XAVIERA TRANSMIGRATION

..."Bagaimana rasanya menjalani kebahagiaan dan kesedihan sekaligus? Rasanya seperti aku terdampar di sebuah pulau tersembunyi. Indah pemandangannya aku sangat menyukainya, tetapi aku juga ingin pulang! Karena rumahku bukan disini, aku rindu rumah!"...

...~XAVIERA TRANSMIGRATION~...

Hiruk-pikuk jalanan Ibu kota memang sangat padat setiap hari. Suasananya macet, polusi udara dan panasnya matahari yang menyengat tidak akan mematahkan semangat orang-orang yang ada di dalamnya.

Seperti di sebuah kamar VVIP RS yang sangat terkenal di kota Jakarta ini.

Sudah sekitar hampir 3 bulan, seorang pria muda terus saja bolak balik antara rumah-kantor-RS, begitu saja terus berulang.

Karena kegiatan berulangnya ini-pun, lambat laun ia memiliki rasa kepada sahabat dari adik yang sangat ia cintai. Sudah sejak 1 bulan yang lalu ia menyatakan cinta pada gadis itu_Elena Hwang.

Gadis cantik blasteran Korea_Indonesia itu sangat menarik hati pria itu_Dino Apriliyo Sanjaya. Pria yang sudah berumur 26 tahun di tahun ini, ia sudah menjadi Direktur membantu perusahaan Ayah nya.

Untuk kesekian kali pria itu menghembuskan napasnya kasar, sesekali ia mengecup punggung tangan yang bebas tidak terdapat selang inpus itu.

"Sayang" panggilan lembut itu membuat Dino tersentak dari lamunannya.

Dino menoleh ke arah pintu mendapati kekasihnya yang datang dengan kotak yang di bungkus plastik di luarnya, ia tersenyum teduh.

"Sini sayang" ajaknya kemudian.

Gadis itu adalah Elena, ia lalu menghampiri kekasihnya setelah menaruh kotak tadi di atas meja. Ia mengecup pipi kekasihnya lalu tangannya terulur untuk mengelus surai hitam itu.

"Kamu baru pulang kerja?" gadis itu memperhatikan Dino yang masih mengenakan kemeja hitam dengan 3 kancing atasnya yang telah terbuka.

"Iya, seperti biasa dari kantor langsung menemani Brina" ucapnya sendu.

Sudah hampir 3 bulan adik nya ini terbaring di bankar rumah sakit dengan alat-alat penyangga kehidupannya.

Waktu itu ia sangat kalut mendengar kabar dari Elena jika adiknya pingsan setelah terjatuh karena tamparan keras dari Revan.

Awalnya di perjalanan menuju RS adiknya masih normal, tetapi setelah sampai RS tiba-tiba saja pernapasan Brina tersengkal-sengkal sehingga membuat semua orang panik. Dan yang lebih membuat sekeluarga nya panik adalah dokter menyatakan jika adiknya_Sabrina Angelica Sanjaya sedang berada di alam bawah sadarnya sehingga gadis itu koma.

"Kamu pulang dulu aja Ay, mandi bersih-bersih dulu ya, aku tunggu disini dulu gapapa" pinta Elena.

"Kamu beneran sendirian disini?"

"Iyaa, nanti katanya kan Bunda mau kesini juga setelah dari tempat Nenekmu" gadis itu mencoba meyakinkan kekasihnya.

Dino menghela napasnya pasrah "Yaudah kalau gitu, aku pulang dulu ya sayang" pria itu mengecup kening Elena cukup lama setelah itu beranjak untuk pulang.

Setelah punggung tegap Dino mengilang dari pintu, Elena langsung saja duduk di tempat pria itu tadi. Tangannya terulur untuk mengelus pipi sahabatnya.

"Brin" ia tersenyum sendu.

"Lo tau Brin? Gue sama Abang lo udah pacaran masa" ia lalu tersenyum tipis.

"Ini semua berkat lo, lo kapan mau bangun? Katanya lo pengen banget ngampus bareng gue" ia tertunduk dan seperti biasa gadis itu tidak dapat menahan tangisannya.

"G-gue kangen Brin, sumpah gue pengen liat senyum lo lagi" bahunya naik turun karena terisak.

Suara pintu yang di buka membuatnya bergegas menghapus air matanya, ia lalu menoleh mendapati Bunda Brina_Jellyca Prisca Sanjaya bersama Ayah Brina_Apriliyo Dwi Sanjaya masuk ke ruangan itu dengan tersenyum teduh kearahnya.

"Bunda, Ayah" gadis itu berdiri lalu menyalami mereka berdua.

Prisca tersenyum lalu memeluk Elena, gadis itu sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. "Elena sudah dari tadi nak?" ia mengendurkan pelukannya.

"Belum lama Bun, tadi Bang Dino duluan yang kesini" jawab Elena kemudian.

"Oh begitu ya, sana kamu makan dulu sayang. Itu Bunda bawain makanan dari tempat Nenek" titah Prisca kemudian.

"Wah iya kah Bun? Aku juga tadi bawa martabak itu" Elena melirik ke arah meja diikuti Prisca.

"Iya nanti kita makan bareng-bareng, kamu makan nasi dulu sana ya" mendengar itu Elena mengangguk lalu berjalan ke arah sofa. Di sofa itu Ayah Brina juga sedang duduk sambil fokus menghadap laptopnya.

"Ayah ikut makan?" tawar Elena kemudian sambil membuka bungkusan itu.

Liyo menoleh sekilas, "Iya nak kenyangin aja ya, Ayah sudah makan tadi tempat Nenek" pria paruh baya itu tersenyum.

"Oh kalau begitu Elena makan dulu yaa."

Begitulah kira-kira kegiatan mereka hampir 3 bulan ini.

"Sayang, Bunda sangat rindu" Prisca duduk di kursi dekat bankar lalu mengecup kening putrinya.

"Kamu tidak rindu dengan Bunda? Bunda rindu mendengar omelanmu ketika di jahili Abangmu sayang" tangannya terulur mengusap surai putrinya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kamu pasti senang melihat sahabat yang sangat kamu sayangi itu menjadi Kakak iparmu nanti. Semua orang merindukanmu."

...⏳...

Sepasang manik indah itu perlahan menggercap, gadis pemilik mata itu terbangun dengan air mata yang sudah mengalir di pipi mulusnya.

Gadis itu Viera.

Ia terduduk lalu tangannya mengusap air mata di pipinya. Pergerakannya itu membuat Xavier yang sedang berkutat dengan laptopnya menoleh.

Segera pria itu menghampiri kekasihnya yang entah kenapa seperti habis menangis.

"Sayang kamu kenapa menangis?" pria itu duduk di pinggir ranjang, melihat Viera dengan tatapan bingung itu.

"Ini rasanya aku sakit hati banget" ucap Viera menyentuh dadanya lalu tiba-tiba terisak.

"Sayang kamu sakit bagaimana?" Xavier panik lalu merengkuh tubuh yang terlihat rapuh itu.

"A-aku gatau kenapa, t-tapi rasanya ak-kuu..." ia bahkan tidak dapat mengatakannya.

"It's oke baby, I here with you" pria itu mengelus punggung Viera dengan mengatakan kata-kata penenang juga.

"Bunda Brina kangen bangett" batinnya kemudian.

Viera merasa sangat merindukan keluarganya, ia seperti jiwa yang tersesat dan ingin kembali-pun tidak tau caranya. Lalu merasa bersalah juga karena belum bisa menceritakan hal-hal yang mustahil dalam hidupnya kepada kekasihnya ini.

Apakah Xavier masih sama jika ia menceritakan itu?

Apakah pria itu tidak menganggapnya gila setelah ia mengatakan yang sejujurnya?

Berbagai pertanyaan yang tidak tau apa jawabannya itu membuat Viera tidak menghentikan tangisannya.

"Tuhan, tolong bantu Viera dalam perjalanan hidup ini."

.

.

.

Ayoo like nya hehe

Terimakasih♡