Niatnya untuk membalas dendam membuatnya rela menikah dengan pria yang baru dia kenal. Zevana berniat untuk membalaskan dendam terhadap pria bernama Aksa atas kematian sahabatnya. Agar Aksa bisa merasakan sakit hati yang sama, Zevana memilih jalan lewat jalur cinta. Membuat Aksa jatuh cinta, setelah itu mencampakkannya.
Aksa adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan. Dia tidak percaya dengan cinta, karena baginya cinta hanyalah hal konyol. Dibalik sikap dinginnya, ternyata Aksa menyimpan luka di hati yang membuatnya tidak percaya akan adanya cinta sejati.
Berhasilkah Zevana meluluhkan hati Aksa demi misi balas dendamnya?
🩸
🩸
🩸
"Aku tidak biasa menjalin hubungan hanya dengan satu wanita saja. Jika kamu menginginkan pernikahan ini tetap terjadi, maka bersiap-siaplah untuk sakit hati."_ Aksa.
Yang penasaran dengan ceritanya, kepoin yuk...
Salam dunia perhaluan 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Lewat Jalur Cinta.
Dewi membuka pintu kamarnya dan melihat suaminya yang sedang duduk termenung di tepi ranjang. Setelah Aksa dan Zevana pergi, Arvan juga ikut pergi. Beberapa kali Dewi mencoba menghubungi sang putra namun tidak diangkat oleh Arvan.
Kemudian Dewi ikut duduk di tepi ranjang, disamping suaminya. Mereka saling terdiam sejenak.
"Seharusnya kamu tidak harus sampai menampar Aksa, Mas. Apalagi didepan Zevana." Dewi kembali mengingatkan suaminya atas apa yang dilakukan suaminya tadi pada Aksa. Padahal Dewi sudah sering mengingatkan suaminya untuk lebih bersabar dan tidak berlaku kasar lagi pada Aksa.
Herman menghela nafas panjang, "Aku tidak tau lagi bagaimana caranya menghadapi anak itu. Dulu dia adalah anak yang sangat penurut. Tapi sejak Arini meninggal, dia menjadi lebih pendiam dan pemberontak. Ucapanku tidak pernah dianggap lagi olehnya."
"Wajar jika Aksa bersikap seperti itu, Mas. Aksa kehilangan mamanya disaat dia masih membutuhkan sosok seorang ibu. Dan aku hadir disaat yang tidak tepat, itulah sebabnya sampai saat ini Aksa belum bisa menerima kehadiranku." Dewi memang tidak pernah mempermasalahkan sikap Aksa padanya. Dia sangat memakluminya.
"Tapi kamu tidak bersalah, Dewi. Arini yang membawa kamu kerumah ini. Dia yang ingin kamu ada disini, menggantikan dia untuk menjaga Aksa, karena Arini tau kamu adalah wanita yang baik dan tulus."
Saat itu Arini memang tidak sengaja melihat foto Herman bersama seorang wanita yang sedang menggendong bayi. Arini menemukan foto itu di laci meja kerja suaminya. Arini pun bertanya pada Herman tentang kebenaran foto itu, hingga Herman akhirnya menceritakan masa lalunya sebelum menikah dengan Arini.
"Jika saja ibu dan Aksa tau apa yang sebenarnya terjadi, jika saat itu Arini memang sudah divonis oleh dokter dan hidupnya tidak akan bertahan lebih lama lagi karena sakit yang dideritanya. Mungkin mereka tidak akan terus-menerus menyalahkan kamu atas meninggalnya Arini. Arini meninggal karena sakit kanker yang dideritanya, bukan karena kamu."
Herman menitikkan air matanya, dia teringat bagaimana saat itu Arini memintanya untuk mencari keberadaan Dewi dan anaknya. Saat itu Arini merasa waktunya memang sudah tidak lama lagi. Dia ingin Dewi bahagia dengan pria yang dicintainya, yaitu Herman. Arini merasa sangat bersalah karena sudah berada di antara hubungan Herman dan Dewi.
Dewi memegang pundak suaminya, mencoba untuk menguatkan, "Sudahlah, Mas, aku ikhlas. Aku tidak menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi. Sekarang aku hanya ingin kamu lebih bisa memperhatikan Aksa. Coba bicaralah baik-baik dengannya, Mas. Bicara dari hati ke hati."
🍁
🍁
🍁
Sudah satu jam lamanya Zevana menunggu di dalam mobil sendirian. Kejadian di rumah orang tua Aksa terus terngiang di benaknya. Apalagi saat Aksa mendapatkan tamparan keras dari papanya, entah mengapa hati Zevana merasa tidak tega.
Mungkin ini yang dimaksud oleh Oma Berlina, jika Aksa selalu merasa kesepian hingga dia sering mengencani wanita-wanita diluar sana untuk mengisi kekosongan hatinya. Aksa tidak mendapatkan kehangatan dalam keluarganya. Hingga pria itu selalu menghabiskan waktunya bersama wanita-wanita dikamar hotel disaat pikirannya sedang kalut.
Merasa tidak tahan lagi akhirnya Zevana memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan menghampiri Aksa. Didepan mobil, Aksa tengah berdiri termenung sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Pandangannya menatap lurus ke depan, menatap gelombang air pantai. Aksa sengaja ingin menenangkan dirinya lebih dulu sebelum pulang ke rumah Omanya.
"Wajah kamu..." Zevana memegang wajah Aksa yang tadi ditampar oleh papanya. Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi cemas.
"Aku tidak apa-apa. Hal seperti ini sudah biasa bagiku," ucap Aksa sembari memegang tangan Zevana yang sedang menyentuh wajahnya.
Zevana segera menarik tangannya dan mendengus kesal, "Justru hal yang kamu bilang biasa ini yang tidak boleh dibiasakan. Kenapa kamu tidak menuruti perintah papa kamu saja tadi? Jadi tidak perlu ada hal seperti ini!"
Zevana merasa kesal, jika Aksa tidak menolak saat mama Dewi ingin manambah lauk untuknya, mungkin Arvan tidak akan terpancing emosi. Dia tidak mengerti mengapa Aksa harus bersikap seperti tadi pada mama Dewi. Padahal mama Dewi terlihat baik dan tulus.
"Apa kamu mencemaskan aku?" Tanya Aksa saat melihat ada raut kecemasan diwajah istrinya.
"Cemas??" Zevana kembali terdiam, dia sadar kenapa dia tiba-tiba mengkhawatirkan Aksa. Seharusnya dia senang melihat Aksa menderita. Tapi ada apa dengannya? Kenapa dia malah mencemaskan pria itu.
Zevana membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya maju dua langkah. Dia berdiri memunggungi Aksa. Tidak mungkin jika dia mencemaskan Aksa, dia hanya sedikit terkejut saja dengan apa yang terjadi sebelumnya dirumah orang tua Aksa.
"Kamu suamiku, mana mungkin aku tidak cemas," jawab Zevana beralasan.
Aksa berjalan menghampiri dan meraih lengan Zevana, membalikkan tubuh gadis itu agar kembali menatapnya.
"Maaf karena sudah membuat kamu melihat adegan pertengkaran seperti tadi. Aku tidak bermaksud membuat kamu takut." Aksa merasa sangat menyesal. Harusnya tadi dia bisa mengontrol dirinya hingga tidak perlu terjadi keributan seperti tadi.
"Aku tidak tau apa yang terjadi didalam keluarga kamu. Tapi aku mohon, tolong jangan seperti ini lagi. Jika Oma tau, Oma pasti akan sangat cemas." Zevana nampak terdiam sejenak tanpa melepaskan pandangannya dari tatapan Aksa. "Aku bisa melihat jika mama Dewi tulus menyayangi kamu. Lalu apa masalahnya?"
Zevana memang belum mengetahui apa yang terjadi di keluarga Aksa dulu. Dia hanya tau jika mama kandung Aksa sudah meninggal dan papa Aksa menikah lagi dengan wanita bernama Dewi.
"Aku tau dia sangat tulus padaku, hanya saja dia datang disaat yang tidak tepat. Disaat keluarga kami baik-baik saja. Wanita itu datang dan menghancurkan semuanya. Mamaku meninggal, lalu opaku juga meninggal setelah bertengkar dengan papaku."
Aksa ingat, jika mamanya adalah wanita yang baik dan sangat tulus mencintai papanya. Tapi kenapa papanya tega mengkhianati mamanya dengan memperkenalkan wanita lain ke rumah. Padahal sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja dan Aksa hampir tidak pernah melihat mama dan papanya bertengkar.
"Zevana, aku tidak pernah percaya dengan cinta sejati. Tidak ada cinta yang benar-benar tulus. Wanita-wanita itu mengejarku karena aku tampan dan mapan, bukan karena mereka tulus mencintai aku. Dan kamu, apa yang kamu lihat dari aku?"
Mengingat latar belakang Zevana yang berasal dari keluarga berada, rasanya tidak mungkin jika gadis itu mendekatinya hanya karena harta. Bahkan Zevana pernah kuliah dan tinggal di London, pastinya banyak pria yang suka dan mendekati Zevana disana. Tapi kenapa Zevana bisa mengatakan cinta padanya, padahal saat itu mereka baru saling mengenal.
Aksa semakin menatap lekat mata Zevana, mencoba mencari sebuah kejujuran disana.
"Zevana, apa kamu benar-benar tulus mencintaiku?"
...💖💖💖...
jd klo zeva bls dendam sama aksa lucas jls tau klo salah tp milih diam sahabat macam apa ini zevana pasti kecewa berat sama lucas si gemulai ayo kk biar zeva tau semuanya
datangnya tanpa permisi dan pamit....💃💃💃💃💃💃