Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Suka Mana?
"Nanti sore ada pertandingan basket antar fakultas di kampus kamu, kan? Kamu melawan Zian?" Pria berjaket cokelat menjepit batang rokok di bibir.
Pemuda berjaket Hoodie hitam hanya menganggukkan kepala.
"Dekati Alula dan buat dia menjadi teman kamu agar kamu bisa memperdayai dia dan bawa dia kepadaku secepatnya" Pria berjaket cokelat membuka kaca mobil untuk membuang asa rokok yang dia keluarkan dari mulutnya.
"Baik" Sahut pemuda berjaket Hoodie hitam.
Sementara itu di dalam kafe La Tanoe,
Zian menemukan Alula duduk berjongkok dengan mata nanar melihat ke depan. Gadis manis itu tengah mendekap buku kecil bersampul cokelat.
Dengan cepat Zian menarik Alula ke dalam pelukannya lalu membenamkan wajah Alula di dadanya. Cowok tampan itu kemudian mengusap-usap rambut Alula dan berkata, "Jangan takut! Ada aku di sini"
Zian menatap nanar jasad pria dengan dahi berlubang kecil di tengah dan ada genangan darah di sekitar kepala jasad itu.
Alula menggenggam erat sebuah buku kecil dengan tubuh bergetar hebat dan isak tangis.
"Sshhhhh! Ada aku Luna, jangan takut!" Zian masih mengusap-usap rambut Alula.
Yoda sontak memekik kesal, "Sial! Kenapa ada mayat lagi, f*CK!!!!"
Beberapa menit kemudian, Alula duduk di tepi mobil ambulans dengan masker oksigen (nasal kanul) di wajah manisnya dan tangan Zian menggenggam tangan kanannya.
"Kalian tidak usah kuliah hari ini. Om udah telpon rektor kalian, Si Febi" Yoda menepuk pundak kanannya Zian.
"Om kenal sama Bu Febi? Karena kalau nggak kenal baik sama Bu Febi, Bu Febi nggak mungkin ngijinin mahasiswanya nggak masuk kuliah kecuali sakit"
"Om bukan hanya kenal. Dia mantannya Om, ya, tentu saja dia akan selalu mengiyakan permintaannya Om"
"Hah?! Om selingkuh?" Zian mendelik kaget dan Alula sontak mengangkat kedua alisnya ke atas.
Pletak! Yoda memukul kepala Zian, "Mana ada selingkuh? Si Febi itu punya hutang budi yang sangat banyak sama Om. Jadi, si Febi itu pasti mau menolong Om apa saja, kapan saja dan di mana saja"
"Hutang budi?"Zian mengerutkan kening.
"Jangan mikir yang nggak-nggak! Pokoknya Om bersumpah kalau Om nggak selingkuh. Tapi, jangan bilang sama Tante kamu soal ini" Yoda menepuk keras pundak Zian.
Zian meringis kesal. "Ada kertas merah untuk tutup mulut nggak nih?"
Alula terkekeh geli di balik masker oksigen.
Yoda kembali menepuk keras pundak Zian. "Ish! Dasar matre!"
Alula mendengus geli melihat tingkah konyolnya Zian dan Om Yoda.
Yoda lalu merangkul Zian, "Om akan kasih kertas merah yang banyak kalau kamu mau bantuin Om seperti biasanya"
Alula menoleh ke Zian dengan wajah penuh tanda tanya.
Zian menunduk dan berkata ke Alula, "Omku ini malas pakai komputer jadi untuk pencarian informasi lebih lanjut, dia selalu mencariku"
Yoda mendengus kesal, "Ya sudah kalau nggak mau kertas merah yang banyak"
"Mau Om mau" Zian dengan cepat menoleh ke Yoda dan Alula kembali terkekeh geli di balik tabung oksigen.
Yoda kemudian mengirim beberapa daya informasi yang perlu dia cari ke ponselnya Zian, "Udah aku kirim ke ponsel kamu via email"
"Siap, Om" Zian tersenyum lebar. "Bisa buat pacaran kertas merahnya nanti"
Yoda terkekeh geli saat Alula mencubit kesal pinggangnya Zian dan Zian meringis kesakitan.
Yoda menepuk punggung keponakan tampannya, "Zian antar Alula pulang kalau Alula sudah membaik" Yoda tersenyum ke Alula, "Om akan periksa buku harian mendiang Papa kamu" Yoda menggoyangkan buku bersampul cokelat di depan Alula dan Zian.
"Terima kasih, Om" Alula tersenyum dibalik masker oksigen.
Yoda melambaikan tangan ke Zian dan Alula sambil berlari ke timnya.
"Oke, sudah selesai. Saya akan ambil maskernya, maaf" Suara petugas paramedis wanita membuat Zian membantu Alula melepas masker oksigen.
"Terima kasih" Ucap Zian dan Alula secara bersamaan ke petugas paramedis wanita itu.
"Sama-sama" Petugas paramedis itu tersenyum ramah.
Zian kemudian membantu Alula bangkit berdiri lalu menggandeng kekasihnya menuju ke mobil setelah Alula melepas masker oksigen.
Saat Zian memasangkan sabuk pengaman, cowok tampan itu menatap Alula dan berkata, "Nanti sore ada pertandingan basket antar fakultas. Aku khawatir meninggalkan kamu sendirian di rumah meskipun nanti Leo main melawanku. Raymond juga main melawanku. Leo membantu anak forensik"
"Sebenarnya Leo anak apa?" Tanya Alula.
"Dia anak komputer. Tapi, dia tidak menyukai aku jadi dia memilih membantu anak forensik" Zian berkata sambil membelai sabuk pengaman.
Lalu, cowok tampan itu menoleh ke Alula sebelum dia menghidupkan mesin mobil, "Aku tahu, kamu pasti milih berdiam diri di rumah karena kamu lelah secara fisik dan psikis. Tapi, aku mengkhawatirkan kamu, emm, kamu mau......"
"Aku mau nonton basket. Aku belum pernah nonton basket sebelumnya dan aku mau nonton kali ini karena kamu main dan aku ingin menyemangati kamu" Alula tersenyum lebar.
Zian mengusap pucuk kepala Alula sambil berkata dengan semringah, "Baiklah. Aku akan jemput kamu jam empat"
"Oke" Sahut Alula sambil menarik tangan Zian dari atas kepalanya dan menjatuhkan tangan Zian ke pangkuannya lalu menggenggam erat tangan itu.
Zian melajukan mobil sambil melirik tangannya dengan senyum lebar.
Dia sangat menyukai tanganku. Batin Zian geli saat dia melirik kembali tangannya dan menemukan Alula tengah memainkan tangannya seperti boneka kecil.
Zian kemudian tergelitik untuk menjahili Alula, "Kamu suka banget sama tanganku, ya?"
Alula menoleh kaget ke Zian lalu tersenyum lebar sambil menjawab, "Suka banget"
"Lebih suka mana tangannya apa orangnya?" Zian menoleh sekilas ke Alula sambil membelokkan setir mobil ke kanan.
"Dua-duanya. Kalau tangannya memberiku kehangatan kalau orangnya memberiku segalanya" Alula lalu mencium punggung tangan Zian.
"Wah, kau sukses membuatku melambung ke angkasa, Nona" Pekik Zian dan disambut gelak tawanya Alula.
artinya bahwa kamu pernah mengalami sakit yang hampir merenggut nyawamu. ugh! kalo ditambah ini makin nyentuh thor 🥲
kapan2 main basket sama aku ya, by 'Alice Celestia Dalian'