Bagaimana jika dendam yang kita simpan sangat lama jatuh pada orang yang salah
dan bagaimana jika upaya pembalasan dendam yang sudah di susun dengan seapik mungkin malah berbalim menyerang kita dengan bertubi-tubi, mengikis tubuh kita, dari kulit sampai ketulang dan begitu teramat menyiksa sampai mendarah daging
"Kamu jatuh hati pada orang salah"
Kata itu lebih menyakitkan dari sasaran dendam yang salah alamat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nerissa ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan hal yang penting
Danica terpaku melihat Al ada di depan matanya, berbagai macam pertanyaan muncul di kepalanya tapi tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya
"kalian saling kenal " tanya Lionel pada keduanya
"kami adalah tetangga apartemen, kebetulan apartemen yang kakak tinggali bersebelahan dengan apartemen Danica " jelas Al akan alasan mereka saling mengenal
Lionel menoleh ke arah Danica "kok kamu gak pernah cerita kalau kenal sama kakak aku Danica " Lionel rasa mereka sudah begitu dekat tapi kenapa Danica tidak pernah menceritakan hal ini padanya
"Danica gak tahu kalau kakak pemilik gedung apartemen itu " sahut Al
Danica terkekeh menyadari dirinya yang ternyata begitu bodoh karena ternyata dia tidak tahu apapun mengenai Al, padahal ia pikir mereka sedekat itu dulu
"maafkan saya, nampaknya saya permisi dulu untuk mempersiapkan materi presentasi " Danica pamit pergi menjauh dan mulai mempersiapkan presentasinya
"pasti Danica marah " gumam Al yang masih bisa di dengar oleh Lionel dengan jelas
"kakak harus cerita sama aku nanti " tuntut Lionel dengan tatapan tajamnya
"menjelaskan padamu bisa menyusul nanti, kakak harus bicara pada Danica dulu nanti setelah kita selesai rapat " ujar Al
Selama jalannya rapat, Danica bisa mempresentasikan dengan baik progres kerja perusahaan tempatnya bekerja dan rencana-rencana apa yang akan di jalankan kedepannya
Namun baik Al dan Lionel nampak gusar dan tidak bisa konsentrasi karena Danica yang nampak begitu tenang dan seolah tidak terusik sama sekali setelah tahu siapa Al
"bagaimana tuan, apa ada masukan mengenai laporan yang saya buat " Danica menanyakan perihal progres kerja timnya
"tidak ada masukan, semuanya baik " balas Al dengan penuh wibawa
Danica mengangguk dan mengucapkan terima kasih " terima kasih atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan presentasi saya tutup " Danica mengakhiri sesi presentasinya dan di lanjutkan dengan sesi presentasi dari pihak perusahaan Al yang di wakili oleh Bumi, asisten kepercayaan Al
Seperti yang di lakukan Danica, Bumi pun mempersilahkan para peserta rapat untuk bertanya jika ada yang di rasa masih kurang jelas
Danica langsung mengangkat tangan "apakah projek ini bisa di awasi perwakilan perusahaan " tanya Danica
Sontak Al dan Lionel kompak menoleh ke arah Danica "kenapa anda bertanya hal ini " bingung Bumi akan pertanyaan yang menurutnya tidak berhubungan
"karena kebetulan para petinggi perusahaan sedang ada di rapat ini, saya mengajukan diri untuk mengawasi jalannya proyek ini agar terhindar dari masalah " terang Danica akan keinginannya
Bumi melirik Al untuk menanyakan pendapat Al dan jelas Al memberi kode untuk menyudahi pembahasan "untuk hal ini harus anda bahas dengan atasan anda " ucap Bumi mengakhiri sesi tanya jawab
Para peserta rapat mulai keluar ruangan rapat begitu pun pula dengan Danica yang juga bersiap untuk keluar ruangan "tuan Lionel saya boleh langsung pulang dan tidak balik ke kantor " pinta Danica
"kenapa " tanya Lionel dengan datar
"saya kurang enak badan" balas Danica
Bara mengusap punggung Lionel " gak papa Danica, pulang saja kamu memang terlihat kurang baik " ucap Bara mengambil alih
"kalau begitu permisi semua " pamit Danica dengan langkah cepat
Melihat Danica yang pergi tentu Al langsung mengejarnya "Danica tunggu"panggil Al yang tak di gubris oleh Danica
Lionel sedari tadi mengepalkan tangannya erat kala melihat ada sesuatu yang lain antara Al dan juga Danica tapi di sini porsi Lionel tak bisa mengeluarkan suara protes apapun pada keduanya karena sampai detik ini hubungannya bersama Danica masihlah abu-abu
Emira menghela nafas lelahnya melihat raut wajah Lionel "ingat Lio aku sudah pernah mengingatkanmu mengenai hal ini jadi tolong berpikir logis lah dalam bertindak " ucap Emira memperingatkan
"kamu gak tahu apa yang aku rasakan saat ini Emira " Lionel seolah tuli dan memilih pergi menjauhi Emira yang pasti akan terus menasehatinya
***
Al masih terus mengejar langkah Danica yang makin cepat " tunggu Danica" dengan usaha keras Al menarik lengan Danica agar berhenti
Danica menghempas genggaman tangan Al dan membuang wajahnya kasar "ada apa" tanya Danica dengan ketus
"kakak benar-benar minta maaf Danica, sungguh kakak gak berniat membohongi kamu mengenai siapa kakak" ucap Al dengan lirih
Danica menatap lurus ke arah Al "tapi kenyataannya kakak tetap menipuku, padahal kakak bisa jujur denganku sejak lama" seru Danica
Danica menatap sendu ke arah Al "seperti ini aku rasanya jadi orang yang begitu bodoh, padahal aku selalu menceritakan pekerjaanku pada kakak, tapi mungkin kakak dan tuan Lionel saling membicarakanku di belakang tanpa sepengetahuanku " tuding Danica
"tidak seperti itu Danica, Lionel sama sekali tidak tahu kalau kita saling mengenal " sangkal Al tak ingin Lionel di libatkan dalam al yang memang Lionel tidak tahu
Al meraih tangan Danica "kakak minta maaf Danica " mohon Al dengan suara lirih
Danica menatap Al dengan perasaan campur aduk, rasanya bingung sendiri harus apa, hatinya memang begitu kecewa tapi apa haknya untuk marah "kakak gak perlu takut aku marah, toh aku gak punya hak apapun untuk marah aku kan bukan siapa-siapa kakak" ucap Danica dengan datar
"jangan bilang begitu Danica, kamu itu..." belum selesai Al menjelaskan pada Danica tiba-tiba saja ada suara yang memanggil nama Al
Dan betapa terkejutnya Danica saat ada wanita yang mendekat dan memanggil nama Al bahkan saat ini tangan wanita itu sudah menarik Al dari dirinya dan langsung bergelanyut manja pada lengan Al
"ah ternyata dunia begitu kecil, mati-matian aku selalu menghindarinya tapi pada kenyataannya dia tetap berada di sekitaranku" geram Danica akan sosok wanita yang tiba-tiba masuk dalam obrolannya bersama Al
"tunggu dulu Felicia, aku sedang bicara dengan Danica, bisa tidak kamu ngomongnya nanti saja " Al memohon pengertian Felicia untuk tidak mengganggu obrolannya
"tapi aku sedang butuh kak Al" Felicia menoleh ke arah Danica dan memandang Danica dari atas sampai bawah seolah menilai bagaimana penampilan Danica
"kamu siapa, penting banget ya harus bicara sama kak Al, aku lagi mau ngobrol sama kak Al " ucap Felicia dengan dingin
Danica mengangguk dan sedikit membungkukan tubuhnya ke arah Felicia "silahkan lanjutkan obrolannya nona, saya bukan siapa-siapa dan tidak penting juga " Danica segera pamit pergi meninggalkan Al yang masih mencoba memanggilnya
"bodohnya aku melupakan tujuan awalku demi pria yang sama sekali bukan orang yang pantas untuk di hargai" rutuk Danica dalam hatinya karena sempat jatuh hati pada pria pembohong
Danica begitu kecewa dengan Al yang sudah membohonginya di tambah dengan kedekatan Al bersama Felicia, adik satu ayahnya yang mungkin hanya Danica yang tahu hal itu
Danica memilih pulang ke apartemennya dengan berjalan kaki hanya sekedar untuk mengurangi rasa kesal di hatinya karena ada fakta menyakitkan yang ia tahu hari ini
"maafkan aku mom, maaf jika aku sempat ingin egois meraih hati pria itu tapi ternyata aku salah mom " gumam Danica penuh rasa sesal karena sempat mengabaikan niatan awalnya saat datang ke Indonesia