Akibat tidak mau berhubungan badan membuat Scarlet dijual oleh kekasihnya sendiri pada seorang pria pecinta kebersihan.
Pertemuan tanpa sengajanya dengan Samuel membuatnya harus terjebak dengan Samuel selama dua tahun akibat perjanjian yang tidak dia inginkan sama sekali. Samuel menginginkannya karena hanya Scarlet satu-satunya wanita yang bisa bersentuhan dengannya oleh sebab itu dia menerima tawaran dari Darien, kekasih Scarlet yang ternyata telah menipu Scarlet.
Scarlet berusaha memberontak namun gagal sampai akhirnya dia memutuskan memanfaatkan kekuasaan yang Samuel miliki untuk membalas dendam pada Darien yang telah menjualnya dan pada orang-orang yang sudah menghina dan menginjak harga dirinya selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Ditipu Lagi
Scarlet tertidur setelah selesai karena dia lelah. Samuel menutupi tubuh Scarlet yang tak menggunakan apa-apa menggunakan jasnya. Dia tahu dia sedikit kelewatan tapi mau bagaimana lagi, selama tiga puluh tahun dalam hidupnya, kini baru bisa merasakannya. Sepertinya setelah ini Scarlet akan semakin membenci dirinya, dia tahu itu. Tidak seharusnya dia memaksa Scarlet tapi dia terpaksa melakukannya agar Scarlet tidak pergi.
Sesungguhnya dia ingin melakukannya dengan perlahan sambil saling mengenal satu sama lain agar mereka semakin dekat tapi keadaan justru tidak sesuai dengan keinginan. Samuel merapikan rambutnya menggunakan jari. Dia tidak menyesal karena dengan begini Scarlet sudah menjadi miliknya. Dia tidak akan melepaskan Scarlet, wanita pertama dalam hidupnya.
Uang yang didapatkan oleh Scarlet itu, entah dari mana dan dia akan menyelidiknya. Dia tidak suka ada yang ikut campur dalam urusannya. Jika Scarlet bukan menjual dirinya pada pria kaya yang lain berarti ada yang membantunya dan siapa pun itu, dia akan mencari tahu.
Samuel turun dari atas ranjang dengan perlahan, pakaiannya pun dipakai kembali satu persatu. Sebelum keluar dari ruangan itu, Samuel memandangi Scarlet yang masih tidur. Ternyata seperti itu rasanya, dulu dia sudah mengira tidak akan pernah melakukan hal itu akibat phobia yang dia alami tapi dia tidak menduga, seorang wanita yang bisa dia sentuh justru muncul secara mendadak. Bukankah ini sebuah keberuntungan?
Dia tidak akan pernah melepaskan Scarlet, tidak akan pernah. Dari pada hanya menjadikan Scarlet sebagai kekasih bayarannya saja, bukankah lebih baik menjadikan Scarlet sebagai kekasih sungguhan? Scarlet adalah wanita pertama yang tidur dengannya dan dia adalah pria pertama yang tidur dengan Scarlet meski Scarlet sudah pernah memiliki kekasih sebelumnya tapi pengalaman pertama mereka tak akan dilupakan meski dengan sedikit paksaan. Dia bahkan tidak ragu untuk memiliki Scarlet di dalam hidupnya tapi untuk mendapatkan hati wanita itu? Dia rasa tidak akan mudah apalagi dia sangat yakin, kebencian Scarlet akan semakin besar.
Ada beberapa pekerjaan penting yang harus dia selesaikan terlebih dahulu sebelum dia membawa Scarlet pulang. Samuel keluar dari ruangan namun keberadaan Catrine mengejutkan dirinya dan membuatnya gusar. Catrine sengaja tidak pergi karena dia ingin memberi kejutan pada Scarlet namun yang keluar hanya Samuel seorang diri.
"Apa yang kau lakukan di sini, Catrine?" Samuel mendekati meja minuman dengan ekspresi tidak senang.
"Aku hanya kebetulan lewat!" jawab Catrine pura-pura. Cek yang ada di atas meja diambil kembali. Dia tidak akan memberikan uang itu setelah Scarlet menipunya dan tidur dengan Samuel. Wanita licik itu pasti akan dia balas.
"Hanya kebetulan lewat, tidak seharusnya kau datang ke sini!" ucap Samuel yang sudah berdiri di meja yang terdapat banyak minuman.
"Aku ingin mengajakmu makan siang!" Catrine melangkah mendekati Samuel dengan perlahan bahkan high heel yang dia pakai sudah dia lepaskan agar tidak menimbulkan suara saat dia berjalan. Dia ingin memeluk Samuel secara tiba-tiba karena dia ingin melihat reaksi Samuel.
Bukankah dia sudah meminum aspirin yang telah diberikan oleh Scarlet? Entah kenapa dia merasa jika Scarlet menipunya dengan aspirin itu hanya untuk mendapatkan uangnya. Selama menunggu dia sudah melihat obat itu tapi karena dia tidak pernah melihat obat yang dijual di toko obat, jadi dia tidak tahu itu obat apa apalagi Scarlet memberikannya begitu saja sehingga tidak ada keterangan yang bisa dia baca.
"Aku tidak bisa, pergilah sendiri!" tolak Samuel.
"Kenapa? Apa kau sudah ada janji dengan seseorang?" Catrine pura-pura tidak tahu jika Scarlet berada di dalam ruangan itu.
"Aku tidak bisa, jangan banyak bertanya!" Samuel menuang minuman ke dalam gelas namun tindakan Catrine yang melompat ke arahnya dan memeluknya secara tiba-tiba, mengejutkan Samuel.
Catrine yang nekat untuk melihat efek obat benar-benar melakukannya apalagi Samuel tidak mendengar langkahnya. Dia kira obat itu benar-benar bekerja karena dia bisa mendekati Samuel tapi akibat tindakan yang dia lakukan secara tiba-tiba itu, membuat Samuel murka.
"Beraninya kau menyentuhku, Catrine!" teriakan Samuel terdengar menakutkan, disusul dengan tamparan keras yang mendarat di wajah Catrine.
Catrine berteriak, pukulan keras dan mendadak yang diberikan oleh Samuel membuat tubuhnya terdorong ke samping hingga membuatnya jatuh ke atas lantai. Samuel melangkah mundur, phobianya kambuh. Jantungnya berdegup cepat, Samuel bahkan bernapas dengan berat. Dia merasa gatal di seluruh tubuh. Dia benci saat keadaan itu menyerangnya.
"Teganya kau memukul aku, Samuel!" teriak Catrine seraya beranjak dari atas lantai. Pipinya merah bahkan bibirnya robek akibat pukulan keras yang dia dapatkan sehingga darah mengalir dari sela bibirnya..
"Beraninya kau menyentuhku, Catrine. beraninya kau!" Samuel melonggarkan dasi, dia merasa pusing akibat sentuhan mendadak yang Catrine lakukan.
"Apa phobiamu kambuh?" tanya Catrine.
"Apa kau buta, hah?" teriak Samuel marah.
Sekarang tidak saja kepalanya yang semakin terasa sakit, Samuel merasa mual dan muncul bintik merah di tubuhnya. Reaksi yang sangat tidak dia inginkan tapi dia tidak boleh pingsan di sana karena Catrine bisa memanfaatkan keadaannya yang tak berdaya. Samuel melangkah menuju mejanya dengan susah payah karena dia merasa tenaganya mendadak tidak ada. Dia harus segera mengambil obat untuk meredakan reaksi menyebalkan itu.
"Jadi, obat itu tidak memberikan reaksi apa-apa?" kali ini Catrine berbicara pada diri sendiri. Catrine mengepalkan kedua tangannya, lagi-lagi dia tertipu oleh Scarlet. Dia benar-benar percaya dengan obat itu tapi dia tertipu untuk kedua kalinya. Jangan katakan yang diberikan oleh Scarlet hanya obat sakit kepala, mendadak dia jadi curiga jika itu memang aspirin biasa apalagi setelah melihat reaksi Samuel.
"Keluar, Catrine. Keluar sekarang juga!" Samuel sudah duduk di kursi namun dia tampak tidak berdaya. Seandainya Catrine naik ke atas tubuhnya saat ini dalam keadaannya itu, dia tidak akan bisa melawan bahkan keadaannya akan semakin buruk. Dasi yang dia kenakan bahkan sudah lepas karena dia merasa panas.
"Aku tidak bermaksud, Sam. Aku tidak?"
"Keluar!" teriak Samuel dengan keras dan lantang.
Catrine terkejut dan ketakutan. Dia tidak pernah melihat Samuel semarah itu padanya, tidak pernah. Semua gara-gara Scarlet yang sudah menipunya. Dia terlalu bodoh mempercayai wanita itu dan sekarang, Samuel pasti akan membenci dirinya akibat tindakan yang dia lakukan.
Catrine pergi mau tidak mau, dia sudah salah mengambil langkah. Seharusnya dia tidak langsung memeluk Samuel tapi dia memang sangat ingin tahu dan sekarang dia jadi tahu bahkan dia jadi penasaran. Jika bukan karena obat, lalu dengan cara apa Scarlet bisa bersentuhan dengan Samuel?
Apakah Scarlet memberikan obat yang bukan dia konsumsi agar keuntungan itu hanya menjadi miliknya saja ataukah memang ada sesuatu yang istimewa yang tak bisa dijelaskan seperti yang Samuel katakan sebelumnya bahwa Scarlet istimewa? Tidak bisa, dia harus mencari tahu akan hal ini karena dia penasaran.
Samuel menatap tajam kepergian Catrine sampai wanita itu keluar dari ruangannya. Sungguh sial, dia tidak mendengar langkah Catrine dan menyadari apalagi Catrine melompat ke tubuhnya secara tiba-tiba. Lain kali dia akan berhati-hati. Reaksinya selalu kambuh saat disentuh oleh siapa saja tapi kenapa Scarlet tidak? Sungguh dia tidak mengerti akan hal itu sampai saat ini namun dia semakin yakin tidak akan melepaskan Scarlet.
Scarlett bukan lagi wanita polos, naif dan bodoh spt duluu
ga sgampang itu lah
Jalan ceritanya mudah di mengerti
minta Samuel untuk membuat Dariej mnyesal krn telah menjualmu