Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 – Akademi Aggrale, Sarang Para Penerus Pahlawan
Langit dunia ini… berbeda.
Itu adalah kesan pertama yang muncul di benak Xiao Chen saat menatap langit Akademi Aggrale—biru pucat dengan garis-garis sihir tipis yang menjalin seperti jaring laba-laba. Aura dunia ini tidak bebas. Langitnya tidak bersih. Qi di tempat ini terasa terkekang, seperti dunia ini telah disegel sejak lama.
> “Mereka tidak hanya menindas ras lain… tapi juga menyegel langit.”
Dunia sihir telah dikendalikan oleh manusia selama lebih dari seribu tahun. Akademi Aggrale adalah pusat dari semua itu. Di sinilah para penyihir elite, keluarga bangsawan, dan garis keturunan para "Pahlawan" dilatih.
Namun kini, seorang kultivator dari alam yang lebih tinggi telah masuk ke sarang naga.
Dan naga itu... adalah Xiao Chen.
Gerbang Akademi
“Selamat datang di Akademi Aggrale, tempat para legenda masa depan ditempa,” ucap penjaga gerbang berbaju zirah sihir. Matanya memandangi Xiao Chen dan Serenia yang hanya mengenakan jubah sederhana.
Sementara itu, di belakang mereka, Elvira mengenakan pakaian pelayan akademi. Rambutnya disanggul, mata hijau zamrudnya tersembunyi di balik tudung. Tapi siapa pun yang memiliki mata tajam akan merasakan aura magis yang menggetarkan dari tubuhnya—meski tersembunyi rapat.
Petugas akademi memeriksa lencana pendaftaran mereka.
> “Xiao Chen. Rank E, pendaftar jalur luar biasa.”
“Serenia. Rank E, peserta lulus seleksi mandiri.”
“Elvira... Pelayan pribadi?”
“Pelayan?” tanya penjaga dengan nada curiga.
“Dia pengurus pribadi Serenia,” jawab Xiao Chen cepat. “Kau tahu kan, nona bangsawan itu tak bisa tidur jika tidak diselimuti oleh seseorang yang setia.”
Penjaga mengangguk pelan, lalu tertawa kecil. “Punya selera bagus, bocah.”
Asrama Akademi – Sayap Utara
Mereka bertiga ditempatkan di Sayap Utara, kawasan asrama elit untuk murid berbakat. Kebanyakan penghuninya adalah keturunan keluarga bangsawan kelas atas atau murid-murid terpilih dari ujian sihir nasional.
Serenia dan Xiao Chen berbagi kamar di lantai bawah, sementara Elvira ditempatkan di bangunan belakang yang biasa digunakan untuk pelayan pribadi.
Kamar mereka sederhana tapi bersih. Jendela menghadap ke arah taman akademi, di mana sihir elemen melayang lembut seperti kabut.
Malam itu, Xiao Chen duduk bersila di lantai kamar. Ia menghembuskan napas dalam-dalam dan mulai menyerap energi dunia ini. Meski tidak sekuat energi spiritual dari alam kultivator, ia bisa memurnikannya melalui tekniknya sendiri.
> “Dunia ini tidak rusak. Ia hanya dibungkam.”
Hari Pertama di Kelas
Pagi itu, ratusan siswa duduk di dalam Ruang Teori Sihir, aula besar berbentuk setengah lingkaran yang dikelilingi ukiran pahlawan manusia. Di tengahnya berdiri Profesor Darnel, lelaki tua dengan jubah ungu dan mata tajam seperti pisau.
“Selamat datang, calon penyihir,” ucapnya, suaranya menggema.
“Di tempat ini, kalian akan belajar sejarah manusia, seni sihir, formasi pertempuran, serta… tanggung jawab darah kalian.”
Ia menatap sekeliling, menekankan bagian terakhir dengan serius.
“Sebagian dari kalian adalah pewaris keluarga pahlawan. Sebagian lagi... hanyalah debu sejarah yang beruntung masuk ke sini.”
Beberapa murid tertawa. Mata mereka menatap Xiao Chen dan Serenia penuh ejekan.
> “Debu sejarah, ya…” Xiao Chen tersenyum dingin.
Saat pelajaran berlangsung, Profesor Darnel mulai mengajar tentang Lima Pahlawan Agung—lima manusia pertama yang menyatukan umat manusia dan mengusir ras campuran, membentuk dunia sihir saat ini.
Namun ketika ia menyebutkan bahwa “Raja Penyatu Ras” adalah iblis bertanduk tiga mata yang haus darah dan kekuasaan, Xiao Chen mengangkat tangan.
“Maaf, Profesor. Bukankah raja itu dikenal menyelamatkan banyak ras dan tidak pernah memulai perang?”
Ruangan langsung hening.
Semua murid menatap Xiao Chen.
Profesor Darnel menajamkan mata. “Apa kau sedang meragukan sejarah, bocah?”
“Aku hanya bertanya berdasarkan akal sehat,” jawab Xiao Chen tenang. “Bukankah aneh jika raja yang menyelamatkan banyak ras justru disebut iblis… hanya karena berbeda?”
Suara tawa sinis muncul dari pojok ruangan.
Seorang murid berdiri. Rambut emas panjang, mata biru dingin, dan jubah mewah berbordir lambang bintang tujuh. Leonhart, putra keluarga pahlawan keempat.
“Kau cukup berani untuk mempertanyakan leluhur kami. Apakah karena kau berasal dari ras rendah, maka ingin memutar sejarah sesuai kehendakmu?”
“Aku hanya menyuarakan apa yang kalian sembunyikan,” ucap Xiao Chen.
Duel Terbuka – Leonhart vs Xiao Chen
Sore harinya, pengumuman duel menyebar cepat. Xiao Chen menantang Leonhart di Arena Siswa.
Ratusan murid datang menonton. Arena besar dari batu sihir kuno menyala biru. Di atasnya, dua sosok berdiri berhadapan.
Leonhart mengangkat tongkat kristalnya.
“Aku akan menghancurkan kesombonganmu, rakyat jelata!”
Xiao Chen hanya berdiri tenang, tanpa sihir, tanpa tongkat, tanpa jubah pelindung.
> “Mulailah!”
Leonhart langsung mengeluarkan sihir Api Suci Tingkat 4 yang menyelimuti arena dengan pusaran panas membakar.
Namun detik berikutnya…
ZRAK!!
Sebuah tekanan tak terlihat menghantamnya. Tanpa sempat melihat, tubuhnya terlempar, menghantam dinding arena dan langsung tak sadarkan diri.
Hening.
Profesor Darnel berdiri dari kursi.
> “Tekanan itu… bukan sihir. Itu bukan… kekuatan dunia ini!”
Guncangan Akademi
Duel itu menjadi berita besar. Xiao Chen langsung dijuluki “Bocah Iblis dari Selatan”. Murid-murid biasa mulai menghormatinya, sementara kalangan bangsawan merundingkan langkah mereka.
Beberapa guru mulai mengawasinya. Beberapa yang lain… tertarik padanya.
Sementara itu, Serenia terus berlatih dengan metode kultivasi yang diajarkan Xiao Chen. Dalam waktu satu minggu, ia mampu menyalakan Api Jiwa, kekuatan yang belum pernah dicapai siswa tahun pertama manapun.
Elvira pun membangun jaringan rahasia di antara pelayan akademi—kebanyakan dari ras campuran atau budak. Mereka mulai menyebut Xiao Chen sebagai “Raja dari Langit yang Dijanjikan”.
Di malam sunyi, Xiao Chen duduk di atap asrama, menatap langit berbintang.
Serenia duduk di sampingnya. Elvira datang membawa teh panas.
“Ini awal dari segalanya, bukan?” tanya Serenia.
Xiao Chen menatap langit. “Aku tidak ingin menguasai dunia ini.”
Elvira tersenyum. “Tapi dunia ini sudah menunggu seseorang seperti dirimu.”
Xiao Chen terdiam. Angin berhembus pelan.
> “Mereka menyebutku iblis... Tapi iblislah yang akan membebaskan mereka dari rantai warisan dusta.”