NovelToon NovelToon
Tolong Nikahi Aku, Paman !

Tolong Nikahi Aku, Paman !

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Shanna Viarsa Darmawan melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan kehormatannya pada Rivan Andrea Wiratama. Kepercayaannya yang begitu besar setelah tiga tahun berpacaran berakhir dengan pengkhianatan. Rivan meninggalkannya begitu saja, memaksa Shanna menanggung segalanya seorang diri. Namun, di balik luka itu, takdir justru mempertemukannya dengan Damian Alexander Wiratama—paman Rivan, adik kandung dari ibu Rivan, Mega Wiratama.

Di tengah keputusasaan, Damian menjadi satu-satunya harapan Shanna untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang akan ia temui? Uluran tangan, atau justru penolakan yang semakin menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan Keluarga

Hubungan mereka kini telah memasuki tahun keempat. Rivan semakin yakin dengan ucapannya untuk menikahi Shanna. Mereka sudah semester lima, hanya beberapa saat lagi sebelum lulus, dan usia mereka pun hampir menginjak dua puluh satu tahun. Menurut Rivan, mereka sudah cukup dewasa untuk membawa hubungan ini ke arah yang lebih serius.

Namun, Mega—ibunya—tidak sependapat.

"Jangan gila, Van. Kamu masih terlalu muda untuk menikah," tolak Mega tegas, menatap putranya dengan ekspresi tak percaya.

"Aku sudah dewasa, Bun. Aku juga punya penghasilan sendiri. Kalau hanya sekadar menghidupi Shanna, aku bisa," balas Rivan dengan nada penuh keyakinan.

Percakapan mereka terdengar hingga lantai dua, membuat Damian, paman Rivan, turun ke ruang tamu dengan ekspresi lelah. Ia baru saja hendak menikmati pagi yang tenang, tetapi keponakannya sudah membuat keributan.

"Ada apa ini? Masih pagi kok sudah ribut?" keluh Damian sambil menguap kecil.

"Lihat keponakanmu ini, Damian. Dia bilang mau menikah!" Mega mendelik kesal, seolah berharap adiknya akan mendukung pendapatnya.

Damian menoleh ke arah Rivan yang masih berdiri tegak, mempertahankan argumennya.

"Apa yang kamu lakukan, Van?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.

"Gak ada yang salah, Om. Aku hanya minta izin Bunda buat menikah. Emang salah? Aku sudah dewasa, sudah punya penghasilan, dan aku bisa bertanggung jawab atas hidup seseorang," ujar Rivan dengan penuh keyakinan.

Damian menghela napas panjang, lalu mengisyaratkan agar keponakannya duduk. Rivan menurut, meskipun ia masih terlihat tegang.

"Menikah bukan hal kecil, Rivan," ujar Damian setelah beberapa saat hening. "Lihat aku, Van. Aku masih melajang, meskipun aku jauh lebih mapan dibanding kamu. Bukan berarti aku tak ingin menikah, tapi karena aku tahu pernikahan dalam keluarga kita bukan hanya tentang cinta."

"Ayolah, Om. Sejak kapan Om jadi berpikiran kuno seperti ini?" Rivan menyela, suaranya terdengar sedikit kesal.

"Aku bukan kuno," Damian menatap keponakannya lekat. "Hanya saja, ada beberapa hal dalam keluarga kita yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada aturan, ada tradisi yang harus dijaga."

Rivan mengepalkan tangan di pangkuannya. "Om tahu Shanna seperti apa. Menurut Om, dia tidak layak masuk keluarga kita?"

Damian terdiam sejenak. Ia mengenal Shanna, gadis itu memang cerdas, menarik, dan memiliki karakter yang baik. Namun, ada satu hal yang menjadi penghalang besar—latar belakangnya. Dalam sejarah keluarga Wiratama, mereka selalu menikah dengan orang yang setara, baik dari segi status maupun kekayaan. Itu bukan hanya soal kebanggaan, melainkan juga demi menjaga kestabilan aset keluarga.

"Dia pantas, Van. Tapi bukan dia orangnya," ucap Damian akhirnya, meskipun ia bisa melihat betapa kecewanya Rivan mendengar itu.

"Kalian terlalu mencampuri urusan pribadiku!" Rivan akhirnya meledak, emosinya tak lagi bisa dibendung.

Mega yang sedari tadi berusaha menahan diri akhirnya angkat bicara dengan suara tinggi, "Kamu seorang Wiratama, Van! Mau tidak mau, kamu harus mengikuti aturan keluarga!"

Rivan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia merasa diperlakukan seperti anak kecil yang tidak memiliki hak untuk menentukan hidupnya sendiri.

Damian menepuk pundaknya pelan, mencoba menenangkan. "Rivan, dengarkan aku baik-baik. Aku tidak bilang kamu harus mengakhiri hubunganmu dengan Shanna. Tapi beri waktu. Biarkan Shanna membuktikan diri, bukan hanya dengan prestasi akademiknya, tapi juga pencapaian kariernya nanti. Kita harus memastikan dia cukup kompeten untuk mendampingimu dalam menjaga dan mengelola seluruh aset keluarga kita."

Rivan diam. Ia memahami maksud Damian, tapi hatinya tetap berat menerima.

"Kalau Shanna memang mencintaimu, dia pasti akan membuktikan dirinya," lanjut Damian.

"Dan jika dia tidak bisa?" tanya Rivan dengan suara lirih.

"Tentu kamu sendiri yang harus memilih, Van," jawab Damian dengan nada tenang, tetapi penuh tekanan.

Keheningan kembali memenuhi ruangan. Rivan menatap ibunya, lalu kembali ke Damian. Ia tahu mereka tidak akan mengubah pendapat mereka begitu saja. Namun, ia juga tidak akan menyerah semudah itu.

"Aku akan membuktikan kalau Shanna layak," ujar Rivan akhirnya, suaranya penuh tekad.

Mega hanya mendengus pelan, sementara Damian tersenyum tipis.

"Kita lihat nanti, Van," ucap Damian sambil berdiri. "Jangan terburu-buru. Pernikahan bukan tentang siapa yang duluan, tapi siapa yang bisa bertahan sampai akhir."

Rivan tidak menjawab. Ia hanya menatap kosong ke depan, sementara pikirannya dipenuhi dengan berbagai rencana. Jika keluarga tidak mempercayai Shanna, maka ia akan membuktikan bahwa gadis itu memang layak berdiri di sampingnya.

Bagaimanapun caranya.

Siang itu, setelah perselisihan sengit dengan keluarganya, Rivan duduk di taman kampus bersama Shanna. Angin sore berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di sekeliling mereka, namun tak cukup untuk meredakan kegelisahan di hati Rivan.

"Aku udah bicara sama Bunda dan Om Damian," Rivan membuka percakapan dengan suara berat. "Mereka menolak. Keras."

Shanna menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. Tak ada ekspresi kecewa di wajahnya, hanya ketenangan yang nyaris membuat Rivan semakin frustrasi.

"Aku gak masalah, Van. Aku emang udah ngira ini dari awal," jawab Shanna dengan nada santai. "Aku sadar diri. Itu kenapa aku belajar mati-matian biar setelah lulus aku bisa dapet kerja di tempat yang layak."

Rivan mengepalkan tangannya di atas lutut. "Tapi tetap aja, Shan. Ini gak adil buat kamu. Seakan-akan kamu harus membuktikan sesuatu yang seharusnya gak perlu dibuktikan."

Shanna menghela napas pelan. "Gak ada yang bilang hidup ini adil, Van. Aku gak keberatan berusaha. Kalau aku memang mau jadi bagian dari hidupmu, maka aku harus siap menghadapi keluargamu."

Rivan menatap gadis di sampingnya. Ia ingin berkata sesuatu, tapi yang keluar justru desahan berat. "Maaf, Shan. Maaf dengan cara pandang keluargaku. Andai aku bisa milih, mungkin aku juga gak mau terlahir sebagai seseorang yang punya nama belakang Wiratama."

"Jangan mikir gitu, Van," Shanna menatap Rivan dengan lembut. "Bagaimanapun juga, apa yang kamu miliki dan capai sekarang itu ada karena dukungan keluargamu. Pekerjaan yang kamu punya, pendidikan yang kamu jalani… semua itu bukannya bentuk dukungan dari mereka?"

Rivan terdiam sejenak, menyadari kebenaran kata-kata Shanna. Jika bukan karena keluarganya, ia mungkin tak akan berada di posisinya sekarang. Tak akan bisa memberikan semua yang selama ini ia berikan untuk Shanna.

"Kamu benar, Shan," gumamnya, mengangguk pelan. "Kalau bukan karena aku terlahir sebagai seorang Wiratama, aku belum tentu bisa ngasih segalanya buat kamu."

Shanna tersenyum tipis. "Aku gak butuh segalanya, Van. Aku cuma butuh kamu. Kamu yang kayak gini. Masalah lain bisa kita usahain sama-sama."

Rivan menatap gadis itu dalam-dalam, lalu tanpa ragu menariknya ke dalam pelukan. Hangat, erat, dan penuh ketulusan. Seolah dalam genggamannya, ia ingin meyakinkan Shanna bahwa apa pun yang terjadi, ia akan selalu memilihnya.

1
Elza Febriati
Laaaa koq kesannya seperti damian yg keras nikahin dia, 😩 rada2 ngelunjak, semestinya banyak2 sadar diri,, dan mengambil hati damian,! Lucuuuuuu
Narata: Iyaaa ya damian duluan yang bucin wkwk karena damian udah suku duluan gasiii dari pas ketemu di kampus
total 1 replies
Dian Fitriana
update
Narata: ok kak jam 00 yaa
total 1 replies
Risma Waty
Kasihan juga sih dgn Rivan.. bukan keinginannya ninggalin Shanan. Dia dipaksa dan dibawa kabur bapaknya ke luar negeri. Rivan kan janji akan kembali menjemput Shanan. Semiga Damian ntar mengembalikan Shanan ke Rivan krn bagaimanapun anak yg dikandung Shanan adalah anaknya Rivan, otomatis cucunya Damian.
Narata: Iya sih kasihan .. Yang jahat di cerita ini adalah takdir mereka. hikss🥹
total 1 replies
Dian Fitriana
up LG thor
Dian Fitriana
update
fran
klu up yg bnyk dong .., krn klu kelamaan jd membosankan
Narata: hi kak fran, nanti author up jam 12 ya kak
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
Narata
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!