Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sistem pengoptimalan dunia novel
Gaun sutra berwarna putih bercampur keunguan seperti warna pada kembang sepatu. Terlihat sangat menawan juga anggun. Di lapisan luar tali panjang di kedua sisi terikat rapi memperlihatkan lekukan pinggang.
Trriingg...
Tusuk konde perak dengan manik berbentuk bunga Adeniun atau lebih di kenal bunga kaktus gading menjadi keselarasan yang sangat pas.
Pelayan wanita mundur setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Senyuman tipis terlihat menawan di wajah Han Yu. "Akhirnya sudah selesai." Saat dia ingin melangkah keluar dari kamar mandi. Dia menghentikan langkahnya tepat di hadapan pelayan wanita. Dia melirik kearah wanita yang masih diam menundukkan kepalanya. "Nona, apa kamu bisa mengatakan siapa aku?"
Mendengar itu pelayan wanita berlutut kembali. "Nona pertama, ampuni saya."
Han Yu mengerutkan kening kebingungan. Tepat di waktu kedatangannya dia sudah dalam keadaan kacau. Sehingga pikirannya masih tidak dapat mencerna dengan baik mengapa dia bisa datang ketempat asing itu. Jika di pikirkan kembali gadis itu mulai merasa sangat aneh. Pelayan wanita di depannya selalu menyebutkan Nona pertama. Hanya satu kalimat sederhana sudah membuat pelayan wanita bergetar ketakutan.
Gadis itu berjongkok, "Nona, aku tidak akan memberikan hukuman. Tapi bisakah kamu menjelaskan siapa aku?"
Pelayan wanita bangkit menatap binggung.
Han Yu berdiri kembali, "Begini. Setelah terjatuh di, ehem... lubang itu. Kepalaku terbentur pelan sehingga mengalami hilang ingatan sementara."
"Anda Nona pertama dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Memiliki satu adik laki-laki," jelas Pelayan wanita.
"Han Yu, nona pertama? Kenapa sepertinya aku pernah mendengar nama ini sebelumnya?" Gadis itu mencoba menata kembali ingatannya. Saat dia sadar keterkejutan terlihat jelas, "Han Yu, pemeran utama yang di buat antagonis Bibi kecil? Ini? Haih..." Gadis itu langsung duduk di lantai. Membuat pelayan wanita berlutut dengan tiba-tiba.
...[Selamat datang di sistem pengoptimalan...]...
Pelayan wanita itu berhenti bergerak. Kedipan mata bahkan tidak terjadi untuk beberapa detik selanjutnya.
"Siapa yang sedang bicara?" Han Yu bangkit dari lantai kamar mandi. Dia melihat kesekitar mencoba memastikan dia tidak sedang berhalusinasi.
...(Pengguna yang terhormat. Selamat menikmati perjalanan lintas waktu dalam novel Selir Agung.)...
"Apa kamu tuan sistem?"
...(Bisa di bilang seperti itu.)...
"Sistem sialan. Kenapa menarikku ketempat seperti ini? Membuatku terjatuh di tempat menjijikkan," teriak gadis itu memaki. Mengeluarkan semua kekesalannya. Dia menggulung lengan bajunya. "Keluar. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan."
...(Sistem tidak terdeteksi.)...
"Heh," mendengus kesal. "Bisa-bisanya tidak mendeteksi ucapanku."
Tikiikk...
Suara ketikan terdengar.
...(Jalan cerita sepenuhnya mengikuti keputusan pemeran utama.)...
...Peringatan......
...(Semua kecelakaan yang di alami di dalam novel akan berpengaruh langsung terhadap dunia nyata.)...
"....?"
...(Selamat menjelajahi perjalanan waktu yang kami sediakan.)...
"Tunggu. Bagaimana aku bisa keluar dari tempat bobrok ini?"
...(Sistem rusak...)...
"Ini? Wooiii... Sistem sialan. Bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini?"
...(Sistem rusak...)...
Ttiiiiiiiii...
"Aaa..."
Dengungan kuat menekan telinga. Di menit setelahnya pelayan wanita bisa kembali bergerak. "Nona pertama." Dia ikut berdiri dengan perasaan yang masih binggung. Dia bahkan tidak sadar jika Nona pertamanya sudah bangkit lagi.
Han Yu melepaskan kedua tangannya pada telinga. Dia menatap malas setelah mendapati informasi tidak mendetail dari sistem yang telah membuat jiwanya datang ke dunia novel. Kedua tangannya menyilang di dada saat berjalan keluar dari kamar mandi. Di luar keadaan cukup menakjubkan. Cahaya lentera yang berjejer di setiap sudut ruangan gelap menggantikan lampu penerangan. Para penjaga kediaman berpatroli kesetiap tempat yang gelap dan sepi.
Gadis itu berjalan perlahan menyeret gaun indahnya menuju taman depan. Kedua pandangan matanya menatap penuh kekaguman di saat melihat galaxy luar seperti menyatu dengan langit malam. Jumlah tak terhitung dari milyaran bintang bertaburan seperti membuat sebuah keajaiban. Bentuk bulan sangat besar seolah akan menabrak kearah bumi. "Dunia ini tidak terlalu buruk!"
Kunang-kunang berterbangan menghiasi taman. Cahaya kerlip kecil kekuningan menjadikan suasana semakin menenangkan. Han Yu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Udara sangat sejuk juga sangat menyegarkan. "Apa ini benar-benar dunia novel? Kenapa terlihat seperti dunia nyata. Atau dunia paralel yang saling bersinggungan dengan dunia yang aku tempati?"
Pandangan matanya jatuh pada pohon kecil bercahaya yang ada di taman. Pohon itu memiliki warna putih salju dengan daun sedikit kemerahan. Buah kecil terlihat sudah ada di salah satu cabang batangnya. "Ini pohon apa?" Menunjuk.
"Nona pertama, nama pohon ini Bai memiliki arti putih, suci juga murni."
Senyuman lembut terlihat di wajah Han Yu. Dia berjongkok agar bisa melihat lebih dekat. Perlahan dia mencoba menyentuh pohon Bai. Satu ketukan lembut justru membuat pohon Bai langsung layu. Cahayanya juga menghilang dan semua helai daun berguguran. Gadis itu langsung berdiri kembali. "Yah... Aku tidak sengaja." Dia mengangkat kedua tangannya.
Pelayan wanita hanya bisa menelan ludah pahit di tenggorokannya.
"Kenapa pohon Bai serapuh ini?" Dia melihat kesekitar. Untung saja hanya pelayan wanita di sampingnya yang tahu akan hal tidak terduga itu. Dia berjongkok kembali, "Bantu aku." Menggali tanah di sekitar tumbuhnya pohon Bai dengan tangan kosong.
Pelayan wanita mengikuti perintah Nona pertamanya. "Baik."
Mereka terus menggali dan sesekali menatap kesegala arah berusaha untuk melihat situasi. Hingga gadis itu berhasil mencabut pohon Bai sampai keakarnya lalu menyembunyikannya di dalam saku bajunya. "Hufhhh..." Menghela nafas lega. "Hanya kita berdua yang tahu akan hal ini. Apa kamu mengerti!" Bisiknya pelan.
Pelayan wanita mengangguk setuju.
"Ayo kita pergi ke kamar." Menarik lengan pelayan wanita. "Kemana arah kamar?" bisik pelan Han Yu.
"Kearah sana." Pelayan wanita itu menunjuk kearah jalan yang seharusnya mereka lewati untuk dapat sampai di kamar Nona pertama.
Kreekk...
Bbrruukkk...
Pintu di tutup kuat setelah mereka masuk kedalam kamar. "Huh, untung saja situasi masih aman." Gadis itu mengeluarkan tanaman Bai dari saku bajunya. Dia meletakkan tanaman itu di atas meja lalu duduk menatap cukup lama. "Kesini." Melambai kearah pelayan wanita yang sudah berdiri tepat di samping pintu masuk.
Tidak ada tanggapan.
Han Yu menatap kearah pelayan wanita. "Kenapa masih di sana? Cepat kesini," ujarnya dengan nada biasa untuk memberikan perintah.
"Nona pertama, apa saya memiliki kesalahan yang sulit termaafkan?" Tangannya bergetar. "Sikap berbeda anda membuat saya semakin takut." Menundukkan kepalanya.
Han Yu kembali tersadar jika pemeran utama memiliki suasana hati yang sulit di prediksi. Dia bahkan tidak pernah memberikan izin kepada pelayan untuk masuk lebih jauh kedalam kamar. Hanya membiarkan pelayan diam di samping pintu masuk menemaninya sepanjang hari. Dan memberikan empat jam saja untuk istirahat di malam hari. Gadis itu menghela nafas dalam. Dia tersenyum hangat, "Tidak apa-apa kamu bisa datang kesini."
Melihat perubahan sikap Nona pertama, Pelayan wanita merasa tenang. Dia mendekat kearah Nona pertama berlutut di hadapannya untuk menyetarakan dirinya dengan tempat duduk.
Han Yu bangkit membantu pelayan itu agar berdiri. "Jangan selalu berlutut. Duduk di kursi itu, kita lihat pohon Bai bersama-sama. Aku membutuhkanmu untuk menyelamatkan pohon Bai."
Pelayan wanita mengikuti setiap perintah yang di berikan Nona pertama. Dia merasa jika sikap Nona pertama benar-benar telah berbeda.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu