Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 Hari Eksekusi
Shuezan mengangguk meskipun masih tak mengerti maksud dari perkataan Wang Cheng yang ambigu itu.
"Jangan khawatir, Shuezan," Wang Cheng menambahkan. "Kau hanya perlu melakukan tugasmu sebagai pedang dan tamengku."
Shuezan tak menjawab, sorot matanya masih datar seperti biasa, namun Wang Cheng tahu jika tanpa disuruhpun gadis itu akan tetap melindunginya karena ikatan jiwa yang terjalin.
Semakin dekat ke pusat kota, semakin jelas gelombang massa yang mengarah ke satu tempat—alun-alun utama. Aroma debu dan kegaduhan pagi menggantung di udara.
Bisik-bisik mewarnai jalanan:
"Katanya, mereka bertiga itu mengolah anak-anak menjadi pil!”
“Keji sekali… Bahkan bayi pun tak luput dari kekejaman mereka…”
“Tuan Besar Wang sendiri yang akan melihat eksekusinya!”
“Astaga, aku dengar salah satu dari mereka adalah kultivator tingkat tinggi!”
Wang Cheng mendengar semuanya sambil terus melangkahkan kakinya menuju panggung yang berdiri kokoh di tengah kota. Wajahnya netral, namun matanya mengamati satu demi satu: ekspresi jijik, marah, ngeri, puas… dan dendam.
Aura kebencian yang kaya namun bukan untuk dirinya.
‘Jika aku bisa memainkan peranku dengan baik, maka aku bisa mengubah fokus massa dan mengarahkan kebenciannya padaku,’ pikir Wang Cheng dalam hatinya.
Sekilas, dia bisa membayangkan poin kebencian yang melimpah dan memilih skill apapun dengan bebas.
Jauh di depan sana, panggung eksekusi berdiri megah di tengah alun-alun, dihias bendera hitam-emas milik Keluarga Wang. Di atas, tiga pria dirantai menggunakan rantai spiritual.
Wajah mereka hancur, tubuh mereka kurus dan tampak dipukuli tanpa ampun. Namun aura busuk kekuatan lama masih terasa samar, pertanda jika mereka adalah seorang kultivator tingkat tinggi.
Wang Cheng mengaktifkan Mata Takdir miliknya, saat itu juga status ketiga pria itu terpampang jelas di hadapannya.
> [Status: Guan Po—Narapidana]
Kekuatan: Core Formation
Loyalitas: 10/100 (Membenci Seluruh Keluarga Wang)
Potensi: B (Manusia)
Kelemahan: Suka bermain wanita
> [Status: Hu Bao—Narapidana]
Kekuatan: Core Formation
Loyalitas: 10/100 (Membenci Seluruh Keluarga Wang)
Potensi: B (Manusia)
Kelemahan: Pemabuk, liar
> [Status: Lei Tien—Narapidana]
Kekuatan: Nascent Soul
Loyalitas: 10/100 (Membenci Seluruh Keluarga Wang)
Potensi: A (Manusia)
Kelemahan: Terlalu sombong, terlalu percaya diri
"Mereka semua cukup berpotensi, terutama pria yang bernama Lei Tien..." gumam Wang Cheng kecil.
Shuezan menoleh kearahnya. "Sekarang aku paham alasan kenapa kau membeliku dari penjual budak. Kau dan kemampuan anehmu itu bisa melihat potensi seseorang."
"Tentu saja, apa kau berpikir aku membelimu hanya karena kau cantik?" jawab Wang Cheng dengan senyum liciknya.
"Tidak juga," balas Shuezan sambil memalingkan wajahnya.
Mereka berdua menyusup lebih dalam diantara kerumunan orang. Tidak ada yang menyadari Wang Cheng karena semua orang sibuk berspekulasi liar tentang ketiga penjahat yang akan dieksekusi itu.
Sementara itu, di sisi panggung, duduk Wang Jianlong—ayah Wang Cheng, berpakaian agung seperti raja tanpa mahkota. Ia tampak santai, seolah menyaksikan pertunjukan panggung biasa.
Di sebelahnya, terdapat Madam Ruoyan, Wang Shuren, dan Wang Xianyi yang juga ikut mengisi hari eksekusi yang lebih mirip hari perayaan itu. Hanya Wang Feilu yang tidak hadir karena tidak begitu tertarik dengan kegiatan brutal seperti itu.
Tak lama kemudian, Hakim Tinggi Kota Wanlong berjalan ke tengah panggung sambil membawa gulungan naskah. Suaranya lantang menggema lewat artefak pengeras suara spiritual:
“Atas nama keadilan dan perlindungan rakyat, hari ini, di hadapan seluruh penduduk Kota Wanlong, kami menjatuhkan hukuman mati kepada tiga kriminal ini: Guan Po, Lei Tien, dan Hu Bao!”
Kerumunan mulai senyap, seolah ingin menyimak lebih dalam.
“Atas nama organisasi kriminal Shuilien Gelap, mereka telah melakukan tindakan biadab berupa: pembunuhan lebih dari 200 pria, 340 wanita, dan 70 anak-anak.... Mereka telah mengolah tubuh manusia menjadi Pil Kultivasi, menjualnya di pasar gelap, dan menyebabkan kematian massal d Wilayah Utara selama bertahun-tahun!”
Keheningan mulai berganti. Suara massa mulai bergemuruh.
Raungan marah, teriakan setuju, beberapa melempar batu ke arah panggung meski tak sampai mengenainya.
Tiba-tiba, salah satu kriminal—Hu Bao, pria dengan wajah cacat dan bekas luka petir di mata kanannya—tertawa histeris.
“Hahahahah!! Hanya karena kalian membunuh kami, bukan berarti kami kalah… Di luar sana… masih banyak dari kami yang menunggu waktunya! Kalian semua hanya domba bodoh!”
Suara tawa Hu Bao menggema di udara panas pagi itu, membuat beberapa penonton terkejut dan bergidik.
“Hahahaha!! Kalian pikir kami kalah? Sekte Shuilien Gelap bukan hanya kami bertiga…! Di luar sana, ada puluhan, ratusan dari kami! Kami hidup di bawah bayang-bayang... mengalir dalam kegelapan! Bahkan kalian, para bangsawan sok suci, pernah mencicipi Pil kami, bukan?!”
Beberapa wajah pucat terlihat di antara penonton.
Madam Ruoyan menegang, jemarinya menggenggam lipatan lengan jubahnya erat. Wang Xianyi tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi tetap diam, menatap tajam pada Hu Bao.
Wang Shuren berdiri setengah dari tempat duduknya, sorot matanya memancarkan bara api. “Biadab… kalau saja ayah tak melarangku ikut bertarung, aku sendiri yang akan memenggal kepala mereka…”
Wang Jianlong, sang kepala keluarga sekaligus pemimpin wilayah barat tidak berkata apa pun. Ia hanya memijit pelipisnya perlahan, seolah lelah dengan segala keributan ini.
Tatapannya kosong, tapi dari sorot matanya, ada tekanan kuat dari seseorang yang terbiasa melihat ratusan kematian.
“Tenanglah,” bisik Wang Jianlong pada putra keduanya tanpa menoleh, “Mereka hanya permulaan, selanjutnya kita akan menangkap pemimpin mereka yang sesungguhnya.”
Shuezan memperhatikan semua dari tengah kerumunan, tetap waspada pada siapapun yang mungkin bisa menjadi ancaman.
Di sisi lain, Wang Cheng masih memperhatikan panggung dengan sorot mata seperti menonton komedi picisan.
‘Sekte Shuilien Gelap...’ pikirnya. ‘Sekte bayangan yang sudah puluhan tahun menjadi legenda horor bagi para pelancong dan desa-desa kecil. Mereka tak hanya mengolah manusia menjadi pil, mereka menjualnya ke para bangsawan, sekte besar, bahkan militer kerajaan secara diam-diam.'
Senyum licik mengembang di wajah Wang Cheng. Perlahan, ia melangkah maju hingga tembus di depan para kerumunan warga.
Ketika massa mulai berteriak lagi, menuntut eksekusi segera untuk ketiga orang itu, saat itulah mereka terdiam karena melihat sosok Wang Cheng di depan panggung.
Langkahnya ringan namun mencolok. Jubah hitam emasnya berkibar, dan semua orang yang melihatnya langsung menyadari siapa dia.
"Itu... Tuan Muda Wang Cheng!"
"Kenapa dia naik ke atas panggung?"
"Apa dia ingin eksekusi pribadi?"
sering sering update Thor