DALAM PROSES EDIT, MOHON MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA
mature content 💏
harap bijaksana dalam membaca, usia diharapkan diatas 18++
menjadi istri kedua bukan keinginanku, karena sejatinya aku tak ingin berbagi
~alana mahen~
aku mencintai sahabat masa kecilku disaat aku juga memuja wanita lain
~narendra sakabumi~
yang suka baper akan cerita poligami lebih baik melewatkan cerita ini
~author~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nophie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23. Kejutan part 1*
“Aku cuman nanya kalau aku berpergian naik pesawat apakah boleh?” tanya Alana dengan wajah penuh harap.
“Jangan berpergian dulu, kalau bisa sampai lewat trisemester pertama, emang mau kemana sih?? Yahhh, sebenernya sih kandunganmu oke, kayaknya ini bakal kayak Genta. Yang ngebo (hamil yang gak
merasakan mual muntah *) dan gak ngrepotin. Kamu juga gak ngrasain morning sick kan?” tanya dokter Clara.
“Kayaknya gak sih…gak ada yang aneh, kayaknya juga ga ngidam, paling ya kepingin makan yang seger, yang asem, yang pedes.” Jelas Alana sambil mengingat ingat.
“ Ya kalau gitu , aku cuman kasih vitamin, penguat kandungan saja. Kalau ada keluhan
tambahan kamu bisa WA aku, langsung kuresepkan lagi. Dan aku tunggu ceritamu
siang ini.” Lanjut dokter Clara dengan nada tajam.
“Iya iya… aku tunggu kamu di resto. Makasih ya, bye, see you there..” kata Alana sambil
menarik kertas resep dan meninggalkan kamar periksa itu dengan hati yang penuh bunga bunga.
Alana sedang menimbang nimbang, apakah ia akan mengatakan kehamilannya pada Saka atau tidak?
Kalau dia bilang, Saka akan meninggalkan Yara. Tapi Saka juga sudah tahu kalau
pagi ini dia hendak melakukan test pack. Saat menimbang nimbang antara
memberitahu Saka atau tidak, orang yang bersangkutan sudah menelepon, Saka
selalu video call dan kali inipun iapun juga begitu. Saka, sang suami yang posesif, selalu ingin melihat apa yang sedang Alana kerjakan saat menerima telepon dari dirinya.
Drrrt … drrrttt … ponsel Alana emang dalam kondisi mode getar saja, dan Alana masih bingung untuk mengangkat atau tidak video call dari Saka. Kalau diangkat, tentu Saka bertanya mengapa dia ada di Rumah Sakit.
Kalau tidak diangkat, Saka akan terus mencari tahu, jadi percuma saja, kejutannya tidak akan bisa dilakukan.
“Halo sayang…. Lama banget ngangkat teleponnya.” Kata Saka begitu tombol terima
ditekan oleh Alana.
“Tadi ponselnya dalam mode getar, Bby. Dan lagi tadi ada di dalam tas. Gimana, Bby?
Ada kabar apa?” tanya Alana berusaha mengalihkan perhatian Saka. Tapi Saka
lebih mencermati tempat dimana Alana berada, daripada mendengar pertanyaan Alana.
“Kamu dimana sayang?” Tanya Saka sambil memperhatikan ekspresi istrinya yang salah tingkah
dan sedikit pucat, tidak seperti biasanya.
“Aku di … dii..” Alana bingung mau jawab apa, mau bohong .. lha Saka kan nelponnya video call
dan ini aja ada orang pake jas dokter berlalu lalang dibelakang Alana, karena
Alana masih antri obat yang diresepkan oleh dokter Clara.
“Kamu di Rumah Sakit ya?” tebak Saka melihat banyak orang yang memakai jas dokter di berjalan disekitar Alana.
“Ehm.. iya, aku mungkin kecapean, Bby! Jadi aku cuman dikasi vitamin aja sama dokter.” Jawab Alana.
“Kok bisa? Kamu ga nyetir sendiri kan sayang? “ cecar Saka dengan wajah frustasi, sambil
berkali kali mengacak rambutnya yang sudah mulai terlihat panjang.
“Engga… aku selalu dijemput dan diantar pak Sonny. Aku cuman kecapean, akhir akhir ini
Genta selalu pingin nempel sama aku, Bby! Jadi sepulang dari kantor aku selalu
sempetin main sama Genta dulu.” Sahut Alana meyakinkan Saka untuk tidak mengkhawatirkan dirinya. Dan kelihatannya Saka sudah tidak terlalu mempermasalahkan hal hal tadi.
“Ibu Alana!” teriak suster yang berjaga di apotik.
“Bby, aku akan ambil vitamin yang diresepkan dokter ya, jadi kututup dulu, nanti aku telepon
lagi, okey?” kata Alana menunngu Saka sampai mengijinkan nya menutup panggilan telepon.
‘Huft, untung saja… aku kasihan dengan Yara kalau harus melewati masa masa kritisnya
seorang diri, aku juga gak mau kalau Saka akan pikirannya terbelah kemana mana
untuk mengurus Yara dan aku. Biarlah aku saja yang mengalah!’ pikir Alana.
***
POV Saka
‘Alana tidak seperti biasanya, terlihat kurus dan pucat. Sebenarnya dia sakit apa? Hmmh ada
yang dia tutupin dariku, entah apa itu.’ Batin Saka yang masih berada di
Apartemennya sehabis melakukan video conference bersama Lio, Lita dan Alex,
sesudah itu Saka juga melakukan video conference bersama jajaran petinggi direksi yang lain.
‘Hmmh aku harus mencari tau….’ Batin Saka lagi.
“Lio, kamu tahu ibu Alana kemana?” tanya Saka setelah teleponnya diterima oleh asistennya, Lio.
“Belum ke kantor, tuan. Setahu saya tadi ibu, menginfo Lita kalau ibu tidak ke kantor, kayaknya
ibu diantar dan dijemput oleh pak Sonny.” Jelas Lio dengan nada datar.
“Carikan aku info, kemana dan apa saja yang dilakukan oleh istriku. Detil!! Jangan sampai
ada yang terlewat.” Perintah Saka sembari menutup teleponnya.
POV author
‘Belum saja dijawab, bos! Udah main ditutup aja teleponnya, huh!!’ gunam Lio dengan menghela nafas berat melihat kelakuan bosnya.
“Hallo, ini Lio, pak Sonny posisi dimana?” tanya Lio setelah orang di sebrang sana
mengangkat teleponnya.
“…”
“Mengantar ibu Alana ke Rumah Sakit Ibu dan Anak? Emang ibu kenapa?” tanya Lio lagi.
“..”
“Kenapa gak langsung mengantar ibu balik?” cecar Lio.
“…”
“Ke Panorama Resto? Sama siapa?” tanya Lio sambil mengetuk ketukan jarinya ke meja tempat dia bekerja di kantor.
“…”
“Baik, awasi terus! Saya akan utus orang untuk datang kesana. Jangan lengah, ini perintah langsung dari tuan.” Peringat Lio kepada pak Sonny, supir yang dipakai Alana mengantar dan menjemputnya.
“…”
“ Kalau ada sesuatu langsung lapor ke saya!” perintah Lio lagi sembari menutup teleponnya.
Lalu segera Lio mengutus beberapa pengawal cowo dan cewe untuk mengawal dan menginvestigasi Alana dari jauh, supaya Alana tidak merasa terganggu.
“Hallo Tuan … ibu Alana sedang bertemu dengan dokter Clara di panorama resto, resto didekat Rumah Sakit Ibu dan Anak tempat dokter Clara bekerja.” Jelas Lio kepada Saka yang mengutusnya untuk memata matain tindakan Alana.
“Cek ke Rumah sakit itu, ibu Alana melakukan pemeriksaan apa.!” Perintah Saka dengan nada dingin.
“Sudah dikerjakan pengawal, tuan. Kita bisa tahu hasilnya 15-30menit lagi.” Jawab Lio singkat.
“Kutunggu hasilnya.” Ujar Saka lagi lagi sambil menutup teleponnya secara sepihak, Lio langsung mengehla nafasnya dengan kasar, nasib kerja ikut bos dingin kayak begini ini ya allaaahh!
Drrrtt…. Drrttt
Ponsel Lio kembali berdering, Lio menatap layarnya sebentar lalu mengangkatnya segera
“ Ya tuan!”
“ Jemput aku sekarang, siapkan heli, aku tunggu di sini. ” Perintah Saka lagi.
“ Baik tuan!” Lio tahu, tuannya lagi galau, dia tidak banyak bertanya, daripada nanti kena semprot malah berabe.
“Kabar dari anak buah kamu masih kutunggu!” lanjut Saka dengan nada dingin.
“ Baik, tuan! Saya langsung suruh orang untuk menjemput di tempat biasa.” Sahut Lio dengan nada hormatnya.
Setelah telepon ditutup oleh Saka, dan Lio sudah memerintahkan anak buah yang lain untuk menjemput Saka di singapura, kembali ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk.
.
.
.
TBC