Satu Malam bersama istri tetangga mampu meluluhkan lantahkan seorang Bastian Emanuel. Ia terjerat pada sosok istri orang
Akankah cintanya mampu di gapai? Ataukah hanya sebatas mimpi? Mimpi yang hanya akan menjadi sebuah bunga tidur tanpa menjadi kenyataan.
"Perawan memang menawan, janda sungguh menggoda, tapi istri orang jauh sangat menantang. Pesonanya terasa berbeda. Menarik," Bastian Emanuel
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23.
Lisa merasa tersinggung atas apa yang dikatakan Kyara. Memang benar dirinya juga akan numpang tempat tinggal bareng Beni dan Kyara. Lisa tidak lagi tinggal dengan orangtuanya sebab Sekarang dia sudah menjadi tanggung jawabnya Beni. Itulah sebabnya Lisa dan Beni pulang malam.
"Jangan kamu gunakan tangan kamu untuk menyakiti Kyara, sayang. Kasihan bayi kita. Mending sekarang kita masuk ke dalam dan kamu harus makan yang banyak sebelum tidur," tutur Beni menghalangi Lisa berbuat ulah pada Kyara. Tangan Lisa yang ada di udara ia pegang dan perlahan ia tarik masuk ke dalam rumah melewati Kyara begitu saja.
Kyara memejamkan mata menahan sesak di dada. Pada Lisa terdengar lembut dan perhatian, tapi kepadanya justru sebaliknya. Kyara masih mencoba bersabar menghadapi suami yang ia cintai meski batinnya mulai tertekan. Dia menghela nafas berat, lalu menutup pintu dan menguncinya.
Langkahnya lesu mengikuti kedua orang yang sedang saling bergandengan. "Bang, malam ini Abang tidur bareng Kyara, kemarin sudah tidur dengan Lisa, tiap hari gantian, Bang."
Beni menoleh, pun dengan Lisa juga ikut menoleh.
"Mana bisa begitu? Bang Beni malam ini tidur denganku dulu. Selama empat hari bareng aku dan sisanya bareng kamu. Jadi malam ini tidur denganku," kata Lisa protes.
"Iya, Kya. Malam ini Abang tidur dengan Lisa saja. Lu tidur sendiri dulu, udah gede gak boleh manja." Beni memilih Lisa daripada Kyara.
"Kau dengar kan? Jadi jangan dulu berharap mau tidur dengan Bang Beni." Lisa duduk di meja makan.
"Baiklah, terserah Abang saja. Tapi Nanti kalau sudah empat hari, Abang harus gantian." Kyara tidak mau berdebat, ia lebih mengalah dan dia pun hendak masuk ke kamarnya.
"Mau kemana lu?" tanya Beni.
"Mau masuk kamar Bang, mau istirahat, lelah. Besok Kyara harus jualan lagi."
"Siapa yang menyuruhmu masuk kamar? Sebelum masuk lu siapkan dulu makanan buat kita! Jangan malas dan jangan membantah, gue lapar! Buruan siapkan!" titah Beni sambil menarik kursi makan dan duduk.
"Ada istri kedua Abang yang bisa melayani, Kenapa harus aku yang disuruh? Aku lelah habis kerja cari uang, Abang suruh Lisa saja!" Kyara tidak memperdulikan perintah suaminya. Ia cukup kesal dengan apa yang terjadi barusan dan malas melayani suami serta madunya di saat rasa lelah menghampiri. Kyara pun melengos pergi tanpa memperdulikan suara suaminya.
"Kyara, lu itu jadi bini ngelawan terus. Gue minta di siapkan malah kagak mau, istri durhaka lu!" sentak Beni.
"Kyara, lo dengar tidak? Kyara!!" pekik Lisa yang juga sama-sama kesal.
"kurang ajar jadi bini, bukannya menyenangkan suami malah membuat darah tinggi."
"Makanya Abang harus lebih tegas lagi pada Kyara. Kalau perlu Abang kasih pelajaran agar dia tidak lancang menjadi istri. Di suruh menyiapkan makanan saja dia tidak mau, bisa-bisa nanti dia semakin ngelunjak sama Abang."
"Sudah-sudah, lebih baik kamu siapkan makanan buat abang!"
"Kok jadi aku sih, bang?" Lisa menggerutu kesal.
"Kan lu juga bini Abang, Lisa. Lu juga harus nurut kata suami. Jadi Abang perintahkan untuk buat makanan sekarang juga!"
"Bang, Lisa kan lagi hamil, masa di suruh kerja?"
"Kyara saja kerja, masa lu hanya buat makanan buat kita berdua saja kagak bisa. Buruan! Abang udah lapar ini." Beni menunggu istri keduanya masak.
Lisa mendengus kesal dan semakin tidak suka pada Kyara. "Enak sekali Kyara diam saja todak di suruh masak. Eh, malah gue yang jadi sasaran bang Beni. Sialan, gue harus kasih pelajaran buat dia." Meskipun kesal, Lisa mencoba masak seadanya.
"Tapi, Bang. Lisa gak bisa buat makanan selain mie rebus doang," tutur Lisa.
"Apa aja asal bisa di makan!"
*****
Kamar Kyara.
"Selalu saja begitu. Sekarang aja kamu tidak bisa adil, Bang. Bagaimana nantinya?" Kyara menghela nafas berat dengan mata sudah mendung siap meluncurkan air hujan.
Dia mendongakkan kepalanya sambil mengerjap-ngerjapkan mata supaya tidak menangis. Hingga bunyi pesan masuk mengalihkan perhatiannya. Dia mengambil ponselnya dan membuka pesan yang terkirim.
"Bastian."
( "Hei, lo tidak apa-apa kan? Laki lo tidak berbuat jahat kan?" )
( "Pacarku, gue nanya malah kagak lo balas-membalas. Gue khawatir sama lo, Kyara." )
( "Lo Kemana sih? Lama bener dah buka pesan gue. Apa jangan-jangan lo sedang asyik berduaan dengan laki lo?" )
Kyara kembali menghelakan nafas berat. Dia duduk di tepi ranjang dengan pikiran kacau. "Selalu saja ganggu. Mau kamu itu apa sih, Bastian? Di rumah bikin mata dan hati sakit, di luar bikin pusing nanti nggak Bastian yang terus saja mendekatiku. Aku harus apa?" gumam Kyara bingung pada keadaan yang sedang menimpanya saat ini. Antara ingin menyerah, tapi sayang.
.
kesel kaya cerita ikan terbang....
UU=ujung-ujungnya ku menangis..... membayangkan. ga usah lu bayangin dasar.....