NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Persiapan diri,mempertajam kemampuan

Ekspresi keterkejutan terpancar jelas dari wajah Gung Zhi, matanya melebar dan mulutnya terbuka sedikit lebar, menunjukkan kebingungan. Apakah Riu Zin sudah ketahuan?

Riu Zin, dengan mulut sedikit menganga, sulit untuk berkata-kata, merasa bahwa dirinya sudah tertangkap basah. "Berakhir sudah," ucapnya dalam hati, merasakan keputusasaan.

Namun, keterkejutan Gung Zhi hanya sesaat, kemudian dia mengerutkan dahinya, mencoba memahami lebih dalam situasi yang ada. "Memang ini orang yang asli, bukan penyamaran," ucapnya dalam hati, menunjukkan kebijaksanaan dan ketegasan dalam analisisnya.

"Apa yang Tetua pikirkan, sudah pasti aku tertangkap. Percuma aku menekan aura ku,penyamaran ini tidak berarti" ucap Riu Zin dalam hati, mencoba mencari tahu apa yang dipikirkan oleh Gung Zhi, sambil merasakan kecemasan yang mendalam.

Gung Zhi kemudian tersenyum datar namun terlihat tegas, yang membuat Riu Zin merasa heran. "Kau boleh pergi, kupikir kau sedang menyamar," kata Gung Zhi dengan tegas, mengejutkan Riu Zin. Ternyata, Gung Zhi tidak menemukan hal yang aneh dalam penyamaran Riu Zin.

"Eh" Kepanikan Riu Zin sirna begitu saja, yang berganti dengan keheranan. "Dia tidak bisa mengenaliku?" pikirnya dalam hati. Namun, ada kelegaan karena dia bisa terlepas dari Gung Zhi. 

Saat sedang memikirkan hal ini, Riu Zin melihat samar-samar asap aura hitam yang dia kenali sebagai milik Kamal melintas di depannya, cukup sekilas sehingga bahkan Gung Zhi tidak menyadarinya. Seakan-akan aura hitam itu hanya ditujukan kepada Riu Zin.

Riu Zin tersenyum kecil, "Rupanya dia ya, aku tertolong. Ini berarti, apakah dia memperhatikanku dari suatu tempat," ucap Riu Zin dalam hati akhirnya bisa menarik napas lega dalam - dalam mengetahui bahwa Kamal yang membantunya. Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah, di mana Kamal berada?

Suara tegas dari Gung Zhi memecah keheningan orang asing yang berdiri di depannya, "Maafkan aku sedikit lancang, tapi jangan tersinggung. Kami sedang menghadapi masalah yang sangat privasi bagi orang luar." Suaranya terdengar tegas namun lembut, memberi tahu orang yang dia salah sangka. Meskipun awalnya dia mengira bahwa orang yang berada di depannya adalah Riu Zin, ternyata dia salah. Gung Zhi menggelengkan kepalanya pelan sambil melihat orang asing itu mulai menjauh darinya.

"Seandainya saja aku mulai memberontak dari sini, hanya tiga orang yang harus kuwaspadai: Tetua Xian, Tetua Gung, dan Penatua Shui," bisik Riu Zin pelan. Dia sudah akan memprediksi langkahnya dengan hati-hati, mengetahui bahwa lambat laun segala rahasia akan terbongkar, dan tiga sosok itu menjadi orang-orang yang harus dia waspadai.

Mata Riu Zin melirik ke belakang, "Tetua Xian begitu tajam." Dia menyadari bahwa Tetua Xian terus memantau pergerakannya, sulit baginya untuk menemukan kesempatan untuk menghilang. Oleh karena itu, Riu Zin terus berjalan di jalur yang sama, tanpa celah untuk menghindar dari pandangan tajam Xian Xurong.

••••••√√•••••••

Malam 

Dalam keheningan ruangan yang dipenuhi aura api, Riu Zin duduk bersila dengan matanya tertutup rapat, tenggelam dalam meditasi yang tenang.

"Jiwa dan Roh saling terhubung," gumam Riu Zin dalam pikirannya, terhanyut dalam lautan jiwanya yang damai namun perlahan mulai muncul badai api yang memuncak dengan cepat.

"Kekuatan api yang menyala dalam diri, membakar hambatan dan membawa kejernihan," ucapnya, dan badai api dalam jiwanya semakin membesar. Meskipun badai api mengguncang lautan jiwanya, Riu Zin tetap tenang dalam duduk bersilanya.

Samar-samar, bayangan seorang prajurit api mulai terbentuk di belakang Riu Zin, seolah-olah menyalurkan energi padanya. Di depannya, muncul Panah Api yang terbentuk dari aura api dengan ukuran yang besar, delapan kali lipat ukuran manusia. 

"Panah api meluncur dengan dahsyat, membakar segala halangan di depannya."

Badai semakin kencang, bahkan mampu menerbangkan Riu Zin sedikit. Saat Riu Zin mengucapkan kalimat terakhir, "Puncak Diri menembus Transendensi Alam," ia mulai kehilangan konsentrasi. Mulutnya terbuka lebar menahan tekanan, sementara tangannya meraih jantungnya, merasakan tekanan yang mencekiknya.

Dengan perlahan, mata Riu Zin mulai terbuka, menyadari bahwa ia telah terbangun dari lautan jiwanya. Dian menghela napas, merasakan nyeri yang amat terasa di dadanya. "Masih belum bisa, ternyata rahasia kekuatan ini hanya bisa membantuku sampai ke Puncak Diri saja," ucapnya sambil memegang dadanya. 

Meskipun terlihat kecewa dari raut wajahnya, bagi Riu Zin, mencapai Tingkat Puncak Diri pada usia muda adalah pencapaian yang sangat luar biasa, sebuah prestasi yang dianggap mustahil untuk usianya saat ini.

Riu Zin merenung, "Tapi bagaimana aku bisa mewujudkan keinginanku, rintangan terlalu sulit. Setidaknya aku harus bisa memasuki Tingkat Transendensi Alam." Meskipun merasa sulit, Riu Zin tidak ingin tertinggal dalam perjalanannya.Mengingat ini hanya awal dari perjalanannya.

Dengan rasa penasaran yang kental, seorang wanita ingin mengetahui siapa pria berbaju hitam yang berada di dalam ruangan kosong, sedangkan Riu Zin tengah bermeditasi. Wanita itu memperhatikan Riu Zin dengan diam, mencoba memahami kehadiran pria tersebut di dalam ruangan.

Di antara lubang kecil, wanita itu mencoba mengintip, merasakan adanya esensi yang dikenalnya sehingga ia merasa perlu berada di sana. "Orang itu sedang bermeditasi, tapi kenapa aura nya tidak asing, apakah..."

Krikk

Suara injakan dahan rating membuatnya menoleh, mencari sumber suara dengan seksama sebelum kembali mengintip ke dalam.

"Eh, hilang," teriak wanita itu dalam diam, terkejut karena sosok yang baru saja dilihatnya tiba-tiba menghilang dalam sekejap.

"Kenapa mengintip seperti itu?" Suara tegas seorang pria terdengar di sampingnya. Orang asing itu berdiri bersandar dengan kedua tangan dilipat, terlihat tegas di balik masker hitam yang menutupi wajahnya.

Dengan kaget, wanita itu mundur beberapa langkah ke belakang. "Siapa kau?" tanyanya, sambil mengeluarkan aura api yang menyerupai tali mulai melilit tubuh orang asing didepannya untuk di mengintrogasi

"Xian Zilin, cucu kedua dari keluarga Xian," gumam Riu Zin dalam hati, mengenali identitas wanita itu. Dengan gerakan tangan yang pelan, tali api yang melilit tubuh nya itu terhempas dengan mudah.

Xian Zilin tersadar dengan sedikit kaget. "Orang ini memiliki Tingkatan Kultivasi yang lebih tinggi dariku," ucapnya dalam hati, mulai merasa khawatir jika orang asing tersebut mulai menyerangnya.

Meskipun gugup, Xian Zilin mencoba memanggil, "Hei, tunggu," tidak ingin pria asing itu pergi dari hadapannya.

Dalam hatinya, Riu Zin menggumam, "Sampai waktunya tiba, aku tidak harus berurusan dengan mereka. Prioritasku hanya para Tetua." Tetap berjalan dengan santai, Riu Zin meninggalkan Xian Zilin yang hanya memanggilnya dari tempatnya.

Xian Zilin menggenggam kedua tangannya dengan kuat, tidak ingin ditinggalkan. Penasaran, ia mengeluarkan aura api dalam tangannya dan melompat untuk meraih tubuh orang asing di depannya.

Wush.

Sebuah dorongan yang pelan namun kuat membuat Xian Zilin mundur beberapa langkah. Dengan tingkat kultivasinya yang berada di tingkat ke-5 dalam Ranah Penguasaan Alam, ia menyadari bahwa sulit untuk mengimbangi Riu Zin.

Tanpa disadari, Riu Zin sudah berada di belakang Xian Zilin, membuatnya terpaku dan tidak bergerak. Xian Zilin merasa tidak mampu menyaingi kekuatan orang asing tersebut.

"Ada apa dengan anda, aku hanyalah seorang pengembara yang melintasi wilayah ini," bisik orang asing itu dengan pelan sebelum tiba-tiba menghilang.

Xian Zilin terdiam, merasakan aura yang hampir sama dengan aura mereka. "Apakah orang itu bisa menggunakan kemampuan sekte kami?" Tapi, Xian Zilin menggelengkan kepalanya. Meskipun belum yakin, ia merasa bahwa orang itu menyembunyikan energinya dengan cermat. Bahkan tadi saat dia mengintip, terlihat esensi api yang selalu diamalkan oleh anggota Sekte Rantai Api.

1
Aether Kong
MC-nya makin OP 😲
Aether Kong
MC-nya keren 😎
Aether Kong
yah kabur /Doge/
Aether Kong
lagi seru diganggu 🗿
Aether Kong
sikat bang...😎
Luka Ingin Mencintai
Semangat nulis, sampai tamat ceritanya 😘🥰
Gilang Alfritz
Sepertinya ada politik dalam para keluarga ini
Fuka ingin dicintai: Mungkin saja🤔
total 1 replies
Gilang Alfritz
Keadaan genting ini
Gilang Alfritz
jangan maksa lah bg
Gilang Alfritz
Betul juga🤔🤣🤣
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
hahaha gadis kucing?
Fuka ingin dicintai: siluman itu kak😊
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Rongsokan?
Aether Kong
mantap 👍
Aether Kong
latihan mlawan Kematian ya thor
Aether Kong
wah keren 😎
Aether Kong
wkwkwk siluman kucing rupanya
Aether Kong
awas jatuh bang
Aether Kong
namnya bikin laper Thor 🤤
Aether Kong
knp gak mau bunuh, iblisny galau ya
Aether Kong
Ibisny ngulue waktu, knp gak lngsung ambil aja jantung si Rui Zhin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!