Terlahir kembali sebagai anak orang kaya bernama Ethan, ia bereinkarnasi bersama sebuah sistem yang misterius. Sistem Penguasa, yang meringankan hidupnya dan juga merumitkan kisah cintanya.
Di sekolah, Ethan dipertemukan dengan mantan pacar dari kehidupan sebelumnya, Karina. Kehidupan kedua ini menjadi kesempatan bagi Ethan untuk mengulangi hubungan dan memperbaiki kesalahannya.
Namun, Sistem Penguasa terus memaksa Ethan untuk menguasai sekolahnya, menjadi puncak tertinggi di antara siswa lain, dan Karina tidak menyukai gaya hidup Ethan itu.
Akankah Ethan dapat kembali bersama Karina? Ikuti kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon milorasabaru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Setibanya di rumah aku langsung merebahkan diri pada kasur andalanku. Entah kenapa hari ini merasa sangat melelahkan.
Selama perjalanan pulang, Rara tidak mengungkit lagi soal murid baru itu. Walaupun kecemasan ini masih menghantuiku. Semoga pacarku itu melupakan impresi pertamaku sewaktu melihat Karina di kelas.
Namun, aku akan tetap sekelas dengannya. Akan sulit bagiku untuk menjaga sikap atau diri agar tidak kikuk jika suatu saat berbincang dengan Karina. Karina masih cantik seperti dulu, bahkan lebih cantik. Diriku di masa lalu telah melakukan kesalahan besar karena putus darinya.
Sudahlah, aku yang sekarang adalah Ethan, pacarku yaitu Rara. Aku menjalani kehidupan yang berbeda, Karina adalah masa lalu, bahkan kenangan kehidupan yang dulu.
Memikirkan semua itu, kasur ini menjadi tidak nyaman. Perasaan campur aduk merusak suasana hati.
TOK!
"Ethan ..." ucap halus Rita di balik pintu kamar.
"Masuk aja!"
Rita mengerutkan wajah. "Maneh kunaon?"
(Lu kenapa?)
"Gapapa." Aku hanya menolehkan wajah, malas untuk bangkit.
Rita yang masih mengenakan seragam SMA berjalan mendekatiku. Hari ini adalah jadwal dia untuk bimbel, mungkin itu alasan wajah dia terlihat begitu lemas. Lalu, dia duduk di samping kasur membelakangiku.
"Kenapa?" tanyaku.
Sejenak dia tidak menjawabku. Wajahnya terus menunduk, dan sekilas aku melihat tangannya bergetar.
"Kenapa, Kak?" tanyaku lagi sembari bangkit untuk duduk.
"Kecewa aing, Than," timpal Rita yang mulai terisak.
Aku menarik tangan kakakku itu dan membuat tubuhnya menghadap padaku. Wajah oval itu sudah terbasahi air mata.
"Ada apa?" tanyaku semakin khawatir.
Lalu, Rita pun mulai cerita semuanya sembari tersedu-sedu. Aku dengan sigap bangkit dari kasur dan menutup pintu kamar, agar kakakku bisa lebih leluasa dalam bercerita. Ketika aku menoleh pada layar ponselku, tanpa terasa sudah berjam-jam aku mendengarkan Rita.
Rita bercerita bahwa sore ini dia memergoki pacarnya, Rino, berduaan dengan perempuan lain di sebuah kedai ketika dalam perjalanan menuju tempat bimbel. Kemudian, mereka berdua berdebat dengan panas, Rita tidak mempercayai pembelaan Rino yang mengatakan bahwa perempuan itu sepupunya. Situasi semakin memanas ketika perempuan yang bersama Rino geram karena tidak diakui pacar. Perempuan yang berbeda sekolah dengan mereka itu pun pergi dari kedai itu.
Melihat kakakku yang sudah remaja tapi menangis seperti anak kecil ini membuat hatiku pilu. Aku jadi teringat ketika kami berdua masih bocah, dia menangis seperti saat dimarahi Ayah atau kucing mencakarnya. Sikapnya yang kasar kembali berubah pada sikap lembut saat kami kecil dulu.
Lalu aku tersadar, mungkin Rara akan menangis seperti ini jika aku berusaha mendekatkan diri pada Karina yang sama sekali tidak ada maksud terselubung. Bagaimanapun aku menjelaskannya, Rara akan melihat sebaliknya. Padahal aku hanya ingin mengetahui pribadi Karina saat ini, karena aku hanya mengenalnya dengan baik saat SMP.
"Terus, si Rino balik lagi pas abis ngejar cewek itu. Terus, dia nampar aing," lanjut kakakku menjelaskan dan kemudian semakin menangis.
Seketika darah mengalir begitu cepat menuju kepala, jantungku berdegup kencang. Setelah mendengar itu dan melihat Rita semakin menangis kencang, perasaanku yang telah tenggelam dalam lautan sedih berubah menjadi badai ombak.
DING!
[Misi baru: Beri Rino pelajaran.
Hadiah: Level up.
Batas waktu: Tidak ada.]
Sip, emang itu yang aing mau. Masa bodoh jika dia anggota OSIS!
Aku meraba wajah cantik kakakku itu, untung saja tidak ada luka atau bekas telapak tangan kasar. Rita menolak tanganku dan mengatakan dirinya hanya kena tampar yang pelan. Tapi tetap saja, aku tidak terima.
"Udah, Ethan, aing gapapa serius." Rita seolah menyadari amarahku dengan mencengkram kedua tanganku. "Aing cuma pengen cerita aja. Udah cerita juga kok tadi ke Sonia, tadi aing bolos cuman buat ketemu sama dia."
Aku hanya terdiam tidak menanggapi. Otot-ototku terasa tanpa hentinya berkedut di balik kemeja SMA ini.
"Jangan aneh-aneh ya nanti di sekolah, please," lanjut Rita.
"Kalau udah cerita ke Teh Sonia, berarti si Rayhan juga bakal tahu," ucapku mengingatkan Rita. "Aing rasa si Rayhan juga gak akan terima kalau sahabat pacarnya digituin."
Rita mengangguk pelan dengan poni rambutnya mengusap dahi. "Iya, sih. Tapi biarin dia aja, kamu gak usah ikut-ikutan ya!"
Aku mengerti kekhawatiran kakakku itu, dia tidak ingin aku terlibat masalah di sekolah. Jika aku dan Rita berbuat masalah di sekolah Ayah pun akan memarahi dan menghukum kami berdua.
"iya."
"Janji, ya?"
"Janji." Tentu saja aku berbohong.
😒
/Cleaver/