Jinwoo seorang prajurit bermasalah dari Korea Selatan, di kirim ke sebuah negara yang sangat kacau, dan banyak hal hal yang tidak terjadi terjadi di sana, negara yang kacau tidak hanya memerlukan tentara, tetapi mereka juga perlu tenaga medis, dan Renata yang merupakan seorang dokter, juga ikut ke sana, dan disanalah, benih benih cinta mereka berdua tumbuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Apapun yang terjadi, Jinwoon harus menikah dengan Hyejin. Ini adalah satu-satunya cara agar keluarga Hyejin tidak menuntut kita," ucap Lee Sanghyun kepada Han Mira.
Han Mira menatap Sanghyun dengan khawatir. "Tapi aku tidak yakin Jinwoon akan menerima semua ini. Kau tahu bagaimana dia, bukan?" balasnya.
"Aku tahu bagaimana anak itu, tapi ini semua salahnya. Ini terjadi karena dia. Lagipula, ini demi kebaikannya," ucap Sanghyun.
Jinwoon mendengar semua itu. Setelah melihat ada yang janggal dengan Hyejin, ia pulang dan menitipkan Hyejin kepada Choi untuk sementara.
"Ayah, apakah tidak ada jalan lain?" tanyanya, masuk ke dalam topik pembicaraan kedua orang tuanya.
Sanghyun menatap Jinwoon. "Ini adalah satu-satunya cara. Kau dan Hyejin juga saling menyukai, bukan? Apa salahnya melanjutkan kisah lama kalian, Nak?" nada bicara Sanghyun terdengar memohon.
Han Mira menatap Sanghyun. "Biar dia pikirkan dulu. Beri dia waktu," pintanya agar Sanghyun bisa memahami putra mereka.
"Ayah yakin kau akan bahagia jika menikah dengan Hyejin. Satu hal yang harus kau tahu, Hyejin adalah putri dari letnan yang dulu menjadi atasan ayah. Ayah yang dulu hanya seorang bawahan bisa menjadi seperti ini karena dia," ucap Sanghyun sebelum pergi dari ruang keluarga.
Han Mira menghampiri Jinwoon. "Sekarang kau pikirkan saja dulu apa yang ayahmu katakan. Apa pun keputusanmu, Ibu akan mendukungmu."
"Ibu, tolong siapkan makan malam untuk Hyejin. Aku tahu dia tidak suka makanan rumah sakit. Aku juga minta tolong Ibu pinjamkan beberapa pakaian untuknya," ucap Jinwoon.
Han Mira menatap Jinwoon kaget. "Kau akan berjaga malam di sana?"
Jinwoon menatap ibunya dengan bingung. "Kenapa Ibu memberikan cincin itu pada Hyejin?" tanyanya, mengumpulkan keberanian untuk bertanya.
"Maaf, Nak. Saat dia bangun tadi, dia menatap Ibu dan memanggil Ibu dengan sebutan ‘Ibu mertua’. Dia mengatakan bahwa sebelum masuk ke ruang operasi, dia menitipkan cincin pada perawat—cincin tunangan kalian," jelas Han Mira.
Jinwoon hanya diam. Ia keluar dengan tatapan kosong, sama sekali tidak menjawab perkataan Han Mira. Ia masuk ke dalam kamar, duduk, dan membuka akun Instagram Renata.
Hanya tinggal klik ‘kirim pesan’, maka ia bisa bercerita dengan Renata. Namun, ia tidak melakukannya karena Renata mungkin tidak akan mengenali akun miliknya.
Luka di masa lalu masih terasa bagi Jinwoon. Wanita yang ia cintai sejak dulu menolak lamarannya, dan kini kehilangan ingatan serta mengira mereka sudah bertunangan.
Jinwoon menatap langit-langit kamarnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku menunggu Renata, tetapi hatiku masih menunggunya," gumamnya, lalu merebahkan tubuh di atas kasur.
Hingga terdengar suara yang sudah tak asing lagi—siapa lagi kalau bukan ayah Hyejin?
"Jinwoon, bangun, Nak. Ibu sudah menyiapkan makanan dan juga baju untuk Hyejin. Sekarang ada ayah Hyejin di luar, sapalah," ujar Han Mira.
Jinwoon hanya diam, mengikuti semua yang dikatakan ibunya. Ia mengganti pakaian lalu keluar, siap menerima apa pun yang akan terjadi padanya.
"Menantuku," ucap ayah Hyejin saat Jinwoon keluar dari kamar.
Jinwoon sama sekali tidak bisa mengelak jika dipanggil seperti itu. "Iya, Ayah," jawabnya. Mungkin hanya jawaban ini yang bisa membuat kedua keluarga bahagia.
Jinwoon merelakan Renata dan memilih untuk melanjutkan hidupnya bersama Hyejin. Ia sengaja membiarkan dirinya terjebak dalam perasaan yang dulu pernah ada.
Jinwoon mengganti ponselnya. Semua kenangan yang ia simpan bersama Renata sudah ia kubur dalam-dalam. Kini saatnya kembali menjadi kapten dan juga menantu yang baik.
Setelah berbincang dengan ayah mertuanya, Jinwoon langsung menuju rumah sakit. Ia menatap Hyejin yang sedang duduk dan bercanda tawa dengan Choi.
"Choi, kau bisa pulang sekarang. Aku akan menjaga Hyejin," ucapnya saat masuk ke kamar rawat Hyejin.
Hyejin menatap Jinwoon. "Apakah ada makanan? Aku tidak suka masakan rumah sakit, rasanya hambar," ucapnya dengan nada manja.
Jinwoon tersenyum dan mendekatinya. "Aku tahu kau tidak suka makanan rumah sakit. Itu sebabnya aku sudah meminta Ibu untuk membawakanmu makanan rumahan," ucapnya sambil mengelus kepala Hyejin dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Hal ini membuat Choi terdiam. "Lee?" panggilnya.
Jinwoon mengeluarkan buah-buahan yang juga dibawakan oleh Han Mira untuk Choi. "Ini, kau juga dapat buah dari Ibu," katanya, memberikan kepada Choi.
Choi mengambilnya dan menatap jari manis Jinwoon. Ia memakai cincin juga. Itu artinya, ia menerima semua sandiwara ini.
"Lee, aku ingin bicara denganmu," ucap Choi, lalu menarik Jinwoon keluar kamar.
Di lorong rumah sakit
"Lee, apa yang terjadi? Aku kira kau akan mengatakan semuanya kepada Hyejin—maksudku, kebenarannya," ujar Choi.
Jinwoon tersenyum pahit. "Aku memang sudah gila, Choi. Aku mengikuti semua yang Ibu, Ayah, dan juga ayahnya Hyejin minta. Aku harus bagaimana?" ucapnya, meneteskan air mata.
Choi terdiam.
"Aku harus kembali bertugas, karena tidak ada pekerjaan yang lebih nyaman bagiku selain medan perang dan senjata," lanjutnya.
"Kau akan melupakan dokter Renata?"
Jinwoon terdiam. Ia duduk dan meratapi dirinya sendiri.
"Saat kau bertemu dengan Renata, aku merasa kau sangat bahagia. Itu pertama kalinya aku melihatmu dengan senyuman seperti itu, Lee," kata Choi.
"Aku sudah melupakan semuanya tentangnya. Aku harap kau jangan membahasnya lagi, ini sudah cukup bagi ku " ucap Jinwoon, hendak masuk kembali ke kamar Hyejin.
"Aku dan Anna akan menikah dua bulan lagi. Mungkin kalian akan bertemu di pernikahan kami," balas Choi.
Jinwoon menatapnya. "Minggu depan, aku dan Hyejin akan menikah. Setelah itu, aku akan kembali bertugas. Aku tidak akan bisa datang ke acaramu. Aku ucapkan selamat," ujarnya, lalu masuk kembali ke kamar Hyejin.
*
*
*
Sementara itu, di rumah sakit tempat Renata bekerja, di negara Renata,
Renata secara tidak sengaja mendengar bahwa akan ada lagi tim relawan yang akan pergi ke suatu daerah. Namun, ia sama sekali tidak tertarik. Saat ini, ia hanya ingin fokus pada pekerjaannya dan melanjutkan studinya.
"Dokter Renata, ada keadaan darurat!" seru seorang perawat.
"Di mana?" tanya Renata, meskipun masih melamun.
"Di ruang operasi. Saat ini tidak ada dokter yang bertugas, hanya ada kau. Aku mohon, bantulah dia!" ujar perawat itu.
"Jika dia sudah berada di ruang operasi, berarti sudah ada dokter yang bertanggung jawab," balas Renata.
Perawat itu terlihat bingung. Ia tidak tahu harus menjawab dari mana. "Saat ini, dokter yang bertanggung jawab juga sedang berada di ruang operasi lain. Kau tahu, kan? Ada dua operasi sekaligus," jelasnya.
Renata langsung berlari. Ia sama sekali tidak peduli dengan hukumannya saat ini. Sama seperti sebelumnya, ia hanya memikirkan satu hal—nyawa pasiennya.