NovelToon NovelToon
I Love You, Paman

I Love You, Paman

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Beda Usia / Cinta Murni / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:21.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

"Papa tidak setuju jika kamu menikah dengannya Lea! Usianya saja berbeda jauh denganmu, lagipula, orang macam apa dia tidak jelas bobot bebetnya."

"Lea dan paman Saga saling mencintai Pa... Dia yang selama ini ada untuk Lea, sedangkan Papa dan Mama, kemana selama ini?."

Jatuh cinta berbeda usia? Siapa takut!!!

Tidak ada yang tau tentang siapa yang akan menjadi jodoh seseorang, dimana akan bertemu, dalam situasi apa dan bagaimanapun caranya.

Semua sudah di tentukan oleh sang pemilik takdir yang sudah di gariskan jauh sebelum manusia di lahirkan.

Ikuti ceritanya yuk di novel yang berjudul,

I Love You, Paman

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23 - So sweet? No!

Lanjut...

Setelah mengambil foto, mereka duduk di atas selimut kecil yang Saga bawa dari rumah untuk menikmati senja yang hampir sempurna.

Dengan sedikit ragu, Lea bersandar pada bahu Saga dan merasa begitu nyaman. Saga pun merangkul Lea dengan lembut hingga membuat suasana menjadi semakin romantis.

"Kamu senang hari ini, Lea?," tanya Saga.

"Iya, Lea sangat senang. Terima kasih sudah mengajak Lea ke sini, Paman."

"Paman juga senang bisa menghabiskan waktu denganmu. Kamu tahu, kamu itu sangat berarti untuk Paman."

Kata-kata itu langsung menusuk hati Lea, membuatnya merasa ada yang bergetar di dalam dadanya. Ia lalu menatap Saga dengan mata berbinar-binar, tapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Kata-kata itu begitu sederhana, tapi di telinga Lea, kata-kata itu terdengar seperti ungkapan kasih sayang dan cinta Saga.

**

Malam mulai larut ketika Saga dan Lea masih duduk di atas bukit, menikmati langit yang dihiasi oleh ribuan bintang.

Ketenangan malam itu membuat Lea merasa nyaman, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.

Dalam suasana yang begitu dekat itu, Lea merasakan sebuah dorongan dalam hatinya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Saga.

"Paman," panggil Lea dengan suara yang lembut dan nyaris berbisik.

"Iya, Lea?," jawab Saga, masih merangkul Lea dengan hangat.

"Apa sekarang ini kita pacaran?."

Teg!

Pertanyaan itu membuat Saga tersentak. Lalu ia perlahan melepaskan rangkulannya dan berusaha memahami apa yang baru saja Lea katakan.

"Lea...," Saga mulai bicara dengan hati-hati. "Apa yang kamu maksud dengan pacaran?."

Lea menunduk karena merasa gugup dan sedikit malu. "Ya, maksudnya... Lea merasa Paman selalu ada untuk Lea, selalu peduli, dan selalu membuat Lea bahagia. Lea pikir... mungkin kita bisa jadi lebih dari sekadar paman dan keponakan."

Saga menghela napas panjang sebelum menjawab. Ia tahu betul betapa sensitifnya situasi ini, dan ia tidak ingin menyakiti perasaan Lea, tapi juga tidak bisa memberikan harapan yang salah.

"Lea," kata Saga pelan seraya menatap Lea. "Apa yang kita miliki itu sangat berharga, tapi... hubungan kita adalah hubungan keluarga. Paman sayang sama kamu, tapi sayangnya bukan seperti itu."

Lea terdiam dan merasakan hatinya mulai runtuh sedikit demi sedikit. "Kenapa, Paman?," tanya Lea dengan suara yang nyaris pecah. "Apa karena Lea terlalu muda?."

Saga tersenyum tipis dan berusaha memberikan penjelasan yang lembut. "Bukan cuma itu. Usia memang penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita melihat satu sama lain. Paman selalu melihat kamu sebagai bagian dari keluarga. Dan Paman ingin kamu fokus dulu pada sekolah, pada masa depanmu. Kamu punya banyak hal yang perlu dikejar, dan cinta itu... bisa menunggu."

Lea menelan air matanya yang hampir jatuh. Kata-kata Saga barusan seperti pisau yang menusuk hatinya. Ia merasa cintanya bertepuk sebelah tangan, dan harapannya pun hancur seketika.

Keheningan pun tidak terhindarkan. Saga tahu bahwa kata-katanya telah menyakiti Lea, meskipun itu bukan niatnya. Lalu ia mencoba menyentuh bahu Lea, tapi Lea hanya menunduk dan menyembunyikan wajahnya.

"Lea, Paman minta maaf kalau kata-kata Paman menyakiti kamu. Paman cuma ingin yang terbaik untuk kamu," ucap Saga dengan penuh penyesalan.

Lea mengangguk pelan tanpa menatap Saga. "Nggak apa-apa, Paman. Lea ngerti kok," jawabnya singkat, meskipun hatinya terasa sakit.

Saga ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi ia merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa diucapkan tanpa memperparah keadaan. Ia hanya bisa menatap Lea dengan perasaan bersalah, sementara Lea berusaha keras untuk menyembunyikan kekecewaannya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk turun dari bukit dan kembali ke rumah. Perjalanan yang tadinya penuh canda tawa dan kebahagiaan, kini berubah menjadi sunyi dan dingin.

Saga mencoba membuka percakapan beberapa kali, tapi Lea hanya menjawab dengan kata-kata pendek tanpa emosi.

Saat ini, hati Saga terasa berat, ia tahu betapa pentingnya momen ini bagi Lea, dan betapa besarnya harapan yang ia hancurkan.

Tapi ia juga tahu bahwa kejujuran adalah satu-satunya jalan yang benar, meskipun menyakitkan.

Sementara itu, Lea merasa hampa. Cintanya yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam kehangatan Saga kini terasa sia-sia.

Setiap kilometer yang mereka tempuh di jalanan malam itu membuat Lea merasa semakin jauh dari Saga, meskipun mereka berada di kendaraan yang sama.

Dan, saat mereka tiba di rumah, Lea segera masuk ke dalam tanpa banyak bicara. Saga hanya bisa melihat punggung Lea yang perlahan menghilang di balik pintu dan merasa seolah-olah ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Malam itu, Lea terbaring di tempat tidurnya dengan mata terbuka lebar. Tangannya menggenggam erat bantal dan mencoba menahan air matanya yang akhirnya tak terbendung lagi.

Ia ingin berteriak, ingin marah, tapi semua itu hanya terpendam dalam dadanya yang sesak.

Lea sadar, bahwa cintanya tidak bisa diterima oleh Saga, dan itu membuatnya merasa sangat kecil dan tidak berdaya.

Namun, di balik semua kesedihan itu, ia juga tahu bahwa ia harus mencoba menerima kenyataan, meskipun sangat pahit.

Di sisi lain, Saga duduk di ruang tamu dengan perasaan yang bimbang. Ia tahu bahwa ia telah melakukan hal yang benar, tapi mengapa perasaannya tetap begitu berat?

Ia hanya bisa berharap bahwa waktu akan menyembuhkan luka di hati Lea, dan bahwa suatu hari, Lea akan mengerti mengapa ia harus berkata demikian.

Namun, untuk saat ini, mereka berdua hanya bisa terjebak dalam kesedihan masing-masing.

**

Sejak malam di perbukitan itu, Lea berusaha keras untuk menahan perasaannya terhadap Saga.

Ia tidak ingin lagi berharap lebih dari hubungan mereka, meski hatinya masih menyimpan rasa untuk cinta pertamanya itu.

Kini Lea memutuskan untuk mengikuti nasihat Saga agar fokus pada masa depannya, terutama pada pendidikannya.

Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, Lea memastikan dirinya siap menghadapi hari dengan semangat baru.

Ia berusaha menunjukkan pada Saga bahwa ia bisa menjadi seseorang yang mandiri dan sukses, meski dalam hatinya, ia masih merasakan luka yang belum sembuh.

Saga pun memperhatikan perubahan pada Lea. Meskipun ada perasaan bersalah dalam diri Saga, melihat Lea tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan berprestasi memberinya kebanggaan tersendiri.

Lea tidak hanya belajar untuk sekadar mendapat nilai baik, tapi juga untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa meraih masa depan yang cerah tanpa harus bergantung terus pada Saga.

Di kelas, Lea selalu menjadi sorotan karena kecerdasannya. Ia sering diminta maju ke depan kelas untuk menjelaskan soal yang rumit, atau membantu teman-temannya yang kesulitan.

Kepintaran dan ketekunan Lea itu membuatnya menjadi juara kelas berturut-turut, yang tentunya hal itu adalah sesuatu yang membuat Saga sangat bangga.

"Selamat, Lea!," kata Saga suatu hari ketika Lea baru pulang membawa laporan hasil belajarnya, yang kembali menunjukkan ia sebagai juara kelas.

"Paman sangat bangga sama kamu. Terus pertahankan prestasimu, ya."

Lea tersenyum, senang mendengar pujian dari Saga, meski jauh di dalam hatinya, ia masih merasakan kekosongan dan kehampaan.

"Terima kasih, Paman. Lea akan terus berusaha," jawabnya sambil menyembunyikan perasaannya.

~ Pasti sakit dan malu ya Lea, cinta pertama yang di harapkan akan berakhir bahagia rupanya hanya bertepuk sebelah tangan 😣 ~

1
Tarwanto Wanto
/Coffee//Coffee//Rose/
Aurora
Wkwkwk... Boleh tuh 🤣🤣🤣😅
Aurora
Wkwkwk... Boleh tuh 🤣🤣🤣😅
Suanti
saga di jodoh kan sama nadia aja sama2 dewasa 🤣🤣🤣
Aurora
Udah update lagi kakak... Yuk lanjut baca, makin seru lho... 😍😍👉
Ima Aulia Ima
lnjt kak jangan sedikit" jd bikin penasaran
Aurora: Sabar ya kak... Kalau penasaran kan jadi lebih seru bacanya 😍
Jangan lupa kasih dukungan like nya juga ya, biar othor makin semangat nulisnya... 💪😍❤️
total 1 replies
Ima Aulia Ima
LG seru tp mlh bersambung 😌
Aurora: Siap-siap kak... Bentar lagi meluncur 😍
total 1 replies
Nisa Fatimah
hampir sama jalan ceritanya sama kisah q pas masih remaja /Grievance/
Aurora: Wah masa kak? Kebetulan sekali ya... Semoga kakak di kasih yang terbaik... Aamiin..
total 1 replies
Nisa Fatimah
dari awal baca sampai bab ini,,,q mau kasih /Good//Good//Good/ sama kakak author /Kiss//Kiss//Kiss/
Aurora: Terima kasih banyak kakak... Jangan lupa like juga di akhir episode nya ya kak, biar karya ini makin banyak yang baca 😍😘🙏
total 1 replies
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Aurora: Terima kasih sudah mampir kakak... ❤️
total 1 replies
Rina Yuniarsih
Luar biasa
Aurora
Siap kak... Di tunggu ya... 😍🙏
Ima Aulia Ima
lanjut dong kelanjutan ny aku LG seru nie
Ima Aulia Ima
aku TDK sabar untuk kelanjutan ny
Aurora: Ok kak... Di tunggu update selanjutnya ya... 😘
total 1 replies
Rahayu Anam
hadir thor baru mulai baca😚
Aurora: Terima kasih kakak...😍 Ter love love pokoknya, semoga suka ya... 😘❤️
total 1 replies
I'm Girl
Luar biasa
Nomber 1
Karya baru, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!