NovelToon NovelToon
Dia Juga Anakku

Dia Juga Anakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Janda / Hamil di luar nikah / Cerai
Popularitas:56.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yutantia 10

Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MULAI PERHATIAN

Menginjakkan kaki di rumah mewah, tak serta merta membuat Ara senang, justru saat ini, ia sedang sport jantung, vibesnya seperti melangkah masuk ke wahana rumah hantu. Ia masih dihantui rasa takut orang tua Meru tak mau menerimanya dan malah menghujatnya.

"Ru aku takut," tremor membuat suara Ara ikut bergetar.

"Orang tuaku baik," Meru kembali meyakinkan. Bisa ia rasakan, telapak tangan Ara basah karena keringat dingin, tapi itu wajar. "Tunggu disini!" meminta Ara duduk di sofa ruang tamu.

Meru masuk ke dalam untuk memanggil Maminya karena kemungkinan, papinya belum pulang dari kantor. Jangan dikira ia tidak takut sekarang, ia juga sedang sport jantung. Yang sedang ia lakukan, bukan kesalahan kecil seperti nilai turun atau bolos sekolah, ini menyangkut masa depan. Dihajar Papinya, sepertinya itu pasti, namun yang lebih pasti lagi, Maminya pasti menangis nanti. Ia akan melihat hati wanita yang ia sayang dan hormati itu hancur. Dan satu lagi, adik-adiknya mungkin saja kehilangan respect padanya setelah ini.

Menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan, melakukan itu beberapa kali lalu memberanikan diri mengetuk pintu kamar Maminya.

Tok tok tok

"Mi," panggil Meru, namun tak ada sahutan. Ia ulang beberapa kali, masih saja tak ada sahutan, hingga ia putuskan, untuk membuka saja pintu tersebut. Kosong, Maminya tak ada di dalam. Kemungkinan, Maminya ada di dapur atau sedang asyik dengan bunga-bunganya di halaman belakang. Nihil, dikedua tempat itu, tak ia dapati Maminya.

"Jan," kebetulan adiknya-Rinjani- masuk ke dapur. "Mami mana?"

"Ke mall sama Papi dan Juno. Beliin HP Juno, HP nya rusak," sahut Rinjani, membuka kulkas, mengambil sebotol yogurt dari sana.

"Udah lama apa masih baru berangkat?"

"Udah lama keknya. Aku pulang sekolah udah gak ada. Barusan aku kirim pesen, nitip donat, tapi gak nanya udah mau pulang atau belum," membuka tutup yogurt.

"Kirim pesen lagi, suruh cepat pulang."

"Kenapa?" kening Rinjani mengkerut, niatan meneguk yogurt, jadi terpending. "Bilang Bang Meru mau ngomong sesuatu, penting."

"Ngomong apa?"

"Gak usah banyak nanya. Bi Yana kemana?" Meru tak mendapati asisten rumah tangganya tersebut ada di dapur, padahal mau menyuruh membuat minuman.

"Mandi kali, terus sholat." Rinjani mengerutkan kening melihat abangnya mengambil dua botol air mineral, susu UHT kemasan kecil, juga sebotol yogurt.

"Banyak banget, ada tamu?"

Meru tak menjawab, keluar dari dapur, meletakkan apa yang ia bawa ke atas meja makan.

Ara meremat jemarinya, beberapa kali mengusap telapak tangan yang basah pada rok seragam. Buru-buru berdiri melihat Meru datang, karena ia fikir, bersama kedua orang tuanya.

"Kita pindah ke dalam yuk," ajak Meru.

"O, orang tua kamu nunggu di dalam?" Ara semakin gemetaran.

"Mereka gak ada, kita tunggu di meja makan. Kamu belum makankan?"

"A, aku gak usah makan. Aku gak lapar," Ara menggeleng cepat.

"Kamu butuh tenaga buat ketemu Mami sama Papi aku, gak mau pingsan kan?" Meru mendekati Ara, menggenggam tangannya, membawa masuk menuju meja makan. Seumur-umur, belum pernah Ara melihat meja makan sebesar dan sebagus ini kecuali di TV atau konten sosial media. Ada buah-buahan di tengah meja, juga tudung saji mewah yang entah apa isi di dalamnya.

Meru mendekatkan apa yang ia ambil dari kulkas tadi ke hadapan Ara. Menarik nampan berisi buah-buahan, juga membuka tudung saji yang ternyata di dalamnya berisi roti gandum dan beberapa selai. "Isi perut dulu."

"Aku gak lapar," Ara yang gelisah, mana ada selera makan, apalagi di tempat orang seperti ini.

"Gak usah takut, palingan nanti aku yang akan dihajar Papi," Meru tersenyum miring. Mengambil selembar roti tawar, mengoles dengan selai coklat, lalu menyerahkan pada Ara. Tak ketinggalan, menancapkan sedotan susu UHT varian coklat kesukaan Ara.

"Kak Ara!"

Sebuah suara yang melengking, membuat Ara yang hendak menggigit roti, jari urung.

Rinjani, gadis itu kaget sekali melihat Ara ada di rumahnya. Ia tahu Ara karena mereka satu sekolah. Rinjani masih anak baru, kelas X. Ia tahu gosip tentang Abangnya yang pacaran dengan Ara, namun setiap kali ia minta klarifikasi pada Meru, abangnya itu selalu menjawab hanya teman. Ah, tapi ia tidak percaya, satu sekolah bilang, mereka pacaran.

"Abang kenapa bawa dia kemari?" Rinjani yang tampak marah, menarik lengan Meru agar berdiri. "Mami bisa marah kalau lihat dia ada disini. Abang tahu kan peraturan di rumah ini, kita dilarang pacaran sampai usia 21, sampai kita benar-benar dewasa dan bisa bijak dalam berfikir."

"Abang pusing, Jan, mending kamu masuk kamar aja," Meru tak mau ribut dengan Rinjani.

"Aku lebih pusing lagi karena kelakuan Abang," balas Rinjani. "Aku udah baik ya Bang, selama ini gak ngadu ke Mami sama Papi kalau Abang pacaran, tapi kenapa Abang malah bawa cewek ini ke rumah?" ia menatap Ara tidak suka. "Kak Ara, mending Kak Ara pulang deh. Aku gak mau denger Mami ribut sama Bang Meru."

"Jan apa-apaan sih," tegur Meru, menarik bahu adiknya agar berhenti menatap Ara seperti itu. "Abang bilang masuk kamar!" nada bicaranya mulai berubah, lebih tinggi.

"Abang sadar gak sih, abang lagi cari masalah."

Ara hanya tertunduk melihat kakak adik itu bertengkar. Ini baru adiknya, sudah memperlihatkan rasa tidak suka, bagaimana nanti dengan kedua orang tuanya.

"Ada yang Abang dan Ara ingin bicakan dengan Mami sama Papi, jadi Abang minta, kamu ke kamar sekarang," melihat adiknya tak kunjung bergerak, Meru membentaknya. "Sekarang Rinjani!"

Rinjani mendengus kesal, menghentakkan kaki ke lantai lalu berjalan cepat ke arah tangga menuju kamarnya.

Setelah Rinjani pergi, Meru kembali duduk. "Makan, kasihan yang di perut kamu jika kamu sampai kelaparan."

Ara menyunggingkan senyum tipis, ada rasa bahagia saat Meru menunjukkan perhatian pada janin di dalam kandungannya.

1
MACA
skaing pengennya wujudkan impian ayahnya..... belajarnya mati2an. komunikasi mereka masih buruk
Rizky Nila Nurmala
awal bencana dalam rumah tangga.. meru semoga bisa balikan lg sama ara
Chalimah Kuchiki
indah bgt masa2 manten baru kaya harmonis sama keluarga meru, jadi takut bakal ada badai nya sebesar apa ara 😭
Ari Atik
semoga terus terjalin sampai nanti...
nenjadi satu keluarga yg saling menghargai...
Hafifah Hafifah
aduh simeru g peka deh lw bumil lagi g bisa tidur
Hafifah Hafifah
gara" cemburu makanya pulang cepet
Ari Atik
semangat
thor...
masih ngikut..
Ari Atik
wkwk. .
ngakak jgaa gara2 rujak .
Ari Atik
next...
masih ngikut..
Ari Atik
lanjut..
Ari Atik
awalnya mewek...

eh akhirnya senyum2..
Ari Atik
dan sah...

teeerharu...
bisa diambil pelajarannya
Ari Atik
menjelang sah
Ari Atik
aduh...
berat deh klau punya ipar kyak imel
Ari Atik
enaknya kalau punya martua yg baik...
Ari Atik
ikut sakit jdi rara...
Ari Atik
ara......
semeru.....
Ari Atik
good..../Good/
Ari Atik
I LIKE .....
Ari Atik
lanjut...
semangat terus thor...
aq berusaha mbaca maraton ini cerita?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!