NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

wanita tua penuh misteri

Ria menuruni tangga Sky Corp, tubuhnya lelah setelah berjam-jam menyaring laporan dan menatap layar. Mentari meredup, menciptakan bayangan panjang di trotoar. Dia melangkah cepat, berencana menghabiskan sore dengan Clara. Namun, saat melewati jalan sepi di pinggir kota, sepasang mata tertuju pada kendaraan hitam yang terparkir di depan sebuah kediaman tua.

Intrigued, Ria mendekat, menimbang antara penasaran dan rasa takut. Dia mengenali mobil itu, milik Pak Vincent.

“Kenapa dia di sini?” gumam Ria, mengamati aspal yang retak di bawahnya.

Dia menekan rasa ingin tahunya dan bersembunyi di balik semak-semak, menyaksikan dua sosok keluar dari dalam rumah. Seorang wanita tua, wajahnya berkeriput penuh cerita, berdiri di depan pintu.

“Pak Vincent, apa yang Anda cari di sini?” suara wanita itu serak, penuh rasa ingin tahu.

“Harus kita bicarakan, Bu. Ini penting,” jawab Pak Vincent, nada suaranya tegas namun cemas.

Ria merenggut benaknya. Dia tidak bisa mendengar dengan jelas, tetapi ada momen di mana Pak Vincent menundukkan kepala, seolah penuh beban.

“Penting? Atau Anda hanya ingin menutupi sesuatu?” Wanita tua itu menantang, matanya menyala seperti api kecil di kegelapan.

Ria mengedarkan pandangannya, berusaha mencari tanda-tanda apakah wanita itu tahu sesuatu yang krusial.

“Dengar, saya tidak ingin masalah ini meluas. Anda tahu itu, kan?” Pak Vincent menggeser kakinya, tampak tidak sabar.

“Sekarang saya tahu lebih banyak daripada yang Anda kira. Anda tidak bisa lagi mengendalikan saya,” balas wanita itu, menjauh sedikit.

Tiba-tiba, Ria merasa terjebak antara rasa ingin tahu dan ketakutan. Dia tidak boleh terlihat, tetapi jika wanita itu tahu, apakah berarti ada yang lebih besar di balik semua ini? Ria mengintip lebih dekat.

“Orang-orang ya?” Wanita tua itu memeluk diri sendiri, menggeleng. “Mereka selalu mencari cara untuk menghapus jejak. Jangan pikir saya tidak percaya dengan peringatan Anda, Vincent.”

“Maafkan saya. Saya tidak berniat menakut-nakutimu. Namun, ada yang lebih besar daripada kita berdua.” Suara Pak Vincent gemetar. “Saya akan melindungi Anda, jadi ikuti saja.”

Ria mengerutkan dahi, hatinya berpacu. Melindungi siapa? Mengapa Pak Vincent terlihat seperti dia terjebak dalam permainan yang lebih berbahaya?

“Melindungi? Mungkin Anda sedang melindungi kepentingan Anda sendiri,” perempuan tua itu mengejek.

Ria merasakan ketegangan. Sudah jelas, pertemuan ini tidak biasa. Dia harus mencari tahu lebih dalam.

“Kenapa Anda di sini malam ini?” tanya wanita itu, menatap tajam.

“Itu bukan urusan Anda! Ini tentang Clara, dan dia harus tahu,” jawab Pak Vincent sempat meninggikan suaranya, lebih mendesak.

Hati Ria berdebar. Clara? Dia pekik dalam hatinya. Apa yang terjadi di antara mereka?

Perempuan tua itu menyentuh lengan Pak Vincent, meredam amarah yang meluap. “Clara tidak bisa terlibat. Apa pun itu, biarkan dia menjalani hidupnya.”

Pak Vincent menggeleng, pemikiran terbang di benaknya. “Setiap keputusan yang dia buat akan mempengaruhi semua orang di sini. Kita tak bisa mengambil risiko.”

Ria merasa terjepit. Dia perlu mengingat semua ini. Beberapa langkah menjauh, dia bergegas kembali ke jalan, sebelum suara mereka semakin meruncing.

“Bisa jadi lebih berbahaya daripada yang Anda bayangkan, Vincent!” Wanita itu mendesak. “Keluarga kita sudah terikat dengan masa lalu. Anda harus menyadari bahwa kebenaran tidak bisa disembunyikan selamanya.”

Kata-kata itu menggetarkan Ria. Kenangan tentang Clara berkeliling di benaknya. Gadis itu tidak tahu bahwa ayahnya terlibat dalam jaring penuh darah.

“Secepatnya — dan saya akan membantu. Tapi saya akan melakukan ini tanpa Anda,” Pak Vincent menyatakan tegas.

Ria berlari dengan hati berdebar, menyusuri jalan pulang. Dia perlu memberi tahu Clara.

“Saya melihat Pak Vincent di rumah seorang wanita tua,” Ria memulai saat Clara membuka pintu.

“Kenapa?” Clara bertanya, segera khawatir.

“Dia berbicara tentang kamu. Sesuatu yang membuatku merinding,” jawab Ria.

“Udah berani-beraninya dia menentang saya!” Clara memeluk dadanya, menahan montas perasaan. “Apa yang mereka bicarakan?”

“Tidak tahu semuanya, tapi Pak Vincent tampak bingung. Dia, dia bilang bahwa keputusanmu bisa berbahaya bagi semua orang di sini,” ungkap Ria.

Clara terlihat bingung, “Apa maksudmu?”

“Seperti, apa yang kau lakukan? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?” Ria memandangi wajah Clara.

Clara terdiam sejenak, mata memerah. “Aku... mungkin. Aku hanya ingin tahu apa yang bisa kutemukan. Tentang gelang itu.”

“Clara, kita tidak bisa sendiri. Mereka tidak akan segan-segan melakukan hal buruk,” Ria memperingatkan.

Clara berdiri, mencengkeram bibirnya. “Kita harus pergi ke tempat di mana mereka berbicara. Jika Pak Vincent memang menyimpan sesuatu, kita perlu tahu.”

“Apakah kamu yakin?” suara Ria bergetar.

“Tidak ada waktu untuk ragu, kita pergi sekarang,” kata Clara, ketegangan di langkahnya semakin jelas.

Ria mengangguk. Sekali lagi, keduanya mundur ke dalam kegelapan. Mereka berlari untuk melangkah lebih dalam ke dalam misteri yang membayangi hidup mereka.

Malam itu mendung. Kesejukan menyelimut mereka, dan jalan berkelok semakin tajam. Keputusan Clara tampaknya membawa mereka ke ambang bahaya yang lebih besar.

Mereka tidak tahu, di kejauhan, Pak Vincent memandangi mereka dengan penuh ketegangan, meneriakkan dalam hati, “Semoga kamu aman, Clara.”

Ria dan Clara melangkah cepat, melewati lorong gelap menuju kediaman tua itu. Jantung Ria berdetak lebih cepat setiap langkah, terbayang konfrontasi berbahaya yang mungkin menunggu mereka.

“Clara, kita harus hati-hati,” Ria memperingatkan, suaranya berbisik.

“Aku tahu, tapi kita tidak bisa mundur sekarang,” jawab Clara, semangatnya membara. “Pak Vincent menyimpan sesuatu yang penting. Kita harus cek dan lihat apakah wanita tua itu tahu lebih banyak.”

Sesampainya di depan rumah, mereka berdiri di depan pintu kayu yang tua dan berderit saat dibuka. Bau lembap memenuhi udara. Dengan was-was, Clara mengetuk pintu.

“Siapa di sana?” suara wanita tua itu menggema dari dalam.

“Aku Clara. Aku ingin berbicara tentang Pak Vincent,” Clara menjawab dengan mantap.

“Masuk, jika kamu berani,” sambut wanita itu. Suaranya tidak seram, namun ada ketegangan di dalamnya.

Mereka memasuki rumah yang dipenuhi benda-benda kuno. Lampu remang-remang memantulkan gambar wajah tua di dinding. Wanita itu menatap mereka, langkahnya terbata-bata menuju meja kayu.

“Jadi, kau yang disebut Clara?” tanyanya, menaksir.

“Ya, aku ini. Ada yang ingin kutanyakan tentang Pak Vincent dan... dan apa yang kalian bicarakan.” Clara menyusun kata-katanya.

Wanita tua itu tersenyum sinis. “Dia melindungi lebih dari sekadar dirimu. Dia melindungi semua orang yang terlibat dalam skandal.”

Ria dan Clara saling pandang, pertanyaan timbul di benak mereka.

“Skandal? Apa maksud Bude?” Ria mencoba menambahkan.

“Dengarkan, anak-anak,” wanita itu mulai, gesturnya kembali tegas. “Ada alasan mengapa segalanya terjadi 18 tahun yang lalu. Orang-orang hilang. Mereka yang tahu sesuatu, akan dibungkam, tidak peduli dari mana asalnya.”

“Mulai dari mana?” tanya Clara bergetar.

“Gelang itu. Sengaja dibuat sebagai pengingat,” kata wanita itu sambil menunjuk ke arah Clara.

Ria merasa beban berat menimpa jantungnya. “Maksudmu, gelang ini... memiliki arti lebih dalam?”

“Ya. Itu merupakan simbol dari peristiwa yang terjadi. Orang-orang yang menghilang, mereka memiliki dulur yang hilang dari ingatan, dari kenangan. Jika diteruskan, lebih banyak darah akan tumpah,” ungkap wanita tua itu, menambahkan intensitas.

“Jadi, Pak Vincent tahu semuanya? Dia terlibat?” Ria menggigit bibirnya, berusaha mencerna informasi yang menggelinding.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!