Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

"Oh, terima kasih." Akira berterima kasih kemudian mengambil sapu tangan dari tangan Bram.

"Sama-sama, Akira." Jawab Bram terdengar mesra.

Wajah Abnan jangan ditanya lagi. Ekspresinya benar-benar sudah sangat marah. Dia berpikir kalau Akira semalam hanya bohong dia sedang lembur.

Karena pada kenyataannya. Akira semalam keluar bersama Bram yang membuat dia terlambat pulang. Pikir Abnan.

Menyadari perubahan wajah Abnan yang terlihat marah, Akira berhenti makan dan berdiri.

"Aku lupa belum menyelesaikan satu pekerjaanku Kak Bram. Jadi aku izin pamit dulu ya, Kak." Ucap Akira ingin melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari pria itu.

"Tidak Akira, aku akan mengantar mu. Kita sama-sama datang kemari, maka itu kita sama-sama pulang juga." Bram ikut mengangkat bokong berdiri dari duduknya.

"Eh, tidak usah Kak, aku bisa naik angkot saja atau ojek. Aku duluan ya, Kak Bram." Akira berjalan cepat meninggalkan Bram yang aneh melihat tingkahnya.

"Ada apa dengan gadis itu?" Gumam Bram heran kembali mendudukkan bokong.

"Dari dulu lagi dia memang suka aneh. Apa yang mau di heran kan." Kata Yumi masih menyuapi makanannya.

"Aku baru sadar, dari tadi bahasa kamu itu selalu saja kasar pada Akira, Yumi, apa kau punya masalah dengan Akira?" Tanya Bram ceplas-ceplos sama seperti Papanya (Veral) yang tidak suka bicara di belakang.

"Tidak, aku hanya berkata sebuah kebenaran. Bukan hanya buat-buat cerita doang." Elak Yumi.

"Oya, apa semalam kalian kencan ya?" Yumi sengaja memanas-manasi Abnan sembari melirik wajah pria itu.

"Aku juga sudah selesai. Aku duluan." Ucap Abnan berjalan keluar dari restoran tanpa menunggu Yumi ataupun Bram.

Jelas saja Abnan tidak mau mendengar jawaban dari Bram yang akan menyakiti perasaannya sendiri. Ia memilih pergi begitu saja.

"Ada apa dengan mereka semua." Ucap Bram mengangkat satu alis melihat tingkah Abnan dan Akira yang pulang satu persatu padahal mereka berangkat bersama ke resto.

Sedangkan Yumi memilih hanya diam dengan wajah geram karena Abnan pergi meninggalkannya berdua dengan Bram.

Apa istimewanya wanita itu! Sampai sekarang kau belum bisa melupakannya!

***

Di lain sisi terlihat ibu Selasih sedang berjualan kue. Wanita paruh baya itu tiba-tiba teringat dengan putri satu-satunya yang sudah lama tidak ada kabar karena dia sendiri yang tidak ingin mengangkat panggilan dari Akira saat putrinya menelponnya.

Di mana sekarang anak itu? Terakhir aku mendengar suaranya 3 tahun yang lalu. Batin ibu Selasih.

Kenapa putriku mengikuti jejakku? Aku merasa kalau kehidupan ini tidak adil padaku...

Menarik nafas berat mengeluarkan ponsel mengetik aplikasi kenalan. Wanita paruh baya itu berniat ingin menghubungi nomor putrinya hanya untuk sekedar bertanya kabar.

Kembali mengurung niat menyimpan ponsel. Ia tak jadi menghubungi nomor Akira setiap kali mengingat video kejadian 10 tahun yang lalu.

Ibu Selasih bahkan belum tahu kalau Akira sudah memiliki seorang putri sama seperti dia yang melahirkan tanpa suami. Hanya saja bersyukur laki-laki yang menghamili Akira mau bertanggungjawab meski dengan cara yang tidak seharusnya.

***

Jam sudah menunjukkan waktu pulang kerja. Karena ada beberapa pekerjaan yang belum Akira siapkan, dia terpaksa lembur lagi hingga 2 jam kedepan.

Abnan sudah pulang kerja dari 2 jam yang lalu.

"Akhirnya selesai juga. Untung masih jam 7 malam, jadi aku pulang tidak terlalu telat."

Wanita itu terlihat bergegas turun ke lantai bawah ingin segera pulang melihat putrinya.

Tiba di bawah. Sudah ada grab menunggunya. Akira memang sudah memesan grab dari tadi lagi.

Dalam perjalanan pulang. Masalah baru muncul lagi, yang tadinya dia buru-buru ingin segera tiba di rumah, tapi kini dia malah terjebak macet.

Seharusnya aku tidak memesan grab tadi. Harusnya aku pesan ojek saja. Batin Akira mulai tampak khawatir sesekali melihat arloji di tangan.