Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH DUA
Tepat saat catatan selesai aku tulis tepat saat itu pula Dinda kembali melintas di depan bilik ku. Aku kembali menghentikan langkahnya, yang langsung mendekat dan bertanya.
"Din, kamu punya Tapper wear gak? Atau di dapur kantor mungkin ada punya siapa ke, ada?" ku lihat Dinda yang terdiam dengan pandangan berfikir mungkin mengingat letak atau ada tidaknya.
"Kalo Tapper wear mah gak ada mba. Cuma di dapur kantor ada wadah es krim yang mba kasih sebelumnya, udah saya cuci kok, saya iseng gak buang buat jaga-jaga kalo perlu" aku menimang sebentar sebelum tanpa pikir dua kali mengiyakan saja.
"Ya udah deh gak papa. Tolong bawa sini ya Din"
"Boleh mba. Tapi memang buat apa ya mba? Mba mau nyimpen makanan?" aku menggeleng kecil.
"Bukan. Saya mau nyimpen bunga mawar ini. Lumayan buat bikin parfume!"
"Loh gak susah tah Mba?" aku menggeleng, apa yang susah memang.
"Enggak ini gampang banget malah. Kamu mau?" Dinda mengangguk antusias.
"Kalo boleh dan kalo gratis saya mau banget mba" aku menggeleng kecil dengan senyum lembut.
"Ya udah sana ambilin wadahnya dulu" tanpa banyak bicara Dinda segera beranjak pergi.
Sesaat kemudian wanita dengan seragam biru itu kembali membawa serta kotak es krim yang kosong tak berisi.
"Ini Mba" aku mengangguk, menerima uluran kotak itu dengan ucapan Terima kasih.
"Nahh oke, besok kalo udah jadi saya kasih ya" dia mengangguk semangat.
"Siap mba, kalo gitu saya permisi" aku sekali lagi mengangguk, membiarkan Dinda berlalu meninggalkan aku yang mulai sibuk memetik tiap kelopak mawar dengan senyum kecil. Walau tetap saja rasa dongkol masih bertahta tapi setidaknya ada sedikit kegunaan dari apa yang Dimas kasih kali ini.
_
Keesokan harinya aku kembali berangkat ke kantor seperti biasa dengan membawa paperbag kecil berisi beberapa botol kecil parfume mawar buatan ku kemarin.
Sebenarnya ini juga sudah di kurangin beberapa botol yang Alexa minta. Adik ku itu saat tau aku tengah membuat parfume dan hasil yang amat sangat harum tanpa banyak basa basi segera meminta bahkan tak tanggung-tanggung 3 botol sekaligus. Untuk stock katanya, walau tak paham dengan sikapnya itu aku tetap memberikannya toh aku juga ingin berbagi agar berguna mawar yang di berikan Dimas itu.
Aku kembali memanggil Dinda yang melintas di depan bilik setelah meletakan gelas-gelas kopi ke masing-masing bilik, kembali berhenti di depan ku dengan tanya.
"Nih, parfume yang kematian saya janji-in" dia langsung menerima uluran sebotol kecil Parfume itu berbinar.
"Wahh. Udah jadi mba?" aku mengangguk mengiyakan
"Boleh coba dulu gak?"
"Boleh dong! Harus malah, ayo di coba buru! " Dinda dengan antusias segera membuka tutup botol parfume menyemprotkan nya ke pergelangan tangan. Senyum lebar segera terlukis di wajahnya sesaat setelah Dinda menghirup aroma Parfume.
"Wah mba ini sih wangi banget! Udah kaya parfume mahal! Makasih ya mba"
"Sama-sama"
Aku menoleh saat semua anggota devisi keuangan mendekat, sedikit terkejut karena mereka yang tiba-tiba menghampiri aku dan Dinda.
"Wahh wangi apa nih?" Dinda dengan raut senang berucap semangat.
"Ini-loh pak Dika, mba Xeira bikin parfume. Wangi banget!" Dika salah satu teman kerja ku, tanpa sungkan langsung menarik pergelangan tangan Dinda.
"Wah iya wangi banget! Kamu bikin sendiri Xei?" aku jelas mengangguk.
"Iya. Kalian mau?" Dika dan semua anggota devisi keuangan langsung mengangguk.
"Boleh nih, satu satu buat kalian. Aku sengaja bikin banyak biar bisa bagi-bagi"
"Wih asik, lumayan buat ngurangin pengeluaran beli parfume" aku mengangguk dengan kekehan kecil menanggapi ucapan Bisma.
"Makasih Xei" semua orang mulai berlalu meninggalkan aku yang kembali sendiri.
Mengulas senyum, aku menaruh tas yang aku bawa ke atas meja sebelum kemudian berlalu menuju ruangan Dimas.