Novel ini terinspirasi dari kisah Mayor yang saat ini sedang viral di mana-mana. Ini hanya kisah fiktif belaka tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata ataupun yang saat ini sedang viral. Nama tokoh dan nama negara Author samarkan ya🙏
*
*
*
Bagaimana jika seorang Presiden di sebuah Negara mempunyai ajudan para pria-pria tampan? Para Ajudan itu harus bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk menjaga keamanan Sang Presiden.
Terlebih Mayor Rendi, Ajudan pribadi itu harus mengikuti sang Presiden ke mana pun tanpa ada waktu sedikit pun. Lalu, bagaimanakah takdir cinta sang Mayor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Bertemu Kembali
Chika memijat pundak Noy, kali ini Noy tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti keinginan para kakak-kakak Chika. Mayor Rendi sudah menunggu di atas ring, namun Noy semakin gugup bahkan lututnya sudah terasa sangat lemas.
"Bagaimana ini, lutut aku lemas, baby," ucap Noy.
"Kamu pasti bisa Noy, jangan menyerah," sahut Chika memberikan semangat kepada Noy.
"Tenang saja, aku sudah siapkan obat-obatan jika nanti kamu terluka," ucap Sasa.
"Ih, Kak Sasa bukanya kasih semangat malah bikin down," kesal Chika.
"Aku beri semangat Chika, namun kesempatan untuk menang sangat sulit bahkan tidak ada," sahut Sasa.
"Ish..ish..ish..Kak Sasa mulai menyebalkan," kesal Chika.
Sasa terkekeh melihat kekesalan Chika, akhirnya dengan terpaksa Noy pun melangkahkan kakinya untuk naik ke atas ring walaupun kakinya terasa sangat berat.
"Baby, nanti kalau terjadi sesuatu sama aku, kamu tolong hubungi Mamaku segera, ya!" teriak Noy dari atas ring.
"Iya."
Rafka menoyor kepala Noy dengan gemas. "Jangan sembarangan panggil Chika seperti itu," kesal Rafka.
"Itu panggilan kesayangan, Mas," sahut Noy.
"Sini, buruan maju!" ucap Mayor Rendi.
"Sana buruan maju." Agam mendorong tubuh Noy supaya maju.
Noy mulai memasang kuda-kuda, bahkan Noy mengelilingi tubuh Mayor Rendi dengan gayanya yang siap menyerang namun dia masih belum melakukan pemukulan. Mayor Rendi masih berdiri tegap, hingga pada saat Noy berada di hadapannya, Mayor Rendi pun dengan gerakan cepat menjegal kaki Noy membuat Noy terjungkal di atas ring.
"Astaga, Noy!" teriak Chika.
"Lemah, gitu aja sudah nyuksruk," ledek Rafka.
"Abang jangan kasar-kasar sama Noy!" teriak Chika.
"Lah, abang belum ngapa-ngapain loh," sahut Mayor Rendi santai.
Noy terlihat kesakitan dan Chika pun dengan cepat naik ke atas ring. "Sudah jangan dilanjutkan, kasihan Noy," ucap Chika sembari membantu Noy bangun.
"Ya sudah, berarti bocah ingusan itu tidak pantas untukmu Dek, sekarang kamu pulang sana dan jangan dekati Chika lagi," tegas Mayor Rendi.
"Bang, aku mohon aku akan belajar beladiri dulu supaya aku jago berkelahi. Kalau tidak, Abang sama Mas-mas ajari aku saja," ucap Noy.
"Ogah," sahut Rezki, Rafka, dan Agam secara bersamaan.
"Pulang sana, nanti kamu dicariin sama mama kamu," ledek Rafka.
"Ih, kok kalian jahat sih," kesal Chika.
"Justru kita akan lebih jahat lagi jika membiarkan kamu bersama orang yang tidak akan bisa menjaga kamu," sahut Rezki.
"Baiklah, tunggu saja aku akan belajar beladiri dulu nanti kalau aku sudah jago, aku akan datang ke sini lagi dan berkelahi melawan Abang," ucap Noy mantap.
"Saya tunggu," sahut Mayor Rendi.
"Baby, aku pulang dulu. Kamu jangan khawatir, aku akan belajar keras karena cintaku hanya untukmu dan aku akan berjuang sekuat tenaga," ucap Noy meyakinkan Chika.
"Pret," ledek Agam.
Noy pun akhirnya memutuskan untuk pulang walaupun Chika terlihat kesal dan menangis. "Sudah jangan menangis," ucap Sasa menenangkan Chika.
"Kalian jaga rumah dan Bapak, Abang mau keluar dulu sebentar," ucap Mayor Rendi.
"Abang mau ke mana?" tanya Rafka.
"Jalan-jalan sebentar," sahut Mayor Rendi.
Mayor Rendi pun segera masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Dia ingin keluar sebentar untuk melepaskan rasa penat karena setiap hari sudah menjalani pekerjaan menjaga Bapak. Mayor Rendi menuruni anak tangga dengan penampilan yang sangat rapi dan tampan, tidak lupa dia memakai kacamata hitam sehingga semakin menambah ketampanan seorang Mayor Rendi.
"Maaf, saudara Rendi, boleh dijelaskan apa maksud dan tujuan anda memakai kacamata hitam itu untuk apa?" ucap Chika dengan wajah kesalnya.
"Ya, gak ada maksud apa-apa. Justru abang heran, kenapa kamu bertanya seperti itu sama abang," sahut Mayor Rendi.
"Ckckck...astaga, bagaimana gak jadi fenomena kalau penampilan Abang seperti itu. Sudah tahu banyak cegil yang mengincar malah berpenampilan memukau kaya itu, sengaja banget cari perhatian," ledek Chika.
"Apaan sih Dek, memangnya penampilan abang kaya gimana? perasaan penampilan abang biasa saja, memang dasarnya abangmu tampan maka dari itu memakai apa pun abang akan terlihat tampan," sahut Mayor Rendi santai.
"Wah, bahaya sekali kalau abang sudah merasa tampan," timpal Agam.
"Dan kamu tahu Dek, selama ini Mas-mas mu ini lebih berat menjaga Bang Rendi ketimbang jaga Bapak karena cegil-nya busyet banyak banget ada dimana-mana," sambung Rezki.
"Nah, makanya stop bikin huru-hara, kasihan jantung dan hati cegilmu gak kuat dengan pesonamu, Bang," ucap Chika kembali.
"Kalian selalu bilang cegil, memang cegil itu apa sih?" tanya Mayor Rendi polos.
"Cegil itu cewek gila," sahut Rafka.
"Lah, memangnya abang sudah melakukan apa dengan mereka sampai-sampai mereka jadi gila?" tanya Mayor Rendi kembali.
"Yaelah, gila di sini bukan berarti gila gangguan jiwa tapi gila karena ngefans sama abang," sahut Rezki.
"Bahkan cegil sampai membuat komunitas yang diberi nama, Persatuan Istri Rendi," timpal Rafka.
"Bukan kaleng-kaleng kan, cegilmu itu," sambung Agam.
"Loh kok gitu, mana ada mereka sembarangan mengaku-ngaku sebagai istriku," kesal Mayor Rendi.
"Au ah, pusing lama-lama ngomong sama abang," kesal Rafka.
"Pokoknya abang itu sedang menjadi idola para perempuan di negara ini jadi jangan berpenampilan terlalu mencolok," ucap Agam.
"Benar itu, kasihan para cegil hatinya setipis tisu kena air," timpal Rafka.
"Waduh, lembek dong," sambung Chika.
"Sudah ah, abang gak berangkat-berangkat kalau dengerin kalian ngoceh mulu. Kemungkinan abang pulang agak sorean jadi kalian jangan macam-macam!" tegas Mayor Rendi.
"Siap, Komandan!" sahut semuanya secara bersamaan.
Mayor Rendi pun segera pergi menggunakan mobil pribadinya. Sementara itu, Sasa belum bisa berkata apa-apa saking kagetnya melihat penampilan Mayor Rendi yang sangat tampan itu. Mayor Rendi memutuskan untuk pergi ke restoran favorit dia dan adik-adiknya dari dulu.
"Ah, rasanya aku sudah lama tidak datang ke sini," gumam Mayor Rendi dengan senyumannya.
Mayor Rendi suka dengan restoran itu karena tempatnya nyaman dan yang pasti tidak akan ada cegil-cegil yang sangat meresahkan itu. Dia mulai memesan sushi favoritnya, sembari menunggu pesanan datang, dia pun iseng-iseng memfoto tempat itu dan tujuannya untuk memamerkannya kepada adik-adiknya.
"Pasti mereka akan kesal karena aku tidak mengajak mereka," batin Mayor Rendi.
Setelah itu, dia pun mempostingnya di seluruh media sosialnya. "Lihat saja, dalam hitungan detik mereka akan tantrum," batin Mayor Rendi kembali.
Dia pun menyimpan ponselnya di atas meja, lalu dengan senyumannya dia menunggu sushi pesanannya datang.
"Rendi, sudah lama kita tidak bertemu."
Mayor Rendi terdiam, dia sangat kenal dengan suara itu. Perlahan dia menoleh dan betapa terkejutnya dia saat melihat siapa orang yang menyapanya. Mayor Rendi tidak menyangka akan bertemu lagi dengan orang yang selama ini sudah berusaha dia hilangkan dalam ingatannya.