NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

asisten yang malang II

Maya berdiri di pintu klinik, wajahnya pucat. Dia mengetuk pintu kaca, menunggu Ara keluar. Tidak lama, Ara muncul dengan ekspresi cemas.

“Maya?” Ara mendekati, matanya meneliti.

“Ara, saya dipecat.” Suara Maya bergetar saat mengucapkan kata-kata itu.

Ara mengernyit, tidak percaya. “Apa? Kenapa bisa begitu? Kita harus bicarakan ini.”

Maya merengut. “Dr. Smith bilang saya mencoba membuat racikan obat tanpa izin. Tapi saya tidak pernah melakukan itu!”

“Dia tidak punya alasan untuk memecatmu. Ada yang tidak beres.” Ara menaruh tangannya di bahu Maya. “Coba ceritakan dari awal. Apa yang terjadi?”

Pikirannya berlarian, mencoba merangkai kejadian. “Seharian saya bekerja seperti biasa. Kemudian, saat saya sedang rekap data, dia masuk dan langsung menuduh saya. Saya bahkan bingung saat dia memanggilku!”

“Setiap kali dia datang, aku merasa ada yang aneh. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.” Ara menatap jauh, seolah mendapatkan petunjuk dari luar jendela. “Kita perlu mencari tahu lebih dalam tentang dia.”

“Doni sangat terpukul. Dia mencemaskan kamu, tapi lebih jauh lagi, dia merasa bersalah. Jika bukan karena dia…,” Maya menunduk.

“Ayo, kita harus berfokus. Doni perlu tahu bahwa kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja.” Ara melangkah cepat ke arah klinik. “Cara terbaik untuk menghentikan semua ini adalah dengan berbicara pada Dr. Smith. Mungkin dia bisa menjelaskan.”

Maya ragu. “Ara, kamu yakin? Dia bisa sangat tegas?”

“Kalau dia memang benar dan innocent, dia tidak akan keberatan menjelaskan.” Ara menatap Maya, menyalakan semangatnya. “Ayo masuk.”

Saat mereka melangkah ke dalam klinik, suasana terasa tegang. Semua pasien yang menunggu tampak seperti bayangan kosong. Doni tidak ada di tempat.

Maya mendapati tempat kerjanya hampa. “Di mana semua orang?”

“Mungkin mereka sedang dalam jadwal perawatan. Kita tidak bisa tunggu.” Ara memulai pencarian di around klinik.

Setengah berlari, mereka menuju ruang kerja Dr. Smith. Pintu tertutup. Ara mengetuk pintu dengan cepat. “Dokter, bisa bicara sebentar?”

Beberapa detik kemudian, Dr. Smith membuka pintu dengan ekspresi dingin. “Ada apa, Ara?”

Maya berdiri di samping Ara, tidak berani mengangkat pandangannya. Ara mendebarkan napas, menatap Dr. Smith dengan tajam. “Kami ingin berbicara tentang Maya. Dia baru saja dipecat tanpa alasan yang jelas.”

“Dia berusaha membuat racikan obat tanpa izin.” Dr. Smith menjawab dengan cepat, seolah tidak ada yang perlu diperjelas.

“Dia tidak pernah melakukan itu!” Ara menyerang balik, suaranya menggelegar di ruangan sempit. “Maya adalah asisten terbaik yang kamu miliki!”

Dr. Smith membentuk senyum sinis. “Jadilah realistis, Ara. Di dunia medis, kesalahan seperti itu adalah kesalahan fatal.”

Maya akhirnya mengangkat wajahnya, mengumpulkan keberanian. “Tapi saya tidak merasakan salah, Dokter. Apa yang seharusnya saya lakukan untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah?”

Dr. Smith menatapnya dengan tajam, seolah membaca pikiran di balik kata-kata Maya. “Membuktikan diri? Menyusul ke cabo tanpa biaya? Persiapkan diri untuk mengikuti prosedur hukum yang mungkin diperlukan.”

“Oke, jika kamu mengatakan bahwa saya telah melakukan kesalahan, tolong berikan bukti konkretnya.” Maya menantang.

Dr. Smith terdiam sejenak, matanya menyisir kembali ke Ara. “Bukti? Mungkin ada sesuatu di arsip. Tapi saya tidak dapat memberikannya pada kalian tanpa persetujuan.”

Ara bangkit, mengedarkan tatapannya antara Maya dan Dr. Smith. “Apakah Anda bersedia jika kami melihat arsip tersebut?”

“Hasil kerja keras itu tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak memiliki izin atau tugas resmi.” Dr. Smith bicara pelan, nada meremehkan.

Maya merasa putus asa. “Apakah ada cara untuk mendapatkan bukti dari situ?” tanyanya lemah.

“Bisa saja, namun konsekuensinya sangat serius. Dan saya tidak ingin Anda terlibat lebih jauh dari ini,” Dr. Smith menjawab, menutup pintu dengan cepat.

Maya terdiam, terkejut oleh reaksi itu. “Dia tidak akan membantu kita.”

Ara menggelengkan kepala. “Tapi kita tidak bisa menyerah. Kita harus mencari tahu kebenarannya.”

“Doni pasti meragukan hal ini,” Maya membalas putus asa sambil memijat pelipisnya. “Mungkin kita bisa bicara padanya, agar dia bisa melihat sisi lain dari ini.”

“Setuju. Mari kita pergi ke tempatnya,” Ara menjawab penuh semangat.

Klinik terasa sepi saat mereka berdua melangkah keluar. Kebisingan suara kendaraan di luar menambah ketegangan di udara.

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di café yang biasa dikunjungi Doni. Ara mendorong pintu dan mereka melangkah masuk. Aroma kopi dan pastry hangat menyambut, namun tidak cukup mengalihkan perhatian mereka dari masalah serius yang mereka hadapi.

“Doni!” Ara meneriakkan nama sahabatnya, mencoba mencari di antara kerumunan.

“Di sini!” Doni melambai dari sudut cafe, terkejut melihat ekspresi wajah Maya dan Ara yang kelihatan gelisah.

“Kita butuh bicara.” Ara langsung mendekat seolah ada kebakaran yang harus dipadamkan.

“Maya, ada apa?” Doni memasang wajah khawatir.

Maya menghela napas panjang. “Aku dipecat, Dan. Dr. Smith bilang aku mencoba bikin obat tanpa izin.”

Doni tertegun. “Itu tidak mungkin! Dia pasti salah!”

Akhirnya, Maya bisa menjelaskan semuanya. Detil-detil kejadian menumpuk, suara dan gestur terasa mendalam dalam perasaan mereka.

“Aku tahu ada yang tidak beres di sana.” Doni mengernyit. “Kali ini kita tidak bisa diam. Kita harus menemukan bukti bahwa dia berbohong.”

Ara tersenyum tipis. “Itulah yang kita pikirkan. Kita akan cari tahu apa yang sebenarnya tergantung pada berkas lama.”

“Jika kita bisa mengakses arsip lama di klinik, mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang berguna,” Maya meneruskan.

“Kalau kita bisa meneliti berkas-berkas itu, kita bisa melacak kebenaran,” Doni menambahkan sambil memandang Ara dan Maya. “Tapi kita harus berhati-hati. Dr. Smith tidak akan senang saat kita mencarinya.”

“Tidak mungkin kita mundur sekarang.” Ara bertekad. “Kita harus menemukan cara.”

Semuanya saling menatap, berkomitmen dalam perjuangan mereka. “Kita semua harus bersatu,” Doni berkata tegas. “Mari kita lakukan ini.”

Maya mengangguk, semangat mulai membara kembali. “Kita bisa mulai dari lemari arsip di klinik itu. Mungkin ada catatan yang bisa menjelaskan semuanya.”

“Benar. Aku bisa mencuri waktu saat Dr. Smith tidak berada di klinik,” Doni menyarankan. “Kita perlu beraksi dengan cermat.”

Ara membuka ponselnya, meneliti jadwal praktek dokter. “Dia biasanya keluar sekitar jam empat. Kita bisa masuk lebih awal, meneliti semua yang kita butuhkan, dan keluar sebelum dia datang.”

Doni menghela napas. “Aku harap kita tidak kesusahan. Siapa tahu ada pengawasan di sana.”

“Kalau kita bersikap tenang, kita bisa melakukannya tanpa masalah. Sekarang, kita butuh rencana,” Ara menjawab, menatap mereka satu per satu.

“Baiklah. Kita kumpulkan semua informasi yang bisa kita dapatkan dan lihat apakah itu bisa membantu,” ujar Maya. “Kalau kita bisa menemukan sesuatu yang mencolok, dia tidak akan bisa mengelak.”

Sebelum mereka bisa merencanakan lebih jauh, pintu café terbuka. Dr. Smith melangkah masuk, matanya langsung mencari wajah-wajah yang dikenal.

“Dia datang!” Ara mendesak.

Mereka berpencar, mencari tempat yang aman agar Dr. Smith tidak melihat mereka. Doni bersembunyi di balik meja, dan Ara serta Maya bergerak mendekat ke lampu penerangan yang redup.

“Aku tidak ingin berada di sini lebih lama. Mari kita rencanakan secepatnya,” Doni membisikkan.

Dr. Smith berdiri dekat kasir, berbicara dengan barista. Sementara itu, Maya mengintip dari balik meja. “Dia tampak sama sekali tidak curiga.”

Menunggu beberapa menit, Dr. Smith akhirnya menjalankan obrolan dengan barista dan segera pergi.

“Sekarang!” Doni mengisyaratkan. Mereka mengikutinya keluar dari café dan kembali ke klinik.

Ketika mereka tiba di klinik, suasana terlihat sepi. Hanya ada suara mesin pendingin yang berdengung di tengah kebisingan kesunyian.

“Aku akan periksa terlebih dahulu. Pastikan tidak ada yang mengawasi,” Doni berbisik.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!