnya, langkah selanjutnya... gue siap."

1
kaylla salsabella
wah kirain yang lulus Xavier dan calista
kaylla salsabella
lanjut
kaylla salsabella
semoga jangan kambuh calista
kaylla salsabella
semangat calista😍😍😍
kaylla salsabella
pasti bella lagi rencana in sesuatu
kaylla salsabella
wah daddy leo ternyata kalah telak😁😁
kaylla salsabella
ayo vier...... semangat🤣🤣
kaylla salsabella
bagus opa... si calista juga di lindungi
kaylla salsabella
satu kata untuk Leon bodoh🤣🤣🤣
kaylla salsabella
lanjut thor.... jangan sampai bela nyentuh calista thor
kaylla salsabella
pasti si Ibu tiri Xavier
Lisa
Sombong banget cewe itu..mungkin fansnya Xavier tuh 🤭😊
Nona Jmn
Salting kak?😁
kaylla salsabella
cie... cie Xavier saling ya🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga Bianca tulus meminta maaf sama calista
kaylla salsabella
wah..... kenapa cuman 1 part thor😭😭
Nona Jmn: Aamin😭
total 3 replies
Lisa
Wah Bianca sampe minta maaf seperti itu 🤭
kaylla salsabella
semoga sembuh
Nona Jmn
Mohon doanya gays, semoga dapat lolos penilaian🫶
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!