Ditinggal Sang kekasih begitu saja, membuat Fajar Rahardian Lee Wijaya pergi ke sebuah kota kecil untuk menenangkan diri dari rasa kecewa,terluka dan tentunya malu pada keluarga besar yang sudah melakukan segala persiapan pernikahannya.
Tapi tak di sangka, disana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang membuat ia lupa niatnya untuk datang. Alih alih ingin tenang, Fajar justru kembali pulang membawa seorang Janda perawan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #23
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Pertanyaan Shena tentu lagi dan lagi membuat semua orang tercengang, setelah ia menuduh Fajar tak punya uang untuk membayar barang belanjaannya, kini gadis cantik itu malah bertanya diluar dugaan siapa pun yang mendengar tak terkecuali pria didekatnya kini.
"Rasanya aku harus hati hati saat bicara denganmu," jawab Fajar sambil tersenyum simpul tak lupa tangannya juga mengusap lembut kepala Shena yang jarak umurnya jauh berbeda yaitu kurang lebih 10 tahun, jadi bisa di bayangkan segemas apa Fajar pada Si janda kecil dan senyaman apa Shena pada Si bujang dewasa.
Tak ingin semakin tergoda dengan kepolosan Shena, ia pun bergegas masuk kedalam kamarnya di lantai dua, Fajar butuh tempat sepi dan waktu sendiri untuk menormalkan kembali detak jantung dan sudut bibirnya yang selalu terukir senyum, tapi sebelum ia melangkah ke arah tangga, Fajar berhenti sejenak dihadapan Bubun.
"Bun, tolong ajarin Shena ya."
Bubun yang mendengar permintaan Si tengah hanya bisa terkekeh, kesan lucu langsung di dapatkan wanita itu saat melihat Shena, ini lain dari kedua menantunya yang terlihat dewasa dan anggun tapi itu tak aneh karna Bintang maupun Rinjani memang terlahir dari keluarga yang nyaris sempurna, penuh limpahan kasih sayang dan cukup harta, bertolak belakang dengan Shena yang kurang dalam segala hal termasuk soal pengetahuan.
Mungkin, semua balik lagi karna jodoh yang saling mengisi dan melengkapi. Angkasa dan Lintang memang harus mendapat pawang yang jauh lebih dewasa dan tenang karna tingkah kedua pria itu selalu menguji kesabaran di setiap waktu. Lain hal dengan Fajar yang pendiam, lurus dan tak banyak menuntut, dari sifat warasnya itu ia malah di pertemukan dengan gadis polos yang justru membuat harinya bak menaiki rollcoaster di tengah hamparan bunga, meski jantungnya tak aman tapi selalu ada rona bahagia di wajah tampannya.
.
.
.
Saat Ayah dan Abah menikmati kopi di teras depan sambil mengobrol, kini tinggalah tiga wanita beda generasi dii ruang tamu, Shena yang ketakutan karna baru pertama kali bertemu dengan Bubun perlahan tapi pasti kini malah sudah ada di balik punggung Enin.
"Kamu ngapain, Shena?" tanya wanita baya itu sambil mengulum senyum.
"Enggak apa apa, Enin."
Enin dan Bubun pun saling pandang dan saling melempar senyum, mereka paham betul dengan perasaan Shena, terutama Bubun yang ingat betul saat pertama kali bertemu dengan Enin. Dan mungkin rasa itu hampir semua merasakannya.
"Namamu Shena?" tanya Bubun mengawali obrolan.
"Iya, Bu, namaku Shena tapi nama lengkapku Senandung," jawabnya yang tak berani adu pandang dengan Nyonya besar Lee tersebut.
"Nama yang cantik, seperti orangnya," puji Bubun yang meminta juga Shena memanggilnya sama seperti yang lain.
Shena pun mengangguk paham dan setuju, ini sama halnya saat ia pertama kali datang kemari lalu memanggil Si pemilik rumah dengan sebutan Abah dan Enin.
"Beli apa saja tadi?" tanya Enin, padahal ia masih punya banyak baju layak pakai untuk Shena pakai sehari hari di rumah.
"Beli baju, baju pergi, baju main, baju di rumah, sama baju tidur," jawab Shena jujur karna da ekspresi senang dan lega di wajahnya.
"Baju tidur?" tanya Bubun, ia yang seorang mantan buaya betina tentu pandai menggoda jadi saat mendengar kata baju tidur tentu otak nya langsung ter arah pada baju dinas malam para pawang untuk menyenangkan suami dia atas ranjang.
"Iya baju tidur," sahut Shena meyakinkan jika yang ia ucapkan tak salah barusan.
"Hem, beli yang kaya gimana?" jiwa kepo calon mertua itu pun mulai meronta meronta sedangakan Enin hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat senyum penuh arti di sudut bibir menantunya tersebut.
"Mana ya?, tunggu ku cari dulu," ucapnya sambil melihat satu persatu isi Paperbag, ia yang tak ikut ke meja kasir jadi tak tahu saat barang belanjaannya di bungkus.
"Ini dia," jawab Shena saat memperlihatkan delapan stel piyama panjang dengan berbagai motif.
Melihat itu semua justru membuat Bubun tertawa kecil dan Shena yang melihatnya pun jadi tak paham sampai ia menoleh kearah Enin.
"Jangan di pikirin, otaknya Bubun mu itu pasti lagi nyusun rencana jahat," bisik Enin, ia tahu sejauh mana otak menantinya itu ber traveling ria sekarang.
"Bubun jahat?" tanya Shena.
"Ummaaaaaaaaaaaa---," teriak Bubun dan kini gantian mertuanya yang tertawa tapi Shena, masih dengan ekspresi bingungnya.
( Ini baru dua orang loh, Shena)
"Kalau beli baju tidur kaya gitu jangan banyak banyak, gak akan kepake karna Aa pasti lebih suka kamu pake sarang tahu," kekeh Bubun.
Uhuk.. uhuk.. uhuk..
Fajar yang ternyata sudah turun dan baru keluar dari dapur dengan segelas air di tangannya pun tersedak ketika namanyadi sebut.
"Bun, jangan nyebar racun! Bintang aja sama Jani, Shena tuh belum saatnya," protes Fajar.
"Justru itu, belum di sebar kok, baru di cipratin aja sedikit sedikit sampai waktunya tiba," sahut Bubun.
Fajar yang kesal langsung meletakan minumannya di atas meja, ia raih satu persatu papaerbag sampai tangan kanan dan kirinya penuh kemudian mengajak Shena ke kamar.
"Permisi," pamit Shena dengan sopannya dan itu kebetulan di lihat oleh Ayah yang kebetulan di ambang pintu masuk.
Ceklek
Shena membuka pintu saat Fajar menyuruhnya, ia yang kedua tangannya penuh dengan barang tentu tak bisa melakukannya sendiri.
" Cepat bereskan," titah Fajar, sengaja ia lakukan itu agar punya kesibukan dibanding otaknya terkontaminasi oleh Baju tidur yang sempat di sodorkan di toko.
Entah akan seheboh apa Bubun jika Shena membeli Lingerie, mungkin akan ada gempa dadakan di rumah utama saat ia bercerita hal tersebut.
"Hih!!" Fajar yang bergidik ngeri sampai di tanya oleh Shena yang baru membuka pintu lemari.
"Aa kenapa?"
"Gak apa apa, mau ku bantu bereskan?" tawar Fajar untuk mengalihkan pertanyaan Shena.
Gadis dengan status janda itupun mengangguk, kini mereka duduk ada di atas ranjang dengan jarak yang cukup jauh karna kasur pun berukuran king size. Fajar mengeluarkan satu persatu barang dari isi kotak maupun Paperbag sedangkan Shena melipat atau menggantungnya lebih dulu sebelum di masukkan ke dalam lemari tiga pintu.
"Ada yang lain yang perlukan lagi?" tanya Fajar saat semua sudah ia keluarkan dan tinggal menunggu Shena selesai merapihkan.
"Sudah, ini saja," sahut Shena tanpa menoleh kearah Fajar, padahal pria itu menunggu mereka beradu pandang.
"Gak beli makeup?"
"Itu--," tunjuk Shena kearah meja rias berwarna putih senada dengan lemari.
"Bedak bayi?" tanya Fajar dengan dahi mengernyit dan dijawab anggukan kepala oleh Shena sambil tersenyum, Fajar pun reflek membalas apa yang sudah ia tunggu sejak tadi.
"Iya, aku ambil itu di minimarket sewaktu Enin mengajakku kesana, boleh kan?"
"Hem, tentu," jawab Fajar, ia tahu itu bedak bayi karna para krucil di rumah utama memakainya, pantas saja wangi tubuh Shena tak asing saat pergi tadi.
Semua barang baru Shena kini sudah rapih masuk kedalam lemari, Ayah yang memanggil keduanya pun lekas keluar dari kamar yang pintunya terbuka lebar, apalagi kamar tamu berada di depan ruang tamu dimana yang di obrolkan Bubun dan Enin sedikit jelas terdengar.
"Kita makan malam dulu," ajak Fajar sambil mengulurkan tangan.
Shena yang melihat itupun hanya menggelengkan kepala tanda ia menolak, malu rasanya jika di lihat orang-orang di meja makan nanti.
"Kenapa?" tanya Fajar.
"Aa jalan duluan aja sana, nanti aku nyusul."
Bukan keturunan Gajah jika harus berbuat seperti itu, karna yang mereka tahu adalah jalan berdampingan dengan tangan saling menggenggam.
"Ayo, cepat!" paksa Fajar, ia yang biasanya tenang mendadak tak sabaran jika bersama Shena.
"Ish, maksa, gak baik loh," cibir Shena, ia masih membayangkan apa saja yang akan di cuci malam ini usai makan nanti.
"Kalau gak mau di paksa ya nurut, jangan ngebantah!" perlahan tanpa disadari jiwa posesif pun di lakukan Fajar pada Shena.
Mau tak mau, suka tak suka, akhirnya wanita itu menurut juga karna perutnya mulai terasa lapar sebab tadi hanya makan ayam dengan sedikit nasi, Shena sengaja melakukan itu karna ingin memuaskan hatinya seolah balas dendam dengan takdir yang dulu hanya bisa menikmati tepung sisanya saja, itupun pemberian dari Si pedagang ayam.
Di meja makan, genggaman tangan keduanya baru terlepas, Bubun dan Enin sama-sama melayani para suami mereka sedang Shena bingung sendiri.
"Lakukan jika kamu mau," bisik Fajar karna keduanya duduk berdampingan.
Dengan perasaan malu luar biasa, Shena mengambil piring milik Fajar untuk ia isi nasi beserta lauk dan sayur lengkap. Jangan tanya bagaimana perasaan Fajar sekarang karna andai saja kakak dan adik kembarannya ada juga melihat ini semua tentu ia bisa berbangga diri karna tak lagi jadi bahan ledekan saat di meja makan.
"Cukup, jangan banyak banyak," ucap Fajar.
Semuanya makan dengan lahap hidangan yang ada diatas piring termasuk Shena meski ia harus bersusah payah bersikap tenang dan sopan lain halnya saat tadi makan berdua saja dengan Fajar yang entah kenapa bisa sesuka hatinya tanpa tekanan.
"Shena--," panggil Ayah.
"Iya, Yah. Kenapa?"
"Habis masa Iddahmu selesai, kamu mau gimana? mau sekolah kesetaraan, atau mau kerja agar tak bosan di rumah, ada beberapa toko milik kami, kamu bisa pilih yang kamu mau dan suka," jelas Ayah Keanu, gadis cantik di depannya itu akan sayang sekali jika tak punya pengalaman setidaknya untuk menambah wawasan agar tak se polos ini.
"Shena--, Shena udah kerja kok, Yah," jawabnya yang membuat semua orang tentu tak percaya hingga saling pandang termasuk Fajar yang langsung menoleh kearah Shena sambil memandang gadis itu lekat lekat.
"Kamu--, kamu kerja apa?" tanya Bubun penasaran wajah cantiknya begitu serius dengan telinga yang sudah ia buka lebar lebar guna menunggu jawaban.
.
.
.
Kerja nungguin Aa pulang, iya 'kan A'?...
Si JanCiL hobby banget bikin orang jantungan 😂😂😂..
Komen yang banyaaaaaaaaaaaaaak....
Sekarang panjang panjang pan ih 😭.. sepanjang belalai Gajah yang ingin ku elus manjah di tengah rintik hujan 🤣🤣
Yuk, komen di tiap paragraf kalo bisa 🤧🤧