"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Jeni membawa Rakha ke tempat sepi.
"Lepas Jee!."
"Tidak!." Jeni menahan tubuh Rakha. "Tahan amarahmu!."
Hening beberapa saat keduanya ngos-ngosan.
"Aaarrrgh!!." Teriak Rakha melampiaskan amarahnya pada tembok.
"Rakha stop!."
"Setelah kejadian barusan aku tidak bisa berpikir jernih lagi Jee! ternyata firasat ku benar jika Rei sengaja melakukan ini." Terus terang Rakha.
Jeni tak paham. "Kita tidak ada hubungan apa-apa tolong tahan pikiranmu! bagaimana bisa kau menuduh seperti itu sedangkan Rei sudah beristri! apa aku akan semurah itu?."
"Lantas tadi apa? kenapa dia menyentuh dagumu dengan leluasa hah?." Potong Rakha.
"Dia hanya mengecek suhu tubuhku!." Tegas Jee bohong walaupun ia sendiri tak tahu kenapa Rei seperti itu.
Rakha memegang kedua bahu Jee dengan erat menatapnya lekat. "Jee, rumah tangga Rei sedang tidak baik-baik saja, aku tak mau namamu terseret itu akan lebih rumit. Jadi tolong jaga batasan!."
Merasa diintrogasi Jee tak bisa menahan dirinya lagi. "Apa kau berfikir aku melakukan hal diluar nalar terhadap atasanku sendiri? aku hanya menjalankan tanggung jawab Rakha, tolong kau jangan berlebihan juga sampai semarah ini kepadaku! aku juga tahu betul apa itu batasan."
"Kau seolah-olah menuduhku yang tidak-tidak, padahal aku sedang banting tulang demi bisa hidup!!." Tegas Jee seraya menepis tangan pria itu.
"Gak Jee bukan itu maksudku!.." Rakha menahan tubuh Jeni.
Dilihatnya wanita itu sudah berkaca-kaca, Rakha lemah ia merasa sudah berlebihan karena sebenarnya ia juga kini tidak ada hak lagi untuk mengatur.
Rakha mengacak-acak rambutnya frustasi. "Maafkan aku, aku masih belum bisa menerima interaksi mu dengan pria lain termasuk saudara kembar ku sendiri."
"Lakukan itu aku juga sudah bisa berdamai, mari kita kerjasama Rakha." Lirih Jee. "Tolong jangan membuat perseteruan antara kau dengan atasanku, aku tak mau apalagi hanya karena aku!."
Setelah berucap Jee berlalu pergi meninggalkan Rakha di sana, pria itu terdiam merutuki tindakannya sendiri. "Aaarggh!."
Sementara itu..
Luke melihat sekeliling setelah mendapati keributan tadi. "Lantas dimana mereka sekarang?."
Rei memijit pusing keningnya. "Bukan urusanku, biarkan saja jangan ganggu hubungan mereka."
Luke menghela nafas panjang, dua anak dari atasannya Damian kembali memanas. Apa yang harus dilakukannya?.
Tak lama Rakha datang masuk dengan penampilannya yang acak-acakan.
Luke langsung menghampiri. "Apa kau baik-baik saja."
"Tak usah khawatir.." Lirih Rakha seraya mengambil jaketnya yang jatuh tadi..
Kini kedua putra Damian itu saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain.
"Selesaikan masalahmu satu-satu, jangan melibatkan Jeni diantara kalian maupun kita.." Ujar Rakha penuh penekanan.
"Dia sekretarisku, apa yang terjadi padanya tanggung jawabku juga."
Rakha tersenyum sinis. "Tanggung jawab utamamu Cassie, jangan lupa itu!."
"Mengurus orang yang tak mau diurus sudah ku lepaskan, kau tidak tahu apa-apa Rakha jangan bertindak gegabah!." Dingin Rei.
"Ya kurasa ini berlebihan, semoga apa yang ada dalam pikiranku memang tidak terjadi diantara kau dengan Jeni." Timpal Rakha, setelah itu ia berlalu pergi tanpa berucap sepatah kata pun lagi.
Rei melonggarkan dasinya, ia menghela nafas panjang-panjang.
Kini Luke sadar apa inti permasalahan diantara keduanya. "Karena bu Jeni ya?."
"Seperti yang kau lihat, tolong tinggalkan aku sendiri Luke."
Luke terdiam. "Baiklah, panggil saja jika butuh sesuatu."
"Hm."
Malam pukul 23:47..
Jee menghela nafas dulu mengaturnya untuk tenang, setelah itu barulah masuk ke dalam ruang CEO. Ini waktunya pulang dan Jee meninggalkan handphone dan jasnya di dalam untuk diambil.
Terlihat Rei berdiri dekat jendela, menatap pemandangan suasana malam hari perusahaan.
"Soal yang tadi saya mohon maaf tuan, saya izin pulang terlebih dahulu. Mari." Ucap Jee seraya balik badan dan melangkah.
Trek!..
Pintu ruang CEO seketika terkunci otomatis, Jee terkejut penuh tanda tanya ia langsung balik badan. Dan benar Rei mengendalikan remote nya.
"Kenapa tiba-tiba?." Sedikit panik Jee.
Rei tak berucap apapun, ia melangkah mendekati Jeni dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Tuan?."
Greph!..
Dengan satu tarikan tangan tubuh Jee berhasil didekap Rei, dipeluknya erat hingga tidak ada celah.
Jee tak paham ia tentunya terkejut sampai tak bisa berkata apa-apa, tubuhnya berjinjit karena Rei begitu tinggi.
"T-tunggu, ada apa? kau mabuk lagi?." Tanya Jee berusaha melepaskan diri.
Namun Rei tak peduli semakin mengeratkan pelukannya. "Aku tak mabuk, ini kesadaran penuh."
Jantung Jee berdebar tak karuan, ia panik sampai nge-freeze.
"Apa harus seperti ini dulu? jangan berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa, ini menyiksaku aku tahan lagi. Siapa yang lupa? tak sedikitpun aku melupakan kejadian malam itu, Jenifer Felicia..." Lirih Rei lemah meletakkan wajah tampannya yang merah padam pada leher jenjang wanita cantik itu.
"R-Rei...."
Jeni terdiam mendapati pengakuannya, ternyata benar tidak mungkin Rei lupa melihat berkuasanya dia apapun bisa dicari.
Jee meremas ujung bajunya kuat, suasananya menegangkan. Ia harus bereaksi bagaimana? ternyata hal yang paling ia hindari kini benar-benar terjadi.
"Jantungmu berdebar.." Lirih pria itu dengan sorot mata berat dan hangat.
Ia beralih menatap wajah cantik Jee yang tampak panik dan tegang, tangan Rei mengelus leher jenjang Jee masuk ke dalam celah-celah rambut indahnya.
"R-Rei aku...
Cup!!..
.
Cus jejaknya jangan lupa!🤗🥰