NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Sakit Tipes

Ustadz Amar tampak mengecek ponselnya berkali-kali lantaran pesan teksnya tidak kunjung dijawab. Padahal sudah satu jam sejak ia mulai mengirim pesan pertama pada sang istri, tapi jangankan dibalas, dibuka saja tidak. Merasa ada yang tidak beres, Ustadz Amar memutuskan untuk langsung melakukan panggilan suara.

"Halo?" Suara seorang wanita dari seberang telepon membuatnya bernapas lega.

"Kenapa chat saya nggak dibalas dari tadi?"

"Ee.. Maaf Pak, ini saya temennya Syahla. Sekarang Syahla sedang di rumah sakit,"

"Apa?" Ustadz Amar langsung berdiri dari kursi saking kagetnya. "Kamu dimana? Cepat kirim lokasinya sekarang,"

Ustadz Amar langsung menutup telepon dan menunggu pesan balasan dengan tidak sabar. Setelah link lokasi rumah sakit ia terima, buru-buru Ustadz Amar menuju parkiran untuk mengambil mobilnya.

Tidak sampai sepuluh menit, Ustadz Amar sudah melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit. Seorang gadis muda berambut panjang yang tampak gelisah mencuri perhatiannya, membuatnya menebak-nebak apakah itu adalah teman Syahla yang tadi mengangkat teleponnya. Saat langkahnya semakin mendekat, Ustadz Amar yakin karena gadis itu sudah pernah ia lihat saat di kantin dulu.

Anggika melihat kedatangan Ustadz Amar dan langsung berjalan menghampirinya. "Pak.."

"Bagaimana keadaannya? Apa yang terjadi?"

Anggika tergagap mendengar pertanyaan beruntun itu. Ia kemudian menjawab dengan gugup. "Dokter sekarang masih memeriksa Pak. Terus untuk kejadiannya—"

"Maaf, disini ada keluarga pasien?" Pintu ruangan terbuka dan seorang dokter keluar mendekati mereka. Ustadz Amar langsung pasang badan dan menjawab dengan tegas.

"Saya Dok. Saya suaminya,"

"Hah?" Anggika tercengang mendengar jawaban Ustadz Amar yang tidak ia sangka-sangka. "Suami?"

"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Ustadz Amar tidak memperdulikan teman Syahla yang sedang kebingungan, karena dirinya sudah sangat khawatir dengan keadaan istrinya di dalam sana.

"Menurut diagnosa, sepertinya pasien terkena tipes. Pasien harus dirawat selama dua sampai tiga hari agar sembuh total,"

Ustadz Amar menganggukkan kepalanya mengerti. Ia merasa wajar karena akhir-akhir ini istrinya terlihat sangat sibuk sampai sering melewatkan waktu makan dan tidur.

Setelah mengurus administrasi, Ustadz Amar beralih menghampiri Anggika yang sedang duduk di depan ruang pasien dengan kebingungan. Melihat kedatangan Ustadz Amar, Anggika segera berdiri dari duduknya dengan wajah bertanya-tanya.

"Bapak benar-benar suaminya Syahla?" tanya Anggika hati-hati.

Ustadz Amar menghela napas panjang. "Iya, saya memang suaminya Syahla. Kami berdua menikah karena suatu keadaan, jadi sebenarnya secara mental Syahla belum siap. Saya minta maaf mewakili istri saya karena sudah membohongi kamu,"

Anggika menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak pak. Saya rasa saya bisa mengerti keadaannya. Saya tahu pasti ada alasan kenapa Syahla menutupi pernikahannya, dan saya juga janji nggak akan bilang soal ini ke siapapun."

"Terimakasih atas pengertian kamu. Oh ya, sebenarnya apa yang terjadi tadi?"

Anggika kemudian menceritakan rentetan kejadian sebelum Syahla pingsan. Mulai dari membaca artikel yang nama penulisnya diganti, kemudian melabrak kakak tingkat, jambak-jambakkan, sampai berakhir dikejar satpam. Ia menceritakan semuanya dengan detail tanpa dikurang-kurangi atau dilebih-lebihkan.

Ustadz Amar malah tertawa kecil mendengarnya. "Saya sudah mengira kalau Syahla itu jiwanya barbar, tapi saya tidak menyangka dia akan senekat itu. Saya berterimakasih sama kamu yang sudah membantu Syahla kabur, dan membawa dia kesini saat dia pingsan."

Anggika menganggukkan kepalanya. "Itu sudah kewajiban saya sebagai teman Syahla pak,"

Ustadz Amar kemudian menoleh ke arah bangsal dimana Syahla tertidur. Selang yang terhubung pada kantong infus dan pergelangan tangan Syahla membuatnya menghela napas panjang.

"Saya mau pergi ke supermarket dulu, kamu tolong jaga Syahla sebentar." pinta Ustadz Amar pada Anggika. Anggika menganggukkan kepalanya menurut.

Di dalam kamar, Syahla mulai perlahan-lahan membuka mata. Plafon rumah sakit menjadi pemandangan pertama yang terlihat. Ia mencoba beranjak dari tidurnya, tapi jarum infus yang menyuntik tangannya membuatnya kebingungan.

"Eh, eh, nggak usah duduk. Tidur saja," Anggika yang baru masuk ke kamar segera membimbing Syahla agar kembali merebahkan badannya.

"Aku dimana Nggi?"

"Di rumah sakit. Tadi Lo pingsan, terus Gue minta tolong ke orang-orang di kampus buat bawa Lo ke sini. Kata Dokter Lo kena tipes. Terus tadi juga ada—"

Belum selesai Anggika bicara, Ustadz Amar muncul ke dalam kamar yang memang pintunya terbuka. Kedua tangannya membawa plastik supermarket berisi barang-barang belanjaan.

Syahla terbelalak. "Om Suami, ngapain ke sini?"

Menyadari dirinya keceplosan, Syahla langsung menutup mulutnya sambil melirik ke arah Anggika.

Ustadz Amar yang mengetahui arti dari ekspresi istrinya menyeletuk, "Dia sudah tahu. Dan dia sudah janji untuk nggak memberitahu siapapun,"

Syahla melihat Anggika dengan tatapan menyesal. "Maaf ya Nggi,"

"It's Okay," Anggika tersenyum. "Gue ngerti Lo pasti punya alasan kenapa nyembunyiin hal ini. Dan Gue janji nggak bakal cerita ke siapapun sampai Lo sendiri siap,"

Syahla memeluk Anggika terharu. "Makasih ya Nggi, Kamu emang temanku yang paling baik!"

Ustadz Amar mendengarkan percakapan kedua gadis itu sambil mengupas buah apel. Menggeleng-gelengkan kepala heran melihat drama di depannya.

"Saya dengar, ada bibit-bibir preman di sini," Celetuk Ustadz Amar kemudian. Syahla langsung menguraikan pelukannya dari Anggika.

"Nggi, kamu cerita?" bisiknya yang dijawab dengan anggukan pelan Anggika. Syahla mengerucutkan bibir.

"Ya gimana? Hasil kerja keras saya dicuri begitu saja. Kalau Om Suami yang mengalami, pasti akan melakukan hal yang sama,"

"Tapi setidaknya saya nggak akan jambak-jambakkan seperti kamu,"

"Ish!" Syahla mendengus kesal. Anggika terkekeh, matanya kemudian tak sengaja melihat ke arah jam di dinding.

"Eh, udah jam berapa ini? Astaga! Udah hampir telat! Gue harus presentasi!" Anggika berseru panik.

"Yaudah, cepetan sana! Makasih banyak ya Nggi!" Syahla ikut panik.

"Iya, sama-sama La. Ntar Gue kesini lagi ya,"

Anggika bergegas keluar dari ruangan itu, tapi Ustadz Amar mencegatnya. "Bawa ini,"

Anggika menerima amplop putih yang ber-cap rumah sakit itu dengan tatapan bingung. "Apa ini Pak?"

"Surat keterangan dokter. Para dosen nggak akan mau memberi izin kalau tidak ada surat ini,"

Anggika membulatkan mulutnya mengerti. "Oke Pak, Nanti saya sampaikan sama dosennya. Saya pamit ya Pak. Bye, La!"

"Bye! Hati-hati!" Syahla melambaikan tangannya.

Setelah Anggika pergi, Ustadz Amar beralih menduduki kursi yang tadi ditempati Anggika.

"Besok lagi, kalau ada kejadian seperti ini, jangan langsung bertindak sendiri, bilang ke saya," ujar Ustadz Amar sambil menyuapkan potongan apel pada Syahla.

"Memangnya Om Suami mau ngapain kalau saya bilang?" tanya Syahla sambil mengunyah apelnya.

"Akan saya selesaikan dengan cepat dan efektif,"

"Contohnya?"

"Contohnya..menyuruh kamu keluar dari organisasi itu?"

"Kok gitu sih?"

"Kamu masih mau bertahan di sana setelah apa yang kamu alami selama ini? Kamu itu sebenarnya polos apa bodoh? Kamu sadar tidak kalau kamu itu sudah dimanfaatkan sampai sakit tipes begini?"

"Tapi kan—"

"Nggak ada tapi-tapi! Kalau kamu tidak mau keluar, saya yang akan datang sendiri ke Persma untuk mencoret nama kamu dari sana," tegas Ustadz Amar berapi-api.

"Kok tidak dijawab?" tanya Ustadz Amar saat melihat Syahla hanya menundukkan kepalanya.

"Iya.." jawab Syahla lirih.

"Jawab yang keras!"

"IYAAA!!!"

1
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Tia H.
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
Vitamincyu
❤️❤️
Tia H.
duh si bulek bikin aku mewek aja.
Tia H.
bulek kalau patokannya bisa masak bisa nyuci g mungkin suami mu kabur haduh bulek bulek.
Tutus Roimatus
Luar biasa
Zayyin Arini Riza
Baru nemu judul novel ini dan ceritanya seru.. runtutan tulisannya apik, asik buat dibaca... keren...
Rose Reea
wadaw
Rose Reea
💕🌹🌹🌹💕
Andi Bahraeni
Lumayan
Rose Reea
🤣🤣🤣🤣🤣
Rose Reea
ciyeeeeeeh
Rose Reea
Halah jadi melow 🥲
Rose Reea
huhuy
Rose Reea
sa ae lu tadz 🤭
Rose Reea
🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!