Author Almighty

Biro Astronomi…

“Gawat!” Seorang malaikat pencatat amal yang bertugas mengawasi progres Bintang Pengorbanan, terpekik di depan proyeksi orakel. “Bintang Pengorbanan mendominasi orakel!” Ia melaporkan.

Gabrielle dan ketiga dewa tridatu menghambur ke aula dan memeriksa proyeksi orakel di tengah ruangan itu.

Ketiga dewa tridatu itu kemudian mulai sibuk menyiapkan alat tulis di meja dekat proyeksi orakel itu dan berkerumun. Mencatat dan menghitung untuk memecahkan rumus yang baru muncul.

Gabrielle tetap berdiri di depan proyeksi orakel itu, mengamatinya dengan intens.

Tampilan orakel itu sekarang terlihat seperti lentera sungai berbentuk teratai dengan tiga kelopak. Satu kelopaknya sudah terkulai. Di bagian dalam kelopak itu terdapat butiran cahaya berwarna-warni seperti konstelasi stellar.

Di mata ketiga dewa tridatu, bintik-bintik cahaya berwarna-warni itu hanya berupa pola berisi rumus-rumus astrologi yang perlu ditafsirkan.

Di mata Gabrielle, bintik-bintik cahaya berwarna-warni itu seperti bola kristal berisi tayangan kehidupan protagonis pria dan wanita. Inilah kelebihan dari kekuatan visi.

Tapi entah apa yang salah, sejak ia bangun tadi pagi, penglihatannya terus terganggu oleh kelebat bayangan Bei Tang Moran yang tampak terpuruk di lantai batu hitam meteorit berbentuk lingkaran dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terentang ke samping, terikat pada dua untai rantai gelap sebesar rantai kapal yang menggelantung dari awang-awang. Kedua kakinya bertekuk lutut.

Gabrielle mengerjap dan mengedikkan kepalanya sembari mendesah. Mencoba mengenyahkan bayangan itu dari pelupuk matanya.

Menatap ke dalam ceruk orakel, Gabrielle seperti menonton cuplikan film di zaman modern.

Wajah protagonis pria mendominasi sebagian besar bola kristal yang hanya berupa bintik cahaya seukuran debu dalam penglihatan normal, namun cukup besar dalam penglihatan Gabrielle. Itu terlihat seperti gelembung air yang berkeriap dan beterbangan dalam gerakan pelan. Setiap gelembung berisi cuplikan peristiwa kehidupan protagonis pria.

Lalu bayangan Bei Tang Moran yang menggelantung di rantai kembali berkelebat.

Gabrielle mengerjap sekali lagi, mengedikkan kepalanya beberapa kali. Kedua lututnya mendadak terasa limbung dan ia agak terhuyung. Sebenarnya ini visi atau halusinasi? pikirnya.

“Dewi? Anda baik-baik saja?” tanya salah satu malaikat pelindung seraya menghambur ke arah Gabrielle dan menahan bahunya.

“Tidak apa-apa!” jawab Gabrielle cepat-cepat. Kemudian menarik dirinya dan menoleh ke arah barisan malaikat pembawa kabar. “Cari tahu siapa yang menulis takdir petualangan Zhu Jian Yu!” instruksinya pada salah satu dari mereka.

“Shi!”~Baik! Malaikat yang ditunjuk segera membungkuk dalam hormat tentara, kemudian melesat keluar aula, sepasang sayap emas secara otomatis merekah keluar dari punggungnya dan mengepak dengan elegan, meninggalkan hempasan angin dan percikan debu cahaya berwarna emas.

WUUUSSSSHHH!

Gabrielle kembali mengamati proyeksi orakel itu sembari bersedekap dan memegangi dagunya dengan buku telunjuk dan ibu jarinya. Sepasang alis rampingnya berkerut-kerut.

Adegan ini ada di bab mana ya,dalam novel? pikirnya sambil mencoba mengingat-ingat.

Saat ini, protagonis pria sudah berusia dua puluh tahun. Tingkat kekuatannya masih terjebak di level sepuluh. Tapi berkat serentet senjata magis dan artefak spiritual bernilai ratusan keping emas, sepak terjangnya di dunia persilatan tak bisa diremehkan.

Di mana sekarang posisi protagonis wanita? Gabrielle bertanya dalam hatinya, kemudian menggulirkan matanya ke sudut lain dalam orakel.

Setelah mengamati dalam waktu yang lama, ia akhirnya menemukan gelembung berisi cuplikan kehidupan protagonis wanita.

“Ketemu!” seru Gabrielle mengejutkan ketiga dewa tridatu yang sedang berkerumun di seputar meja di belakangnya.

Ketiga dewa itu menoleh bersamaan dengan ekspresi bingung dan penasaran.

Gabrielle mendekatkan wajahnya ke permukaan proyeksi orakel dan memicingkan matanya.

Wajah protagonis wanita muncul pada salah satu gelembung dengan tampilan kotor seorang pengemis. Usianya tujuh belas tahun, dan ia sedang ditindas sekelompok pemuda dengan penampilan kotor yang sama.

Aku ingat! seru Gabrielle dalam hatinya. Itu adalah adegan pertemuan pertama protagonis pria dan protagonis wanita.

Protagonis pria akan datang menolong protagonis wanita, kemudian protagonis pria akan merekrut protagonis wanita sebagai pengawalnya.

Itu dia! pikir Gabrielle. Hutang budi ini, kelak akan dibayar oleh pengorbanan protagonis wanita.

Tidak bisa! sergahnya dalam hati. Adegan ini harus diubah!

Tapi ini membutuhkan diskusi panjang dengan penulis takdir perjodohan. Mungkin juga terjadi perdebatan.

Terlalu merepotkan! pikirnya tidak sabaran. “Sistem!” panggilannya.

Sistem Editor berderit dan muncul seketika.

“Adakah cara cepat untuk mendarat di lokasi protagonis wanita sekarang juga?” tanya Gabrielle.

“Apakah Anda ingin mengunduh kekuatan teleportasi!” Sistem Editor memunculkan menu kekuatan tinggi yang masih terkunci.

“2000 poin?” Gabrielle spontan melotot. “Nilai suka bernilai satu per satu persen. Nilai tukar paling sedikit seratus poin. Kenapa tidak merampok saja?”

“Apakah Anda ingin mengunduh kekuatan teleportasi?” ulang Sistem Editor bernada datar.

“Haish—sudahlah!” tukas Gabrielle cepat-cepat. “Unduh sekarang!”

Sistem Editor berderit dan mengubah tampilan layar. “Sedang mengunduh!”

“Bagaimana cara menggunakannya?” tanya Gabrielle setelah selesai mengunduh kekuatan. Poin B tersisa 50.100.

“Pikirkan tujuan Anda, dan bayangkan Anda mendarat!” Sistem Editor memberitahu.

“Dimengerti!” kata Gabrielle bersemangat, kemudian mencoba berkosentrasi, membayangkan tempat protagonis wanita sedang berada sekarang, sesuai dengan yang ada dalam orakel.

SLASH!

Gabrielle merasakan angin kencang melemparkannya dalam kecepatan yang mengerikan.

WUUUSSSSHHH!

Gabrielle terhenyak dan terhuyung. Belum terbiasa dengan pendaratan ekstrem semacam itu. Ia mengedikkan kepalanya berkali-kali dan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk mengenyahkan rasa pusing.

Setelah sesaat rasa pusingnya mereda, ia mengedar pandang ke sekeliling dan menemukan protagonis wanita di tengah kerumunan.

DING!

Sistem Editor memunculkan bilah notifikasi berisi informasi di atas kerumunan para pemuda yang sedang berjibaku. “Lu Xi Yuan, 17 tahun. Protagonis wanita. Tingkat kekuatan: tak diketahui. Profesi: tidak dikenal.”

Gabrielle mengintip melewati bahu orang-orang yang berkerumun dan menemukan protagonis wanita sedang meringkuk di tanah dengan kedua tangan bersilangan di depan wajahnya, sementara lima pemuda di sana-sini menendang, memukul dan mencelanya.

Sungguh miris calon Putri Langit! pikir Gabrielle seakan-akan itu bukan karyanya.

DING!

Gelembung notifikasi muncul lagi di belakang kerumunan. “Zhu Jian Yu, 20 tahun. Protagonis pria. Tingkat kekuatan: 99 manna. Profesi: pelajar abadi sekolah kekaisaran.”

Gawat! pikir Gabrielle seraya buru-buru menyeruak membelah kerumunan.

Protagonis pria sudah mulai menyelinap melewati arus orang banyak yang berseliweran, merayap perlahan ke arah Gabrielle.

Gabrielle menggerak-gerakkan kedua tangannya dengan cepat di depan dada, mencoba mempraktikkan formasi serangan yang baru diunduhnya tadi malam.

Sensasi rasa panas sekaligus dingin menyengat pergelangan tangannya sampai ke telapak tangan seperti aliran listrik. Sejumlah lingkaran sihir berbentuk cakram bergerigi seukuran telapak tangan orang dewasa terlontar keluar dari sela-sela jemari tangannya. Ia melipat tangannya ke samping, bersiap mengibaskan tangannya ke tengah kerumunan pemuda yang sedang merunduk di sekeliling protagonis wanita.

Tiba-tiba…

GREP!

Tangan kuat seseorang menyergap pergelangan tangannya.

Gabrielle terperanjat dan konsentrasinya seketika buyar. Kepingan cakram transparan bercahaya di sela-sela jemarinya menguap seketika.

Gabrielle menyentakkan kepalanya ke samping, melontarkan tatapan tajam dan bersiap menyemburkan kata-kata umpatan kepada siapa pun yang coba menghentikannya. Tapi lalu hanya tergagap. “Kau….”