NovelToon NovelToon
Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Di Bawah Payung

"Udah tak lihatin tuh." Kata Dimas yang berakhir dengan mencubit pipi Laras.

"Maksudku gak gitu juga lihatinnya. Niat banget bikin aku baper?." Kata Laras yang jantungnya hampir meledak.

"Hm, nawaitu." Jawab Dimas.

Dimas yang kini kembali menatap layar tab pun sebenarnya merasa dag dig dug saat menatap manik mata Laras.

Jantungnya pun masih berdetak keras dan tak beraturan setelah beberapa menit melepaskan tatapannya.

Pria tampan itu, sedang mati - matian mengatur irama jantungnya agar kembali normal. Ia kemudian berdiri, setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Mas mau kemana?" Tanya Laras yang masih terdiam di bangkunya setelah kejadian tadi.

"Ke ruang percetakan." Jawab Dimas.

"Terus, aku suruh nunggu di sini sendirian? Mas mau ninggalin aku?." Tanya Laras.

"Mau di sini?" Dimas balik bertanya.

"Ch! Mas pikir aku takut?."

"Ok!." Jawab Dimas yang melangkah meninggalkan Laras.

"Mas! Aku belum selesai. Ya aku takut lah! Gila aja di tempat remang kayak gini sendirian. Kalo ada yang tiba - tiba megang kakiku gimana coba!" Laras bergidik sendiri membayangkannya.

"Mas juga kenapa gak beli lampu yang besar sih, biar di sini terang. Serem tau, kalo lampunya remang - remang gitu. Anak - anak di toko juga pasti gak berani protes. Takut di potong gajinya sama mas Dimas." Cicit Laras yang berjalan sambil memegangi kaos Dimas.

Dimas sendiri hanya tersenyum saat mendengar omelan gadis di belakangnya. Gadis cerewet, tetapi entah mengapa ia suka mendengar omelannya.

Di ruang percetakan, Dimas tampak serius membahas desain buku pesanan customer yang akan di cetak. Pria itu memastikan dengan teliti mengenai warna, logo, dan detil lainnya dari buku yang akan di cetak.

Sementara Laras hanya bisa melihat saja, karena tentunya ia tak mengerti dengan pekerjaan mereka.

"Jul, tulung jupuk o panganan ning ngarep. Wonge wes teko. (Jul, tolong ambilkan makanan di depan. Orangnya sudah datang.)" Titah Dimas pada pria bernama Ijul.

"Wes di bayar to, bos? Mengko aku kon tombok, meneh. (Sudah di bayar kan, bos? Nanti aku di suruh bayarin lagi.)" Kekeh Ijul.

"Wong jarene malah panganane di tuker karo kowe kok, Jul. (Orang katanya malah makanannya di tuker sama kamu kok, Jul.)" Sahut karyawan lain yang memecah tawa.

Tak hanya para karyawan yang ada di sana, Dimas dan Laras pun turut tertawa di buatnya.

"Heleeh, preet!" Sahut Ijul sambil berjalan keluar.

Tak lama, pria bernama Ijul itu sudah kembali.

"Iki booosss! Pesenane. (Ini boooosss! Pesanannya.)" Seru Ijul sambil membawa beberapa kantung plastik yang berisi makanan dan minuman.

"Bagekno, Jul. (Bagiin, Jul)" Kata Dimas setelah ia mengambil dua kotak makanan dan dua cup minuman.

"Leren sek, cah! Dewe kerjo karo wong jowo, udu londo! Mangan - mangan sek, men ra modiar! (Istirahat dulu, kawan! Kita kerja sama orang jawa, bukan belanda! Makan - makan dulu, biar gak mati!)" Seru Ijul sambil membagikan makanan pada rekan - rekannya.

"Nak arep modiar ojo lali ngomong! Tak undangi dukun ben nggo tumbal pesugihan sisan. Ibarate, kowe urip ra ono gunane, tapi modarmu sopo reti isoh bermanfaat. (Kalau mau mati jangan lupa bilang! Tak panggilin dukun biar jadi tumbal pesugihan sekalian. Ibaratnya, kamu hidup gak berguna, tapi kematianmu siapa tau bermanfaat.)" Kekeh salah seorang karyawan.

"Ojo modar sek to, yo! Wong bose urung sido nggawe undangan rabi kok e. Mengko bose kepontal - pontal nak kowe wong do modiar. (Jangan mati dulu to, ya! Orang bosnya belum jadi bikin undangan pernikahan kok. Nanti bosnya keteteran kalau kalian pada mati)" Sahut yang lain.

Dimas kembali tersenyum mendengar celotehan para karyawannya. Tak hanya Dimas, Laras pun ikut tersenyum karena keseruan karyawan Dimas.

Mereka semua makan bersama di lorong sebelah ruang percetakan. Duduk bersama beralaskan tikar, mereka makan sambil bersenda gurau hingga suasana cukup meriah.

Laras sendiri heran, bagaimana bisa, Dimas tetap slay dengan bicaranya yang irit, sedangkan ia berada di tengah - tengah orang yang sangat aktif bicara.

"Mas, Uti gak nanyain? Kok gak nelfon aku, ya?" Tanya Laras.

"Aku udah telfon uti tadi." Jawab Dimas.

Setelah makan, Dimas dan Laras bersiap untuk pulang, walaupun masih gerimis karena sudah semakin malam.

"Pake jaketnya." Titah Dimas.

"Mas aja. Mas kan yang depan, nanti Mas basah loh. Kalo aku kan ketutupan badan mas." Tolak Laras.

"Ay, pake." Kata Dimas lagi.

"Ih, mas aja. Aku gak apa - apa." Keukeuh Laras.

"Mau pake sendiri atau aku pakein?" Paksa Dimas yang di jawab dengan bibir manyun Laras.

Dimas langsung membalut tubuh Laras beserta tas berisi laptop yang di kenakan Laras dengan jaketnya, lalu mengancing rapat jaket yang ia pakaiankan.

Tak lupa, ia juga memakaikan helm dan mengaitkan penguncinya. Di akhiri dengan menutup kaca helm dan menyentil kaca helm itu dengan gemas.

"Bandel." Gerutu Dimas.

"Mas itu, ngeyel!" Sahut Laras.

"Ini terus gimana aku mau pegangan? Tanganku gak bisa keluar gini." Cicit Laras yang berusaha mengeluarkan tangannya.

Dimas sendiri hanya tersenyum geli melihat Laras yang terus mengomel di dekatnya.

"Mas, bantuin dong. Lepasin dulu ini gak bisa keluar tanganku." Pinta Laras.

"Emoh!" Sahut Dimas.

"Ih, mas Dimas. Yaudah, aku minta tolong karyawan mas aja." Gertak Laras yang hendak masuk walaupun ia tak akan benar - benar meminta tolong pada karyawan Dimas yang semuanya laki - laki.

Dengan cepat, Dimas menahan badan Laras dan memutar tubuh gadis itu agar menghadapnya. Laras sendiri tersenyum penuh kemenangan di balik helm yang kacanya tertutup.

Dimas kemudian melepaskan kancing jaketnya yang ketat membalut tubuh dan tas Laras.

"Pake yang bener." Kata Dimas sambil memperhatikan Laras.

"Biasa aja lihatnya, mas. Keluar itu nanti biji matanya." Sahut Laras yang cengengesan melihat ekspresi Dimas.

...****************...

"Ya Allah, malah ujan. Mana gak bawa payung!" Gelisah Laras yang berdiri di teras warung pecel

"Lungguh kene sik lho, nduk. Udan kok e. (Duduk sini dulu lho, nduk. Ujan kok.)" Kata bude Mar, pemilik warung pecel.

"Ah iya, bude. Ini, Udah di tunggu bulik Lani yang lagi ngidam." Jawab Laras.

"Lho, Hilman mau punya adik?" Tanya bude Mar.

"Hehehe in syaa Allah, bude." Jawab Laras.

"Aduh, alhamdulillah. Wes suwi ngenteni, akhire meteng. Adoh yo, jarak e karo Hilman. (Sudah lama nunggu, akhirnya hamil. Jauh ya, jaraknya sama Hilman.)"

"Iya, bude. Sekitar empat belas tahun jaraknya dengan Hilman." Jawab Laras.

"Duh, melu seneng. Suwe ne ngenteni ra sio - sio. Mugi - mugi, waras, selamet loro - lorone. (Duh, ikut senang. Lamanya menunggu gak sia - sia. Mudah - mudahan sehat, selamat dua - duanya."

"Aamiin. Laras pulang dulu ya, bude." Pamit Laras.

"Ho'oh, ati - ati, nduk."

Laras nekat menerobos hujan gerimis yang turun cukup rapat. Berbekal tangannya yang tak seberapa itu, Laras menutupi kepalanya.

Jalanan tanah yang licin karena guyuran hujan, membuat langkah Laras jadi terhambat. Beberapa kali ia terpleset, walaupun tak sampai terjatuh.

"Demi calon sepupu baru sih ini. Hujan badai rela tak terjang." Cicit Laras sambil berjalan.

"Lho, Laras? Kok hujan - hujanan?" Suara seorang pria menyapanya.

Pria itu menghampiri Laras dan memayungi gadis yang hampir kuyup terkena air hujan.

"Gus Farid? Eh anu, ini dari beliin bulik Lani pecel." Jawab Laras.

Mereka menjadi cukup akrab setelah beberapa kali bertemu. Baik saat Laras mengantar kerupuk, maupun saat ia menghadiri majlis ta'lim di pondok yang diadakan setiap hari minggu.

"Gus Farid mau kemana?" Tanya Laras.

"Mau kerumah ustadz Zailani." Jawab Gus Farid.

"Lho, Gus jalan? Kan jauh dari pondok." Tanya Laras.

"Enggak, mobilnya keplater (Tersangkut di tanah becek) itu dekat sawah, masih di urus cah - cah (anak - anak). Makanya saya jalan duluan." Jawab Gus Farid.

"Ini, pakai saja payungnya." Gus Farid menyerahkan payung pada Laras.

"Eh, gak usah, Gus. Udah deket kok." Tolak Laras.

"Gak apa - apa, pakai saja. Lha wong masih satu gang lagi." Kata Gus Farid yang juga tau dimana rumah Uti.

"Gus Farid gimana?" Tanya Laras.

"Bareng mas santri." Jawab Gus Farid sembari berpindah ke bawah payung yang di bawa santrinya.

"Oh, yaudah. Makasih, gus, nanti saya kembalikan kalau pas ke pondok." Kata Laras.

"Iya. Yasudah saya duluan. Assalamualaikum." Pamit Gus Farid.

"Iya, Waalaikumsalam." Jawab Laras yang kemudian berjalan menuju kerumah dengan membawa payung Gus Farid.

Dari kejauhan, nampak sepasang mata elang mengawasi dua orang yang berada di bawah satu payung besar. Walaupun tak lama, tapi hal itu cukup membuatnya merasa gerah.

1
Nur Wakidah
aku sg moco melu kesemsem karo guya guyu dewe ☺️☺️☺️
Sari Nande16
q seng Moco Yo kesem sem 🤣🤣
Yulay Yuli
selalu kesemsem dengan perlakuan Dimas, berasa aku yg digituin 😅😀
Dewi kunti
ojo sue2 ay mengko Ndak gur njagani jodoh nya org,sat set ngunu lho
Sari Nande16
uluh2 mas Dimas 🥰🥰
Yulay Yuli
mauuuu..... mau.... 😘😁
Yulay Yuli
lemes ya dipanggil sayang sama Ay 😂😂😂
ayu rahma
ahh dimass so sweeett,, 🥰🥰
Bungatiem
ih gemes
Yulay Yuli
udh buruan halalin thour
Dewi kunti
biasanya tambah LG up nya
Bungatiem
double upda ya Thor
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Bungatiem
Thor ko novel rahasia pasangku ga pernah update?? padahal bagus juga lo cerita nya 😞
Faqisa Sakila
Dri cinta ugal2an pak kades sama crita ini jd novel favorit bnget ,,
update trus y kk..
sk bngt ma critany
Dewi kunti
ra usah cemburu
Dedes
makane gek endang dicencang mas 😂
Nur Wakidah
nah mas Dim , , , Hadooohhh kan kedisek an Gus Farid 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
mas Dimas isok misoh yoan 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
awas ketikung MAS DIM , , , 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!