HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26: Ciuman di Tengah Kekacauan
Langkah kaki Halim dan Rian berderap panik di jalanan Desa Berkela. Suara teriakan manja Bunga Mawar terus menggaung di belakang mereka, diiringi tawa serak Nenek Misem yang semakin dekat.
"Cintaaa, jangan kabur! Bunga Mawar hanya ingin sedikit cinta kasih!"
"Pelukan nenek nggak bisa kau tolak, Nak!"
"Astaga, kenapa hidup saya begini?!" seru Halim sambil melompati peti apel yang terguling.
"Kakak! Mereka makin dekat!" Rian menoleh ke belakang, wajahnya pucat.
"Ya saya tahu!"
Sementara itu, di sudut jalan yang sepi, sosok berjubah hitam berdiri diam. Elyra. Matanya menyipit tajam, memperhatikan hiruk-pikuk dari kejauhan. Setelah pertempuran terakhir dengan Halim, perintahnya jelas — pastikan Halim tidak lolos.
Namun, saat dia bersiap melangkah, suara gaduh dari arah gang sempit menarik perhatiannya.
"Aaaaa!!!"
Tiba-tiba, Brak!
Halim yang berlari membabi buta langsung menabrak Elyra dengan kekuatan penuh. Keduanya terjatuh, berguling di tanah dengan debu berterbangan ke mana-mana.
"Argh!" Elyra menggeram kesal. "Halim?! Kau—"
Halim yang masih setengah pusing mengerjap beberapa kali. "Elyra?!"
"Siapa suruh menabrakku, dasar ceroboh!"
"Saya nggak sengaja! Lagi pula saya lagi dikejar-kejar!"
Belum sempat Elyra membalas, suara mendecak genit terdengar dari belakang.
"Cintaaa, kau ketemu temen cewek? Aku cemburu loh!"
Bunga Mawar muncul dengan senyum menggoda, diikuti oleh Nenek Misem yang melambaikan tongkatnya ke udara.
"Ini apa lagi?!" Elyra memandang mereka dengan bingung.
"Jangan tanya! Pokoknya saya nggak ada waktu buat ini!"
Namun Elyra tak membiarkan Halim pergi begitu saja. Dengan satu gerakan cepat, dia mencabut belati peraknya dan menodongkannya ke arah Halim.
"Jangan berlagak bodoh. Aku belum selesai denganmu."
Tanpa aba-aba, Elyra menyerang. Belatinya menyambar udara, memaksa Halim untuk terus menghindar.
"Hei! Saya bilang saya lagi dikejar-kejar!" teriak Halim sambil melompat ke belakang, hampir tersandung sebuah ember.
"Kau pikir aku peduli?!" Elyra menggeram. "Aku punya urusan yang belum selesai denganmu!"
Sementara itu, Bunga Mawar yang tak sabar langsung berlari mendekat.
"Peluk aku, Sayang!"
"Aduh, sial!" Halim berusaha menjaga jarak dari Elyra dan Bunga Mawar sekaligus.
"Sial beneran," gerutu Halim. "Kenapa yang saya lawan bukan monster biasa aja?!"
Elyra menyerang lagi, tapi kali ini Halim berhasil meraih sebuah papan kayu dari tumpukan barang dan menggunakannya sebagai perisai darurat. Belati Elyra menghantam papan itu, menciptakan suara berderak keras.
Tapi tepat saat Halim hendak melompat ke samping, Nenek Misem tiba-tiba muncul dari belakang.
"Sini, peluk nenek!"
"Wah, TIDAK!" Halim buru-buru meloncat, nyaris tertangkap.
Bunga Mawar ikut melompat seperti kucing besar, tapi dia salah perhitungan. Bukannya menangkap Halim, dia malah terbang menabrak Nenek Misem.
Brak!
"Aduh, punggungku!" erang Nenek Misem.
"Aduh, wig-ku!" Bunga Mawar meraba kepalanya, sadar wig pirangnya terlempar entah ke mana.
Halim memanfaatkan kekacauan itu untuk berlari. Namun Elyra tak tinggal diam. Dengan kecepatan luar biasa, dia menendang sebuah tong kayu yang bergulir ke arah Halim.
"Astaga!" Halim berusaha melompat menghindari tong, tapi naas — dia tersandung batu dan jatuh dengan wajah mencium tanah.
Saat dia hendak bangkit, bayangan Bunga Mawar muncul di atasnya.
"Akhirnya, aku menangkapmu, Sayang!"
"W-Wait! JANGAN!"
Dalam gerakan lambat, Bunga Mawar merentangkan tangannya lebar-lebar, siap memeluk Halim dengan penuh cinta.
Namun, tiba-tiba —
"Cih! Dasar bodoh!"
Elyra yang masih kesal langsung menendang kepala Halim dengan tumit sepatunya, mendorongnya ke belakang dengan sempurna.
Sayangnya, tendangan itu justru memperparah situasi. Kepala Halim terdorong ke belakang dan —
Cup.
Bibir Halim bertemu bibir Bunga Mawar.
Suasana hening. Warga desa yang menyaksikan hanya bisa ternganga. Bahkan Nenek Misem yang tadinya tertawa tiba-tiba menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Sementara itu, Bunga Mawar mendadak diam. Mata berbinar, wajahnya memerah seperti tomat matang.
"Oh... my... God..."
Halim yang menyadari situasi itu langsung membeku. Wajahnya pucat seperti melihat hantu.
"T-Tidak... Tidak mungkin..."
"Cintaaa, aku merasakan jodoh kita terjalin erat!"
"RUH SAYA TERHISAP!!!"
Dengan teriakan putus asa, Halim terjatuh ke tanah, matanya berputar-putar.
(Setelah Nafsu terlampiaskan kemudian~)
Elyra yang berdiri di dekat mereka hanya bisa menatap dengan wajah memerah, bibirnya mengerucut.
"Dasar idiot!" bentaknya. "Kalau saja kau nggak tolol, ini semua nggak bakal kejadian!"
Halim hanya mengerang pelan, masih setengah sadar.
Sementara itu, Bunga Mawar mengusap bibirnya dengan dramatis, seperti seorang putri yang baru saja mendapat ciuman pertama.
"Cinta sejati memang datang di saat yang tak terduga!"
Nenek Misem, yang akhirnya sadar dari keterkejutan, menghela napas panjang. "Yah, minimal aku masih bisa dapet pelukan."
Beberapa jam kemudian, Halim akhirnya siuman di pinggir jalan dengan kepala yang masih terasa pusing. Rian duduk di sampingnya, berusaha menahan tawa.
"K-Kakak... Aku nggak akan pernah lupa yang barusan," ucap Rian sambil terpingkal.
"Jangan ngomongin itu lagi," gerutu Halim. "Saya trauma seumur hidup."
"Setidaknya Kakak dapat pengalaman yang... berkesan?"
"Kalau pengalaman mencium banci itu berkesan, saya lebih milih dihajar golem lagi!"
Rian tak tahan lagi dan akhirnya tertawa terbahak-bahak, sementara Halim hanya bisa mendengus kesal.
Di kejauhan, Elyra berdiri di atas tebing, mengawasi mereka dengan wajah cemberut.
"Dasar bodoh," gumamnya. "Tapi... kenapa aku yang jadi ikut kesal?"
Petualangan mereka terus berlanjut, meski kali ini dengan kenangan yang mungkin Halim harap bisa segera dia lupakan
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.