Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Apakah ini mimpi?
Kediaman megah Duke Caleste...
Seorang gadis muda cantik seperti dewi kayangan terbaring lemah dengan wajah pucat diatas rerumputan disekitar danau buatan di kediaman megah Duke Caleste.
"Astaga , Nona muda!" pekik seorang pelayan yang memang sengaja mencari keberadaan sang Nona muda yang menghilang secara tiba-tiba.
Pelayan itu berteriak kencang memanggil rekannya sambil menangis bersimpuh didekat kepala sang Nona muda yang tampak pucat dengan tubuh basah kuyup. Kediaman megah yang berada di tengah-tengah kawasan Dukedom atau wilayah kekuasaan Duke Caleste mendadak ricuh dan heboh dengan kejadian yang dialami oleh putri bungsu Duke Caleste.
Jeannette Ruby Caleste, putri bungsu Duke Marvin Elliot Caleste yang biasa dipanggil Duke Caleste yang baru saja hendak melakukan debutante kedewasaannya tiba-tiba saja ditemukan dengan kondisi tidak sasaran diri di pinggir danau buatan dikediaman tersebut.
Alam bawah sadar Jean.
"Tolong aku!!! Selamatkan bayiku!! To-tolong!! Aku mohon!!!" teriak Putri Jean sekuat tenaga sambil menahan rasa sakit pada pinggul dan perutnya.
Didalam ruangan sempit, gelap, dan pengap itu, ia sekuat tenaga menahan rasa sakit dan lapar sambil berteriak meminta pertolongan akan dirinya dan bayi dalam kandungannya.
Jean menjadi seorang Putri atau istri sah dari pangeran kelima Oscar De Alonso setelah dinikahi pria itu. Jean hidup bahagia menjadi istri sah pangeran kelima setelah menikah hingga kebahagian itu langsung lenyap disaat ia mengandung anak pertamanya tiga bulan.
Pangeran Oscar membawa selir ke kediaman mereka saat ia pulang dari perang diperbatasan dengan membawa kemenangan bersama Putra Mahkota Alexis Zion Alonso. Tidak hanya itu saja, Jenderal perang dan panglima nya yang tidak lain adalah kedua kakak laki-laki Jean, pulang dalam keadaan tidak bernyawa dalam peperangan itu. Kemalangan itu semakin memperparah rasa sakit dihati Jean selain dengan kedatangan wanita lain dalam rumah tangganya.
Memang bukan hal yang tabu di kerajaan Venezia mempunyai seorang istri sah dan beberapa selir dan gundik. Hal demikian adalah hal yang wajar dan biasa bagi pria yang mempunyai kedudukan tinggi dan kekayaan yang sama seperti para bangsawan dan pejabat kerajaan. Namun bagi Jean yang ingin seperti kedua orang tuanya yang hanya memiliki satu istri, hal itu menjadi pukulan hebat untuk hati dan harga dirinya.
Tidak hanya itu saja, setelah kematian kedua kakaknya di medan perang, Duke Caleste beserta istrinya Duchess Caleste dan semua pelayan di kediaman itu mati dalam keadaan yang mengenaskan akibat penyerangan oleh orang yang tidak dikenal.
Jean semakin hancur dan terpuruk karena kehilangan pegangan bertubi-tubi dalam keadaan sedang mengandung. Perlakuan Pangeran Oscar sang suami juga semakin menjadi-jadi dengan perlakuannya yang semena-mena dan bahkan terang tegangan melakukan kekerasan fisik pada istri sahnya Jean.
Kehamilan Jean tidak membuat Pangeran Oscar peduli ataupun berubah dengan bersikap layaknya seorang suami padanya. Ia bahkan dengan tega menyiksa Jean yang sedang hamil hanya karena Jean tidak sengaja menumpahkan air sehingga membuat selir kesayangan Pangeran Oscar bernama Garcia Martinez menangis karena terpeleset.
Pangeran Oscar dengan tega mengurung Jean diruang penjara bawah tanah yang gelap, kecil dan pengap. Ia bahkan sengaja tidak diberikan makan secara teratur padahal sang istri dalam keadaan hamil.
Para penjaga dan pelayan dikediaman Pangeran kelima tidak mampu menolongnya karena tidak ingin mendapatkan kemarahan atau kehilangan nyawa karena membantu Jean. Garcia semakin besar kepala dengan perlakuan istimewa Pangeran kelima padanya.
Wanita itu bahkan dengan sengaja mendatangi ruang bawah tanah itu untuk menyakiti hati Jean yang sudah hancur semakin hancur.
Ia dengan bangga tertawa bahagia melihat penderitaan Jean yang tampak mengenaskan dalam ruangan sempit itu.
"Hahahaha, tidakku sangka, Putri Duke Caleste yang terhormat menjadi perempuan yang menyedihkan seperti ini! Lihatlah betapa menyedihkan nya dirimu saat ini! Tidak ada lagi wajah cantikmu yang selama ini menjadi buah bibir semua orang yang selalu menyanjung dan mengagumi! Yang ada sekarang hanya wajah jelek dan tidak berguna untuk kediaman megah Pangeran kelima. Bahkan Pangeran pun jijik untuk melihatmu apalagi sampai menyentuh wajah jelekmu itu! Hahahaha....," ucap Garcia dengan tawa penuh kemenangan sambil menatap rendah Jean.
Puas menghina dan merendahkan Jean diruang pengap itu, Garcia langsung pergi menuju paviliun tempat Jean selama ini tinggal dikediaman Pangeran kelima. Ia akan mengambil tempat itu dan menjadikan paviliun tersebut menjadi miliknya. Pangeran kelima membebaskan Garcia untuk melakukan apapun karena kepintaran Garcia dalam memikat dan memuaskan sang Pangeran saat di ranjang.
Suatu malam, Jean tanpa sengaja mendengar pembicaraan penjaga yang ada diluar jika pelayan pribadinya di siksa sampai mati oleh orang suruhan Oscar karena mengetahui sebuah rahasia tanpa sengaja.
Dengan keinginan dan rasa ingin tahu yang besar, Jean sekuat tenaga yang ada berteriak meminta pertolongan sehingga membuat penjaga ruangan tersebut mendatangi Jean yang sudah tampak memprihatinkan.
"Putri, apa yang terjadi? Maafkan kami yang hanya bisa diam saja dan tidak bisa menolong Putri," tanya salah satu penjaga dengan mimik muka sedih dan kasihan.
"Putri, makanlah roti ini dulu dengan cepat sebelum Putri bicara! Ini jatah rotiku, jadi Putri tidak usah takut karena saya sengaja menyisihkan nya untuk Putri. Maaf, hanya ini yang bisa saya lakukan saat ini," ucap penjaga yang satunya sambil menyelipkan sebuah roti ke tangan Jean yang kotor.
Jean pun memakan roti tersebut dengan lahap sebelum ketahuan oleh Oscar dan Garcia. Atas desakan Jean, kedua penjaga itu mengatakan alasan pelayan pribadi Jean disiksa sampai mati.
Jean menangis sambil meraung dengan pilu saat mendengar kenyataan jika penyebab kematian kedua orangtua nya adalah karena sang suami.
"Bajingan kau, Oscar!!! Aku membencimu hingga ketulang-tulang! Aku bersumpah dengan rasa sakit yang aku dan keluargaku alami, aku akan membalas semua perbuatanmu dengan balasan yang tidak pernah kau bayangkan selama ini! Jika dikehidupan ini aku mati sebelum membalas dendam maka aku akan membalasnya dikehidupan berikutnya meskipun aku harus menjual jiwaku untuk membalasmu, Oscar!!! Akhhhhhhh, sakit!!!" teriak Jean dengan airmata yang mengalir dan mata penuh dengan api dendam menjerit kencang saat perutnya melilit kencang diiringi darah yang mengalir disela kedua pahanya.
Jean ketakutan melihat darah keluar dengan diiringi rasa sakit yang hebat pada perutnya. Ia sekuat tenaga menahan rasa sakit tersebut sambil menangis dan menggigit bibirnya seraya mengusap perut buncitnya yang mengeras.
"Dewa, jika keajaiban itu ada, tolong selamatkan anakku! Namun jika tidak, biarkan anakku pergi bersamaku agar tidak ada yang menyakitinya! Jika aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan pernah menikahimu Oscar De Alonso dan jatuh cinta pada pria jahat dan berhati iblis seperti mu!" lirih Jean dengan bibir bergetar sebelum kesadarannya menghilang.
"Ugh,,," lenguh Jean sambil berusaha membuka kelopak matanya.
Darya terkejut melihat Nona mudanya terbangun dari pingsannya diatas pangkuan gadis muda itu. Airmatanya mengalir deras sebagai wujud rasa syukur dan lega begitu melihat Jean membuka matanya.
Jean yang masih lemah memejamkan matanya kembali karena cahaya terang membuat kepalanya sakit.
Suara tangisan dan ucapan lirih Darya pelayannya membuat Jean kembali membuka matanya dengan tatapan bingung dan heran.
"Dimana ini? Kenapa terang sekali? Apa aku sudah di Surga? Atau apakah ini mimpi?" tanya Jean dengan suara yang sangat lirih dan hampir tidak terdengar oleh telinga Darya yang masih tetap memangku kepala Jean.
Bersambung...