NovelToon NovelToon
Pembalasan Atas Penghianatan Mu

Pembalasan Atas Penghianatan Mu

Status: tamat
Genre:Tamat / berondong / Beda Usia
Popularitas:29.6k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Mengetahui pacarnya berselingkuh, membuat Diandra patah hati, tanpa sengaja malah meniduri keponakan pacarnya.

Karena kejadian itu, sang keponakan memaksa Diandra untuk memutuskan hubungannya, demi kedamaian keluarga, Diandra memilih meninggalkan kota itu bersama sahabatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rainer Prakoso

Maaf nggak bisa rutin update

Malam itu, hujan mengguyur kota yang dijuluki kota pelajar, dengan derasnya, beberapa kali terdengar suara petir menyambar.

Aditya mondar-mandir di ruang tengah, lelaki berusia sembilan belas tahun lebih empat bulan itu, tengah gelisah, bagaimana tidak, roommate nya tengah merasakan kontraksi sedari sore.

"Aditya, bisa nggak Lo diam, nggak bisa apa tenang dikit, gue pusing lihat Lo!" Diandra mendengus kesal, sambil sesekali meringis menahan mulas yang datang.

Aditya duduk disebelah kawannya, "Gimana gue bisa tenang, Lo mau lahiran," katanya, "Harusnya dadi sore kita jalan ke rumah sakit, tapi Lo tetap milih di rumah, kalau tiba-tiba Lo Brojol, gimana? Kita ke rumah sakit sekarang ya!" bujuknya.

"Entar dikit lagi, orang masih lima belas menit sekali kok, santai aja lagi, lagian hujannya masih deras banget, entar kebasahan kita," tolaknya.

"Kebasahan gimana sih, kita kan naik mobil, mending jalan sekarang aja ya , Di," ajaknya, "Gue mohon," pinta lelaki yang tengah mengenakan jaket denim.

Diandra melihat jam di ponsel berwarna hitam miliknya, "Masih jam sepuluh Dit, entar setengah jam lagi, kalau mulesnya udah lima menit sekali,"

Aditya mendengus kesal, kawannya yang satu ini kelewat santai, tak ada kepanikan di wajah wanita yang tengah hamil tua itu, hanya sesekali terlihat meringis dan mengatur nafas, "Untungnya Tata, baru datang besok, jadi lo nggak bakal pengen dengerin si kaleng rombeng," dia tengah membaca pesan dari Talita.

"Gue bersyukur, cuman ada elo disisi gue, jadi gue nggak perlu tambah mumet," ujar Diandra, dia mengambil amplop cokelat di Tote bag miliknya, lalu memberikannya pada kawannya, "Gue minta tolong, Lo urus semua biaya administrasi persalinan gue, termasuk nguburin ari-ari, di belakang rumah,"

Aditya menerima amplop itu dan mengintip isinya, dia melotot melihat banyak pecahan uang seratus ribuan, "Banyak banget Di,"

"Gue masih terlalu muda, itu duit, buat jaga-jaga kalau gue disuruh operasi,"

Aditya mengangguk, "Tapi kayaknya normal kali, Lo aja udah mules-mules,"

"Gue berharap juga gitu, seenggaknya kalau normal, sisa duitnya bisa buat aqiqah, kan dua kambing," terakhir kali Diandra melakukan pemeriksaan USG, bayinya berjenis kelamin laki-laki.

"Tapi Di, masalah surat-surat ini bayi gimana? Maaf ya, maksud gue, Lo kan belum nikah, terus anak Lo gimana? Kenapa Lo nggak minta pertanggung jawaban bapaknya aja sih?"

Diandra tak mungkin meminta pertanggung jawaban dari lelaki yang masih berusia dibawah umur, mustahil baginya.

Dia pikir, belum tentu Dewi dan Dessy mau menerimanya, karena tindakannya yang mungkin saja, bisa menghancurkan masa depan Denis

"Gue ngaku ke Pak RT, kalau gue korban pemerkosa*n, katanya beliau mau bantu buat urus surat-suratnya," jelasnya, "Jadi sepulang gue dari rumah sakit, tolong entar Lo kasih kelengkapan administrasi ke Pak RT ya,"

Aditya mengangguk, dia hanya bisa menghela nafas, kawan perempuannya yang satu ini, benar-benar tegar menghadapi segala ujian hidup yang menimpanya, benar-benar wanita yang kuat.

Diandra merasakan sesuatu yang membasahi dalamannya, "Dit, gue ngompol apa ya? Kok basah sih,"

Aditya melebarkan matanya, dia tau itu apa, setelah tau kawannya hamil, disela waktu sibuknya, dia menyempatkan diri untuk membaca buku tentang kehamilan.

"Jangan-jangan air ketuban Di," terka nya, "Ayok kita ke rumah sakit sekarang," ajaknya.

"Gue ganti baju dulu dit, ya kali basah-basahan, jorok lah," ucap Diandra yang masih terlihat santai, "Mending Lo, ambil daster sama dalaman gue di lemari,"

Aditya menurut, tak lama dia datang membawakan yang diminta wanita hamil itu.

Diandra mengucapkan terima kasih, "Sekalian bantuin gue ganti," pintanya.

"Maksudnya gimana-gimana?" tanya Aditya bingung.

"Astaga Aditya, Lo bantuin gue pake baju, lo pikir dalam kondisi gue kayak gini, gue masih bisa ganti sendiri?" Diandra mendengus kesal.

Dengan amat sangat terpaksa, Aditya membantu kawannya, berganti dalaman juga daster, meskipun dia tak berani menunduk, dia mendongak menatap langit-langit ruang tengah.

"Udah rapih, sekarang Gendong gue ke mobil," Diandra mengangkat tangannya, bersiap agar kawannya menggendongnya.

Aditya mendesis, "Benar-benar Lo Di, ngerjain gue, untuk sayang," meski menggerutu, dia tetap menggendong kawannya dengan hati-hati, dan membawanya ke mobil.

Kendaraan beroda empat itu, menerobos derasnya hujan yang mengguyur kota, walau gugup menyerang, Aditya berusaha tetap tenang, saat mengemudi, agar kawannya tetap nyaman di jok belakang.

"Gue jadi ingat waktu pertama ngelakuin, sama bapaknya anak gue, pas itu hujan lagi deres banget, sama kayak sekarang, pas bikin hujan pas lahir juga, mudah-mudahan anak gue nggak takut air," cetus Diandra sembari mengelus perutnya, mulas itu kembali datang, dia berusaha tenang, mengatur nafasnya.

Aditya melirik kawannya, melalui kaca spion dalam, "Kasih nama hujan lah, anak lo, bikin dan lahirnya pas hujan," celetuknya.

"Masa Hujan, aneh banget," balas Diandra dengan mengerucutkan bibirnya, kawan lelakinya, benar-benar konyol.

"Ya elah Diandra Bambang Prakoso, ya jangan dikasih nama hujan juga, kan Lo bisa pake bahasa asing, yang kalau diterjemahkan artinya hujan, kayak misalnya Rain, Piovere, Pluie, kan banyak Di,"

Diandra diam berfikir, dia menatap jendela mobil yang basah terkena hujan, "Aditya Warman, karena Lo udah dampingi gue selama ini, gue mau memberikan kehormatan buat Lo, Lo berhak kasih nama anak gue,"

Dari balik kemudi Aditya tersenyum, "Entar aja kalau anak Lo udah lahir,"

Mobil berhenti tepat di depan IGD rumah sakit, dimana Diandra biasa melakukan pemeriksaan, selama kehamilannya.

Dia sempat mengirimi pesan, pada bidan kenalannya, memberitahukan jika dirinya akan segera melahirkan.

Dari IGD, Diandra dibawa ke ruang bersalin, Aditya mendampinginya, bahkan saat proses persalinan berlangsung.

Salah satu suster mendorongnya masuk, saat dia menunggu didepan ruang bersalin, katanya sebagai suami, wajib mendampingi istrinya saat melahirkan, agar bisa tau perjuangan hidup mati seorang wanita.

Alhasil, Aditya menjadi sasaran cengkraman dan cakaran dari wanita yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

Setelah bersusah payah, demi melahirkan bayinya, akhirnya bayi laki-laki itu terlahir ke dunia, tangisannya memenuhi ruangan bersalin.

"Selamat ya Di," ucap Aditya, lelaki itu baru saja turun dari ranjang, setelah sebelumnya, jadi sandaran kawannya.

Diandra mengangguk lemah, tenaganya benar-benar terforsir habis, tapi dia lega, karena berhasil melahirkan putranya dengan selamat.

Aditya bahkan sampai mendampingi Diandra, saat kawannya melakukan IMD, lelaki perjaka itu melotot kaget, bagaimana tidak, untuk pertama kalinya, mata sucinya menatap bukit kembar, secara langsung.

"Mata gue benar-benar udah nggak suci lagi di, dalam semalam, gue lihat isi onderdil Lo," cetusnya, terkekeh. Diandra hanya meliriknya sinis, sambil berdecak sebal.

Usai menyelesaikan segala prosedur pasca persalinan di ruang bersalin, Diandra dibawa ke ruang perawatan.

"Jadi Lo udah Nemu nama yang cocok buat anak gue belum?" tanya Diandra, dia berbaring di ranjang besi khas ruang perawatan kelas tiga, rumah sakit.

Aditya menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, dia menatap wajah kawannya, "Gue kasih nama Rainer Prakoso, gimana menurut Lo? Kan lagi hujan di,"

Diandra mengangguk setuju dan tersenyum, "Makasih ya Dit, Lo udah mau dampingi sejauh ini, gue nggak bisa bayangin kalau nggak ada elo,"

Aditya mengelus kepala kawannya, "Sama-sama Di, udah kewajiban gue sebagai teman sekaligus adik jadi-jadian mbak Dian," sahutnya, diakhiri tawa.

Diandra bernafas lega, dia bersyukur, dia tak lagi sebatang kara, selain dua kawannya, terutama Aditya, kini ada Rainer yang akan memberikan warna dalam hidupnya, yang sebelumnya hanya abu-abu.

1
Yunerty Blessa
Makasih banyak kak thor buat karya indah nya
sungguh mantap sekali 👍✌️
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
Yunerty Blessa
akhirnya menikah juga...
Yunerty Blessa
pernikahan dadakan
Yunerty Blessa
percepatkan saja pernikahan kalian....
Yunerty Blessa
nikah saja Diandra kasian Rainer daripada kau kabur terus....
Yunerty Blessa
nikah dulu baru buka puasa 🤭
Yunerty Blessa
Denis jangan lepaskan lagi peluang yang ada.... takut kabur lagi Diandra
Yunerty Blessa
kesempatan itu Denis....guna kan baik² sebelum Diandra kabur lagi 😏
Yunerty Blessa
mantap Rainer jangan mau mama tiri 😏
Yunerty Blessa
sabar Denis,, Diandra pasti milik mu kerana Dimas menyerah......
Yunerty Blessa
Diandra ingin kabur lagi 🤦‍♀️... seharusnya kau hadapi bukan melarikan diri
Yunerty Blessa
Denis susah kawal emosi nya
Yunerty Blessa
seram juga bila Denis marah...
Yunerty Blessa
pilihan yang sulit
Yunerty Blessa
kalau Diandra pilih Dimas takut nya Denis membawa Rainer apa tah lagi Denis panas baran
Yunerty Blessa
Dimas terlalu mengharapkan Diandra tapi terhempas oleh fakta yang sebenar nya
Yunerty Blessa
terlalu rumit
Yunerty Blessa
Denis terlalu nekad dengan Diandra... kasian Dimas menanti....
Yunerty Blessa
sungguh kejam nya hati mu Denis...
Yunerty Blessa
Denis ketemu anak nya di usia 16 tahun... gimana Dimas,, apakah dia akan menyerah atau?????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!