NovelToon NovelToon
Kesempatan Kedua

Kesempatan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyesalan Suami
Popularitas:58.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Yune

DALAM PROSES REVISI


"Lebih baik, kau mati saja!"

Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.

Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.

Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.

"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"

Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Bertemu Reyhan

Cassie duduk termenung di balkon kamarnya, menatap halaman rumah yang sepi. Tangannya memeluk tubuh sendiri, mencoba menenangkan gemuruh di dada yang tak kunjung reda sejak kepulangan Bram.

Pria itu terus menerus mendatangi rumahnya tanpa henti. Meskipun, dirinya sendiri ingin mengakhiri semuanya. Akan tetapi, perasan yang dimilikinya tidak dapat dia akhiri begitu saja.

Pintu kamar diketuk pelan.

"Ayah boleh masuk?" suara Gunawan terdengar.

Cassie berdiri dan mempersilakan. Ayahnya masuk dengan wajah yang tak lagi setegang sebelumnya, tetapi garis tegas di wajahnya menunjukkan bahwa amarah belum sepenuhnya padam.

"Ada apa, Cass?"

Cassie menarik napas panjang. "Ayah, aku ingin kembali ke kantor."

Gunawan mengerutkan dahi. “Belum waktunya, Cass. Kamu masih belum stabil. Lihat dirimu…”

"Aku tahu. Tapi Ayah, aku tidak bisa seperti ini terus. Terpenjara di rumah sendiri seolah aku yang salah." Suaranya pelan, tapi tegas. "Aku butuh bekerja. Butuh menyibukkan diri agar aku tidak tenggelam dalam pikiran yang meracuni hati."

Gunawan terdiam. Ia tahu putrinya bukan tipe perempuan yang mudah dikekang. Ia lembut, tapi punya prinsip. Ia rapuh, namun tahu kapan harus berdiri sendiri.

"Kau yakin bisa fokus bekerja dengan situasi seperti ini?"

Cassie menatap ayahnya. "Tidak ada jaminan. Tapi aku ingin mencoba. Hidup harus tetap berjalan, Yah. Aku tidak ingin hidupku berhenti hanya karena masalah rumah tanggaku."

Gunawan menghela napas panjang. "Baiklah. Tapi hanya setengah hari untuk minggu ini. Aku tak mau kau memaksakan diri."

Cassie mengangguk. "Terima kasih, Ayah."

Setelah sang ayah keluar dari kamar, Cassie kembali duduk, lalu menulis sesuatu di buku catatannya:

“Aku tidak akan lagi menyerahkan kebahagiaanku pada ketidakpastian.”

***

Keesokan harinya, Cassie mempersiapkan diri untuk kembali ke kantor. Dia memiliki keinginan untuk kembali bangkit dari keterpurukan akibat pesoalan yang berlarut-larut.

Cassie berjalan melewati lorong kantor dengan langkah pelan namun mantap. Tatapan pegawai lain tertuju padanya, sebagian dengan rasa iba, sebagian lagi dengan kekaguman karena ia mampu kembali berdiri.

Lambat laun, Cassie terbiasa dengan kegiatan barunya. Hingga, Cassie harus hadir dalam ruangan rapat besar tempat beberapa orang duduk membahas kerja sama baru antara dua perusahaan. Cassie duduk di salah satu sisi meja, mengenakan setelan formal.

“Baik, karena kerja sama ini melibatkan kedua perusahaan, pihak dari perusahan sudah mengutus perwakilannya untuk mendampingi pengawasan awal proyek,” ucap seorang manajer proyek dari divisi luar negeri.

Cassie mencatat dengan cepat. Saat pintu terbuka, matanya terangkat secara refleks.

Reyhan masuk dengan langkah percaya diri. Jas gelap membalut tubuhnya yang sedikit lebih kurus dibanding terakhir Cassie lihat. Ketika pandangan mereka bertemu, waktu seolah berhenti sesaat.

“Reyhan...” gumam Cassie lirih, nyaris tak terdengar.

Reyhan sedikit terkejut, tetapi segera mengulas senyum tipis yang canggung. “Sudah lama, Cass.”

Cassie hanya bisa membalas dengan anggukan kecil. Adik iparnya tentu kembali pada saat yang tepat. Cassie memahami bila Bram tidak mungkin diutus untuk kerja sama kedua perusahaan. Ayahnya pasti sudah memastikan hal ini.

Mereka duduk saling berhadapan. Suasana rapat tetap berjalan profesional, tapi ketegangan emosional itu terasa di antara mereka—dua orang yang dulunya dekat karena keluarga, lalu berjauhan karena luka yang belum sembuh.

Setelah rapat selesai dan peserta mulai meninggalkan ruangan, Cassie hendak melangkah pergi, namun Reyhan memanggilnya.

“Cassie. Boleh bicara sebentar?”

Cassie berhenti. Menoleh, kemudian mengangguk. Mereka pindah ke lounge kantor yang lebih sepi.

“Aku nggak nyangka kita ketemu dalam situasi seperti ini,” ucap Reyhan pelan.

“Aku juga,” jawab Cassie datar. “Tapi hidup terus berjalan, Rey.”

Reyhan mengangguk, mengamati wajah Cassie dengan sorot mata yang tidak bisa ia sembunyikan. “Aku dengar semuanya... soal Bram, soal Raina.”

Cassie mengalihkan pandangan. “Aku nggak mau membicarakan itu sekarang.”

“Baik.” Reyhan menahan diri. “Kalau begitu, kita bicara soal kerja sama saja dulu.”

Cassie tersenyum kecil, lalu berjalan menjauh. Tapi di dalam hatinya, ada getaran kecil yang belum bisa ia kenali.

***

Di sebuah hotel tempat dulunya pelatihan kerja berlangsung, Bram sedang duduk di lobi sambil berbicara dengan salah satu staf kantor cabang yang ikut dalam perjalanan dinas saat itu.

“Kamu ingat dengan jelas, kan, siapa saja yang ikut waktu itu?” tanya Bram serius.

Staf itu mengangguk. “Iya, Pak. Kami semua satu kamar sesuai jadwal. Raina memang sempat pamit lebih dulu karena alasan kesehatan. Tapi setahu saya, dia langsung dijemput sopir hotel menuju rumah sakit malam itu. Tidak ada yang menginap bersama Anda.”

Bram mengangguk. “Ada bukti CCTV? Atau daftar shuttle yang bisa saya minta?”

“Ada, Pak. Saya bisa bantu minta ke pihak hotel.”

Bram menghela napas berat, setitik harapan muncul di matanya. Jika ia bisa mendapatkan bukti bahwa ia tidak pernah bermalam dengan Raina, maka ia punya dasar untuk membuktikan bahwa anak itu mungkin bukan anaknya.

Tapi ia tahu, waktu tak berpihak padanya. Cassie sudah menggantung hubungannya, dan perlahan, orang-orang di sekeliling Cassie mulai mengisi ruang yang seharusnya untuknya.

Termasuk... Reyhan.

***

Bersambung...

Terima kasih telah membaca...

1
Jeng Ining
hemmmmm, bru part 32 giliran Bram kecelakaan hebat di tengah perjuangannya ngedapetin hati Cassie kembali, akankah ada episode Bram amnesia dn melupakan Cassie😏
Chusnul Zazah
Astaghfirullah hal'adhiim berat banget cobaan cinta mereka, berpisah karena orang ketiga, dan sekarang rapuh karena kecelakaan?? mengulang kembali apa yg pernah Cassie alami kecelakaan dan kritis?? dan sekarang gantian Bram yg kritis?? 🤔😇😇
Chusnul Zazah
wow disinilah kedewasaan sikap diuji , cinta , kesetiaan dan kepercayaan terhadap pasangan, meskipun berat dan sulit karena banyaknya persoalan dan kekecewaan di masa lalu?? tapi demi keutuhan keluarga dan masa depan perusahaan , harus siap mengambil keputusan mendampingi pasangan dan kembali berjuang bersama?? atau berpisah sementara waktu dan berikan kepercayaan sama pasangan?? 🤔😇😇 keduanya sama berat untuk dijalani 🤔🤔
Neni marheningsih
mending pisah aja...nanti berjalannya waktu kalau jodoh juga kembali lagi, jangan terpaku dengan rasa cinta kalau ternyata masih ada rasa sakit dan takut terulang lagi, mending obati luka dulu dengan cara menjauh sejauhnya
Dwi ratna
udh atuh Cass mo balik⅔,mo engga² gtu jgn tarik ulur trz udh brp bab dtarik ulur,huf
Noveni Lawasti Munte
apaan dah si Cassie ini...menye2 ga tegas..sebenarnya ga setuju kalo balikan lg tp temanya udah GT ya sudahlah....
Miss Yune
lupa bab 2 blm kuganti... hehe. makasih kak
Nurul Syahriani
tadi jessi kakak, skrg jessi jadi adik 😅
Miss Yune: lagi revisi kak.
total 1 replies
Dwi ratna
nah gitu dong. ini Bru aq suka,pelakor hempaskan
Chusnul Zazah
Akhirnya Raina si ulat bulu menuai apa yg dilakukan selama ini, semoga penjara bisa membuat dia menyadari, akan kesalahannya.
Dan juga Bram sekarang sudah bisa bersikap tegas sama Raina & emaknya, setelah dia menyadari kesalahannya dan gak mudah menggapai hati cassie
Chusnul Zazah
Hati yg terluka begitu dalam, perlu waktu untuk berdamai dengan diri sendiri, meskipun rasa kecewa itu akan selalu hadir tapi belajar ikhlas dan menerima demi sang buah hati yg masih bersemayam dlm rahim,.. bumil jangan terus bersedih kasihan dekbaynya.
Dan kamu Bram memang harus sabar dan menunggu bumil untuk membuka hati lagi?? 🤔😇😇💪💪💪
vj'z tri
ku tungguuuuuuu dirimuuuu selaluuuu oooooooo 🎉🎉🎉🎉🎉
Chusnul Zazah
wow meski pilu dan sedih , tapi sweet juga cara Bram meraih hati Cassie??
semoga bumil kali ini bisa menjalani kehamilannya dengan happy dan kerjain Bram dengan ngidammu yg menyusahkan ya calon dekbay?? 🤔😇😇
Azizah az
Miss, tolong balas komen ku
Neni marheningsih
mulai ramai nih Thor....aku suka cessie yg sekarang..tegas dan dingin , jangan lemah hanya karena cinta jadilah wanita yg tangguh cessie
Dwi ratna
capek baca ya, perasaan kmren udh Cassie udh mau ngasi kesempatan skrg rubah lgi. plin plan bgd hah lelah jdinya
Chusnul Zazah
Gimana Bram syok gak dengan sikap dingin Cassie?? pasti syoklah masa enggak?? kamu pikir dg minta maaf semua sikapmu selama ini akan terhapus?? apalagi sekarang Cassie telah Hamidun lagi, pasti dia gak mau karena kehamilannya, apalagi karena rasa bersalahmu? bukan karena cinta ??
Selamat menikmati buah kebodohanmu? dan selamat berjuang menaklukan bumil yg sensitif karena hormonal dan rasa kecewanya padamu??? 🤔😇😇😇
Jengendah Aja Dech
❤️
Idha Rahman
aku sih yes
Dwi ratna
hadeuh Cass,kabur gk memperbaiki masalah. ntar tiba² udh gede aja anknya Bru diketemukan sma bpkny,ah basi lah klo kyk gtu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!