Rahasia Menantu Kelas Teri

"Heru!" pekik Bu Rosa dengan menggelegar.

Heru dan Nia terkejut mendengar teriakan Bu Rosa yang begitu kencang dari arah garasi. Heru langsung minum air putih dengan cepat dan menelan habis makanannya yang masih tersisa di dalam mulutnya secara terburu-buru. Lalu ia bergegas lari menuju garasi.

"Ada apa, Bu?" tanya Heru sedikit ngos-ngosan.

"Dasar menantu enggak becus! Ini semua belum kamu selesaikan, hah!" hardik Bu Rosa seraya menunjuk semua sayuran yang masih utuh belum disentuh sama sekali oleh sang menantu untuk dikupas dan dibersihkan.

"Maaf, Bu. Saya tadi masih membuat sarapan untuk Nia," ucap Heru dengan sopan.

"Buat sarapan saja sampai hampir dua jam. Memangnya aku bodoh! Kamu jangan cari alasan yang enggak penting ya. Bilang saja kalau kamu malas ngerjakan perintah Ibu. Sudah bosan jadi suami Nia ya!" sindir Bu Rosa dengan pedasnya yang mengalahkan pedasnya omongan tetangga.

"Enggak, Bu. Maaf sekali lagi. Akan saya kerjakan sekarang juga dengan cepat," ucap Heru yang mengalah dan tak ingin masalah kecil ini jadi melebar dan berkepanjangan.

"Segera beresin dalam waktu kurang dari satu jam. Atau lebih baik kamu balik saja ke Jakarta dan enggak usah kembali ke rumah ini lagi!" ancam Bu Rosa dengan nada tinggi dan pergi masuk ke rumahnya meninggalkan Heru dengan tumpukan kentang, wortel dan sayur lainnya di garasi.

Dengan sigap Heru mengupas semua sayuran tersebut hingga bersih. Lalu ia taruh di bak pick up milik ibu mertuanya. Dan segera ia antarkan ke restoran untuk di olah karyawati restoran yang sudah siap menunggu di sana.

Sepulang dari restoran pun Heru masih berjibaku dengan agenda membersihkan gudang di rumah ibu mertuanya itu. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya.

Namun semua itu tetap tak membuatnya berkecil hati diperlakukan seperti pelayan di rumah mertuanya. Apapun akan ia lakukan asal tetap bersama Nia. Terlebih sudah ada buah hatinya dalam rahim sang istri.

Hari sudah siang dan Nia tengah tidur nyenyak di kamarnya. Heru yang sudah menyelesaikan segala perintah ibu mertuanya, merasa kehausan. Dirinya segera berjalan dari gudang menuju ke dapur untuk minum.

Saat membuka kulkas, ia mendengar suara pintu kamar terbuka. Namun ia belum jelas kamar siapa yang dibuka. Seingatnya, sang istri tengah tidur siang dan ibu mertuanya sedang berada di restoran.

Setelah menutup kulkas secara perlahan, Heru pun yang hanya memakai kaos singlet putih dan boxer dengan keringat yang masih banyak menempel di tubuhnya itu menuju ke arah depan.

Ia terkejut saat melihat kamar ibu mertuanya itu terbuka sedikit. Ia berjalan perlahan menuju kamar sang ibu mertua untuk mengeceknya.

Dan saat mengintip di celah pintu yang sedikit terbuka, ternyata Selly tengah membuka lemari milik ibunya sendiri dan mengambil perhiasan di dalamnya.

Sontak Heru langsung membelalakkan matanya melihat pemandangan yang tidak ia sangka. Bahwa adik iparnya mencuri perhiasan Bu Rosa yang notabene ibu kandung Selly sendiri.

Heru tentu tidak akan membiarkan hal ini terlepas begitu saja. Apa yang dilakukan Selly menurutnya bukan hal baik sehingga perlu dicegah.

"Selly," panggil Heru dengan nada tegas.

Deg...

Selly yang tengah menghadap ke lemari ibunya sontak terkejut saat mendengar ada suara yang sangat familiar di belakangnya tengah memanggil namanya.

Alhasil dia menoleh dan melihat Heru memergoki dirinya tengah mencuri di kamar ibunya. Tatapan mata Heru begitu tajam padanya sehingga membuatnya sedikit ketakutan dan bingung.

Jangan sampai ibu dan kakaknya tahu bahwa selama ini dia yang mencuri perhiasan ibunya sendiri. Bisa-bisa uang jajan akan raib bahkan terancam keluar dari rumah. Yang pasti sang kakak dan ibunya akan naik pitam jika mengetahui fakta ini.

Tiba-tiba Selly gelap mata dan ia masukkan kembali perhiasan milik ibunya ke dalam lemari lalu ia kunci. Kemudian ia mendadak melepaskan karet rambut miliknya dan mengacak-acak rambutnya seperti orang kesetanan atau gila.

Heru yang melihatnya begitu terkejut. Namun ia belum tahu mengapa Selly mendadak bertingkah aneh di depannya. Lalu yang membuat Heru semakin terpelongo saat Selly merobek kaos tipis yang tengah ia gunakan sehingga otomatis menampilkan penutup buah melonnya yang berwarna hitam.

"Selly, apa yang kamu lakukan?" tanya Heru dengan nada yang sedikit membentak.

Selly pun bergegas keluar dari kamar ibunya dengan menabrak Heru lalu menuju ke kamar sang kakak. Kebetulan kamar Nia dan Heru tidak dikunci. Maka setelah mengetuk pintu sebanyak dua kali, langsung Selly membuka kamar tersebut dan masuk tanpa permisi.

Heru yang sedikit termenung akibat ulah Selly yang membuatnya terkejut setengah mati barusan akhirnya barulah tersadar saat sang adik ipar sudah tidak ada di dalam kamar sang ibu mertua.

Heru pun bergegas keluar dan menutup kembali kamar ibu mertuanya itu. Ia terkejut mendengar suara keributan di kamarnya. Terlebih pintu kamarnya terbuka padahal sebelumnya tertutup walau tidak dikunci.

Saat Heru masuk ke dalam kamarnya, ia langsung mendapatkan tamparan panas melesat di pipinya dari sang istri.

Plakk...

"Tega kamu Mas mau perkosa adikku. Selly kan adik ipar kamu sendiri!" teriak Nia dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

Deg...