NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Tok.

Tok.

"Masuk... " ucap Ayah Haris yang saat ini tengah berkecimpung dengan banyak berkas di atas mejanya.

"Surprize... " Tiba-tiba saja terdengar suara yang tidak asing muncul dari balik pintu.

"Andra? Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanya Ayah Haris dengan mata berbinar. 

Ayah Haris adalah ayahnya Mery, sementara Andra adalah sahabat terbaik Mery selain Kayla, yang memutuskan untuk bekerja di luar negeri, setelah mendapatkan penolakan dari Mery beberapa tahun silam. 

"Ayah, bagaimana kabar Ayah?" tanya Andra.

"Baik-baik saja," jawab ayah Haris sembari berdiri dan menepuk pundak Andra, mereka berdua pun segera duduk di sofa. 

"Kenapa Ayah sendirian? Dimana putri Ayah yang sangat cantik itu?" tanya Andra sembari mengedarkan pandangannya, karena sedari tadi dia tidak menemukan keberadaan Mery di semua sudut kantor.

"Ada di rumah suaminya." 

Degh.

Jantung Andra seketika berhenti berdegup beberapa detik, niat hati Andra pulang ke Indonesia untuk mencoba melamar Mery kembali, tapi ternyata dia yang malah dikejutkan, karena Mery sudah menikah dengan orang lain.

"Andra," panggil Ayah Haris. Andra pun segera berusa menyadarkan dirinya.

"Kenapa tidak ada yang memberikan kabar padaku di hari bahagia itu?" tanya Andra yang berusaha keras menguasai emosinya.

"Pesta pernikahannya diadakan cukup mendadak, jadi tidak begitu banyak orang yang tahu, hanya kolega dan mitra bisnis yang dekat saja," jelas Ayah Haris.

"Apa Mery sedang hamil?" tanya Andra dengan sedikit ragu.

"Enak saja kamu bicara, anak ayah masih perawan lah saat menikah," jawab Ayah Haris.

"Lalu kenapa pestanya dibuat dengan buru-buru, Ayah?" tanya Andra yang berusaha menggali informasi.

"Karena mereka dijodohkan, jika tidak buru-buru, nanti bisa-bisa mereka berdua membatalkan pernikahan tersebut," jawab Ayah Haris. Sontak saja hal tersebut membuat Andra tercengang.

"Apa Andra tidak salah dengar Ayah?" Andra segera menatap ayah Haris dengan tatapan seakan meminta penjelasan.

"Ayah tahu kan kalau Mery sempat menolak Andra waktu itu?" tanya Andra.

"Iya, Ayah tahu," jawab Ayah Haris.

"Lalu, kenapa dia malah memilih untuk menerima perjodohan tersebut?"

"Apa Mery menyukai pria itu?" cecar Andra yang tidak bisa mempercayai kebenaran yang baru saja dia dengar.

"Sepertinya putri Ayah sangat menyukainya," jawab Ayah Haris dengan santai.

"Ayah dan bunda kah yang menyukainya? Atau Mery?" tanya Andra yang masih tidak bisa menerima kenyataan.

"Kami semua menyukai suami Mery, Ayah dan Bunda juga menyukaimu," jelas Ayah Haris.

"Lalu kenapa Ayah tidak menjodohkannya denganku saja?" kesal Andra.

"Kalau masalah itu, Mery sendiri yang menentukan Andra," ucap Ayah Haris sembari sedikit mencebikkan bibirnya.

"Ck, gimana sih Ayah ini, jadi telat deh aku, dia sudah menikah dengan orang lain," gerutu Andra.

"Jangan berkecil hati, nanti kamu pasti akan bisa mendapatkan perempuan yang baik juga, sebaik putri Ayah," ucap Ayah Haris mencoba menghibur.

Andra pun segera mengambil tas tenteng yang tadi dia letakkan di sebelah kursi, kemudian memberikan tas tersebut pada Ayah. "Apa ini Andra?" tanya Ayah. 

"Ini ada sedikit oleh-oleh Ayah, sebagian besar adalah kue kesukaan Mery," jelas Haris.

"Repot-repot saja kamu Andra. Kamu datang ke Indonesia untuk berlibur ataukah pulang?" tanya Ayah Haris.

"Sebenarnya aku ingin pulang, tapi setelah mengetahui bahwa Mery sudah menikah, ya aku balik lagi aja," jawab Andra dengan santai. Karena memang Andra sudah seakrab itu dengan orang tua Mery.

"Kamu ini lucu sekali sih Andra, sayang sekali kamu bukan jodoh putriku," ucap Ayah Haris.

"Kenapa juga Ayah tidak memperjuangkan aku untuk bisa menikah dengan Mery dulu?"  tanya Andra dengan sedikit memasang muka masam.

"Eh, jangan salah, tanya sana sama bunda. Hanya saja kan Ayah tidak bisa terlalu memaksakan hati Mery," jelas Ayah Haris.

"Mery memang hanya menganggap kamu sebagai sahabat Andra, selamanya pun kamu akan tetap menjadi sahabatnya," imbuh Ayah Haris.

"Tolong hubungi Mery dong Ayah, ayo kita makan siang bersama. Siapa tahu dia bisa, sekarang kan sudah hampir jam makan siang. Masak aku pulang ke Indonesia lantas tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Mery?" gerutu Andra dengan nada manja. Karena memang sejak dia memutuskan untuk bekerja di luar negeri, dia benar-benar memutus kontak dengan semua orang yang ada di Indonesia. Sehingga dia pun sekarang juga tidak mempunyai kontak Mery.

"Entahlah, Ayah akan mencobanya dulu, Ayah takut dia sedang banyak pekerjaan," ucap Ayah Haris. 

"Kenapa dia masih bekerja? Apa suaminya tidak sanggup membiayai atau mencukupi kebutuhannya?" tanya Andra.

"Kamu ini sembarangan sekali kalau bicara. Kamu tahu sendiri kan seperti apa Mery, dia itu sangat keras kepala dan tidak akan mau jika hanya menjadi ibu rumah tangga saja." Ayah Haris segera menjelaskan agar tidak terjadi fitnah.

"Iya sih, benar juga kata Ayah," gumam Andra yang suaranya masih bisa didengar oleh Ayah Haris.

"Kalau begitu, cobalah Ayah hubungi sekarang, siapa tahu dia bisa ikut makan siang bersama kita," ucap Andra dengan semangat. Melihat antusias Andra, Ayah Haris pun juga tidak kuasa untuk menolak. 

"Oke, Ayah akan mencobanya," ucap Ayah Haris. Ayah Haris segera mengambil ponselnya yang beliau letakan di atas meja, kemudian segera menghubungi putrinya.

Namun, sayang sekali. Saat itu beberapa panggilannya tidak ada yang dijawab oleh putrinya. "Lihatlah, panggilan dari ayahnya sendiri pun tidak dijawab olehnya," ucap Ayah Haris sembari menunjukkan layar ponselnya pada Andra, terlihat di layar tersebut beberapa panggilan yang tidak terjawab.

Andra pun segera menarik nafas panjang dan mendengus kesal. "Ya sudah kalau begitu, kita makan berdua aja Ayah," ucap Andra akhirnya.

***

Di sisi lain

"Lagian kamu kemarin kemana sih? Kenapa tidak makan siang denganku?"

"Dan lihatlah sekarang, kamu sudah 29 kali bolak-balik kamar mandi," teriak Mery.

Sementara itu, Mery ternyata saat ini tidak sedang ada di kantor, dia tengah merawat Arya yang sedang mengalami sakit perut luar biasa, bahkan berkali-kali Arya pergi ke kamar mandi, dari pagi hingga hampir tengah hari.

Mery pun dengan telaten membuatkan air hangat, madu hangat, teh hangat, dan juga cairan pengganti ion tubuh, agar Arya tidak merasa lemas. Tidak lupa, Mery juga membuatkan bubur, agar perut Arya segera membaik. Maka dari itu, dia mengabaikan ponselnya, karena ponselnya saat ini berada di kamar, sementara dia dan Arya berada di lantai satu. 

"Aduh aku nggak tahu, kamu jangan ngomel aja dong... aku lagi kesakitan nih," ucap Arya yang saat ini sedang berbaring di sofa.

Mery yang saat itu sedang membuat bubur, segera mematikan kompor dan mendatangi Arya di sofa ruang tamu. "Katakan padaku yang sebenarnya, kamu dari mana kemarin?" desak Mery sembari berkacak pinggang. Arya terdiam untuk beberapa saat, tapi akhirnya dia pun segera menceritakan semua kejadian saat makan siang dengan Hany. Bahwa Arya mencoba memakan makanan yang pedas.

"Oh gitu... oke, besok bisa kamu coba lagi. Setelah kamu sembuh, kamu buat janjilah makan siang lagi dengan Hany, dan makanlah makanan yang super pedas, agar kamu terlihat sekali pengorbanannya sebagai lelaki," geram Mery. Arya pun sekarang hanya bisa terdiam, karena di saat sakit seperti ini, ternyata malah Mery yang merawatnya.

Mery segera pergi ke dapur dan mengambil bubur yang tadi dibuatnya, serta segera duduk di sebelah Arya. "Apa ini?" tanya Arya dengan cemas.

"Bubur lah, apalagi?" tanya balik Mery.

"Ya aku tahu itu bubur, tapi kamu beli atau bikin sendiri? Jangan-jangan bubur itu kamu racuni," ucap Arya dengan gelisah, karena dia mengira perutnya akan semakin sakit jika makan bubur buatan istrinya, sepengetahuan dia selama ini adalah, Mery tidak bisa memasak.

Mery mencebikkan bibirnya. "Sudah lah sakit, masih belagu kamu ya, cepat makan!" bentak Mery.

"Aaaa... ayo buka mulutmu!" pinta Mery dengan gemas. Dengan hati yang berat, Arya pun segera membuka mulut dan melahap isi sendok yang sudah disodorkan oleh Mery padanya.

Mery dengan telaten dan perlahan menyuapi Arya. "Apa kamu yakin, kamu membuat bubur ini sendiri?" tanya Arya.

Mery menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Jangan terus mencari gara-gara Arya, atau aku akan mengunci semua kamar mandi dan membuang kuncinya. Biar saja kamu buang air di sini, atau kamu bisa pergi ke minimarket sebrang untuk membeli pampers!" geram Mery sembari memukul-mukulkan sendoknya ke mangkok yang masih berisi bubur.

Glek.

Arya pun segera menelan salivanya dengan tegang. "Aku hanya ingin memastikan saja, jika itu buatanmu sendiri, kok rasanya enak."

PLAK.

Mery pun segera mendaratkan pukulan di kepala Arya. "Ish, berani sekali kamu sama suami, nanti kena pasal KDRT loh," ucap Arya sembari mengelus kepalanya yang baru saja di pukul oleh Mery. 

"Biarlah! Suami tukang selingkuh!" Mery seketika memberikan pukulan telak pada Arya, hingga membuat Arya terdiam seribu bahasa. Arya tidak ingin lagi memperkeruh suasana, karena tidak ada tenaga juga untuk berdebat. Namun dia tetap heran, kenapa bubur itu bisa terasa sangat enak dan lezat. Seakan bubur tersebut berasal dari restoran yang mewah.

Beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening, hanya ada aktivitas menyuapi bubur tanpa menimbulkan suara. "Kamu istirahatlah, dari tadi kamu merawatku. Aku sudah sedikit bertenaga setelah makan bubur buatanmu," ucap Arya setelah baru saja dia memakan suapan terakhir.

Mery tidak menjawab, dia segera meletakkan mangkuk di atas meja, lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa dengan sedikit kasar. "Akhirnya... " ucap Mery sembari menggeliatkan tubuhnya, agar otot-ototnya bisa sedikit meregang, dia pun hanya mendapat tatapan dari Arya.

"Arya, aku tahu kamu sangat mencintai Hany, tapi kamu harus bisa mengetahui kapasitas dirimu sendiri. Kalau kamu sudah sakit seperti ini, yang merawatmu siapa? Seharusnya kamu pergilah ke rumah Hany, agar dia bisa merawatmu." Mery segera memberikan wejangan pada Arya. Arya hanya terdiam, karena saat ini dia dalam keadaan serba salah. Bicara salah, diam pun juga salah, jadi dia membiarkan saja Mery mengomel hingga semua yang ada di hati dan pikirannya meluap.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!