PELANGI SEHABIS BADAI
Itulah nama yang cocok untuk Liu Ryu. Seorang Anak desa yang mencari keberuntungan di dunia Kultivator.
Masalah demi masalah yang selalu menimpa dirinya justru membawa Ryu mencapai kesuksesan hingga dia tau latar belakangnya yang berasal dari sebuah Klan besar di dunia Abadi.
Saat itulah Ryu berniat untuk membalaskan dendam kepada kelima Sosok Misterius yang telah membantai anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu.
Mampukah Liu Ryu menggapai mimpinya dan membalaskan dendam kepada kelima sosok yang membunuh anggota Klan Liu sejak jutaan tahun yang lalu???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 27. KOTA NANPING
" Bagaimana mungkin. Sepertinya mereka sangat menikmati Jalan Pertarungan ini. Padahal level mereka lebih rendah dariku" Gumam Ling Hua sambil melirik Ryu, Xin Chie dan Huli Yue dengan fasih memainkan senjata mereka.
Terlebih lagi dengan Pedang besar milik Ryu, meski terlihat tidak lazim namun memiliki Aura yang sangat Kuat seakan mengintimidasi lawan.
Para Junior yang awalnya merasa Ragu saat melihat Siluman yang sangat banyak, namun saat melihat aksi dari ketiga sosok yang baru mereka kenal kini mulai menyerang para Siluman tersebut.
Sesekali Ryu membuat Tekanan Petir Ke arah depan para Junior untuk membunuh beberapa Ular Sisik merah saat Para Junior mulai tersudut.
Hal itu Para Junior merasa terbantu dan menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerang balik.
"Sial Seberapa Kuat fisik mereka ini?" Ling Hua Sambil melihat Tumpukan Ular yang berhasil mereka bunuh.
" Tidak-tidak aku tidak boleh kalah." Ling Hua membuat puluhan pedang yang mampu membunuh Puluhan Ular Sisik merah di depannya.
" Booomm " Serangan Dahyat dari Ryu membuat Semua Ular Sisik merah di depannya Mati tanpa sisa.
" Booomm " Xin Chie tidak mau kalah membuat Gelombang Api yang sangat besar
membuat Siluman di depannya Mati tanpa sisa.
"Booomm " Huli Yue juga menciptakan Pancaran Panah Petir yang baru dia dapat dengan Radius 20 meter persegi dari tempat panah tertancap terlihat semua mati dengan tubuh mengering.
Dengan bantuan mereka bertiga, kini ular sisik merah mulai berkurang hingga tak tersisa.
Melihat Para senior banyak yang terluka Parah, Ryu memberikan Pil Pemulihan miliknya kepada mereka masing-masing satu.
" Cepat pulihkan Tenaga kalian! Kurasa akan ada Gelombang siluman lain yang akan menuju kesini dengan kekuatan yang sama atau lebih" Ryu mengingatkan.
" Baik" mereka langsung menelan pil. Seketika tubuh mereka terasa hangat hanya beberapa menit langsung pulih seperti semula.
" Luar Biasa" ucap mereka berbicara satu sama lain membandingkan kecepatan pemulihan apa yang baru Ryu berikan.
" Terimakasih Senior" mereka memberi hormat sangat senang.
" Mmmmm " Ryu dan yang lain masing-masing mengambil Tumpukan Siluman yang berhasil mereka Bunuh untuk mengurangi Resiko saat bertarung.
" Sekarang bersiaplah untuk bertarung kembali" Ryu dan yang lain juga merasakan kehadiran mereka.
Kini terlihat Gelombang Siluman Laba-laba dengan kekuatan yang sama dari sebelumnya.
Namun Kali ini baik Ryu bertiga maupun Ling Hua mulai mengerahkan kemampuan mereka untuk mempersingkat waktu.
Saat pertempuran gelombang kedua sudah usai, mereka langsung memulihkan diri berkat bantuan Pil yang diberikan Ryu.
Baru saja memulihkan diri, kini gelombang besar ketiga pun tiba di depan mata terlihat gerombolan Siluman Kelinci Berbulu Hitam.
Tentu saja membuat Para junior merasa prustasi yang seakan tidak ada habisnya. Walaupun cepat pulih, tetap saja mereka harus menerima luka Parah lagi.
Dalam Hati mereka mengutuk tidak memikirkan lagi masalah Koin yang mereka inginkan. Namun karena sudah terlanjur, mau tidak mau mereka harus bertahan.
Pertempuran ketiga pun tidak terelakkan. Bahkan Ryu dan Kedua Istrinya mulai kelelahan. walaupun mereka masih di posisi kemenangan.
Saat Gelombang ketiga sudah di selesaikan, mereka kembali memulihkan diri dan mengambil Para Siluman kelinci Berbulu Hitam.
Untuk menghindari Hal yang buruk, Ryu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka mengingat Jalur yang akan mereka tempuh sekarang sudah Aman untuk dilalui.
Ryu Sangat yakin di bagian dalam hutan itu masih banyak menyimpan Siluman yang sangat kuat.
Namun baginya sekarang bukan untuk berburu, melainkan untuk membersihkan jalur tersebut dari Serangan Siluman agar bisa dilalui oleh Warga.
" Sepertinya sekarang kita Sudah Aman. Tinggal beberapa langkah lagi kita sudah memasuki jalan utama." ucap Ling Hua.
" Mmmm... kurasa untuk beberapa Tahun jalan ini sudah aman dari serangan Siluman sebagai jalan Alternatif untuk warga sementara Pembangunan Jembatan selesai." ucap Ryu.
" Aku pikir juga begitu, Terimakasih atas Bantuan Tuan dan Nona semua." Ling Hua sangat senang atas keberadaan mereka bertiga dalam rombongannya.
" Mari " Ryu mempersilahkan mereka menuntun jalan.
Saat di Barisan belakang, Secara diam-diam Ryu memberikan Semua mayat Siluman Kepada Chaizu untuk menambah kekuatannya.
Kejadian itu tentu dilihat Xin Chie dan Huli Yue. Mereka pun diam-diam memberikan Hasil mereka Untuk Jinying.
"Ka Chie... aku juga ingin punya Hewan Kontrak seperti kalian." Huli Yue berbisik.
" Bagaimana mungkin Seekor Rubah yang lucu bisa memelihara Siluman yang Buas." Canda Xin Chie pelan.
" Ka Chie... Kau harus ajari aku! masalah hasil, nanti kita liat saja." Bisik Huli Yue sambil berjalan.
" Kau Tanya saja Ka Ryu! kitab itu ada padanya." ucap Xin Chie pelan.
" Baik. Tunggu waktu yang tepat aku akan membujuknya." Bisik Huli Yue.
" Apa yang kalian Bisikkan?" Suara Ryu membuat mereka Kaget.
" Sebentar Lagi Kita akan berada di Kota Nanping. Kami akan pergi ke Kediaman Walikota terlebih dulu, baru cari penginapan. Apa kalian bersama Kami atau menunggu di Penginapan?" Tanya Ling Hua.
" Kami akan berjalan-jalan melihat pemandangan Kota dulu. Baru cari tempat penginapan." ucap Ryu.
" Baiklah " ucap Ling Hua.
Setelah beberapa Saat, kini mereka sudah berada di dalam Kota Nanping dan berpisah untuk beberap saat.
Sedangkan Ryu dan Kedua Istrinya memilih untuk membeli barang untuk kebutuhan mereka sebagai bekal di Perjalanan.
Xin Chie dan Huli Yue juga membelikan beberapa lembar Pakaian untuk mereka dan Ryu dengan Kwalitas yang terbaik di kota tersebut.
Merasa semua kebutuhan telah didapat, mereka berjalan kembali untuk pencari sebuah penginapan.
Saat menemukan Penginapan, mereka langsung masuk ke Dalam menuju sebuah meja Kasir.
Meskipun Banyak mata yang menatap mereka, Ryu tidak peduli jika itu masih dalam batas wajar.
" Pelayan... Aku ingin memesan satu Kamar terbaik disini" ucap Ryu.
" Ada Tuan... Harganya 500 Koin Perak." ucap pelayan.
" Mmmm" Ryu memberikan 500 Koin Perak.
" Silahkan Tuan. Mari saya antar." Pelayan menunjukkan jalan.
" Ini Kamarnya Tuan... Silahkan!" Pelayan memberikan sebuah Kunci.
" Terimakasih Pelayan. Oh Ya. Aku Pesan Semua makanan Terbaik di Penginapan ini." Ucap Ryu.
" Baik Tuan... Tunggu Sebentar. Saya akan mengambilnya" Pelayan menuju ke arah dapur.
" Kalian Mandilah Dulu. Biar aku yang menunggu Pesanan." Ryu Langsung duduk di kursi.
" Mmmmm " mereka langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tidak Lama 2 Pelayan Wanita membawakan makanan yang telah dipesan ke Kamar Ryu.
" Permisi Tuan... Ini Pesanannya" ucap salah satu pelayan sambil menyusun Hidangan.
" Totalnya 1500 Koin Perak Tuan." ucap salah satu.
Ryu pun mengeluarkan 1500 Koin Perak memberikan kepada salah satu dari pelayan.
" Terimakasih Tuan. Selamat menikmati." Kedua pelayan meninggalkan kamar.
Setelah Kedua Pelayan keluar, Ryu pun langsung mengunci kamar mereka agar tidak terganggu lalu duduk kembali ke tempatnya.
" Ka Ryu... Bagaimana Pendapatmu?" Xin Chi dan Huli Yue memperlihatkan pakaian yang baru mereka beli.
" Lumayan." Ryu menyembunyikan kekagumannya. Sebuah desain yang serasi dengan kecantikan mereka.
" Huuuh... Padahal kain ini adalah Kualitas terbaik. Sangat mahal lagi" Dengus mereka.
" Apapun yang kalian pakai, Kalian tetap cantik. Pakai saja yang mana kalian sukai." ucap Ryu.
" Ehhmmmm" mereka saling berpandangan.
" Sakarang gantian. Aku mandi dulu, baru kita makan. Keburu makanannya dingin" Ryu Melangkah kaki ke Arah Kamar mandi.
" Ka Ryu... Pakai ini." Huli Yue memberi 1 pasang Pakaian.
" Terimakasih." Ryu mengambilnya langsung masuk ke Kamar mandi.
Beberapa menit Ryu keluar dengan penampilan Barunya dengan jenis kain yang berkualitas dan sangat serasi.
" Waaaw... Ka Ryu sangat keren." Huli Yue terlihat mangap.
" Siapa dulu? Suami.." Xin Chie memasang muka Centil Sambil mengedipkan mata.
" Hah.. Kalian ini... Seperti anak kecil. Hah...lebih baik kita makan" Ryu menuju makan yang diikuti Xin Chie dan Ryu langsung mencicipi hidangan.
......................
Dua Hari berlalu, Ling Hua dan Juniornya tidak muncul di penginapan. Ryu sendiri berinisiatif untuk melanjutkan perjalan mereka.
Mereka pun langsung keluar dari Penginapan berniat untuk meninggalkan Kota.
" Senior Ryu... " Salah Satu Junior Sekte sedang memanggil.
" Junior ada apa?" Ryu melihat sedang buru-buru.
" Mohon maaf sebelumnya Senior. Kami tidak bisa Ke Penginapan. Karena Kondisi Senior Hua baru saja Pulih. Jadi kami baru bisa datang." ucap Junior.
" Apa yang terjadi pada Nona Hua?" Tanya Xin Chie.
" Senior bisa langsung bertanya dengannya." ucap Junior.
" Baiklah Kami akan menemuinya" ucap Xin Chie.
" Mari Senior! " Murid Junior membawa mereka kembali ke Penginapan.
Saat Ryu dan yang lain sampai di Penginapan, mereka langsung menuju ke Sebuah kamar terlihat Ling Hua sedang duduk di tempat tidur.
" Nona Hua... Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Xin Chie.
" Tidak apa-apa. Sekarang kondisiku sudah baikan. Aku hanya meminta Salah satu Junior menjelaskan tentang keterlambatan kami saja." Ling Hua bangkit dari tempatnya.
" Sepertinya Junior itu terlalu berlebihan dalam menyampaikan Pesan." Ucap Ryu.
" Sepertinya begitu." Ucap Ling Hua.
" Tidak masalah Nona. Mungkin dia terlalu Khawatir denganmu saja " Huli Yue bersuara.
" Baiklah kami akan menunggu kalian" ucap Ryu.
" Kita akan berangkat setelah Para Junior lain sudah membeli beberapa bekal untuk perjalanan." ucap Ling Hua.
" Sambil menunggu, Bagaimana jika aku periksa kembali Keadaan Nona Hua. Sepertinya masih pucat." Xin Chie menawarkan diri.
" Sudah kubilang, Kondisiku sudah baikan. Nona Chie tidak perlu cemas." Ling Hua merasakan tubuhnya juga sudah pulih total.
" Hanya sebentar Saja Nona" Xin Chie merasakan ada yang salah.
" Baiklah" Ling Hua merasa tidak enak duduk kembali ke tempat tidur.
Xin Chie pun langsung memeriksa denyut Nadi di tangan Ling Hua merasakan ada hal yang tidak beres.
" Nona Hua... Denyut Nadimu tidak beraturan. apa kamu merasakan Sakit luar biasa saat Naik Level? Atau mungkin bisa sakit berhari-hari?" Tanya Xin Chie.
" Apa kamu seorang Alkemis?" Ling Hua menyelidik.
" Aku hanya belajar sedikit." Xin Chie menutup jati dirinya.
" Itu Benar... Kejadian itu terus terulang mulai aku mencapai Level 21 sampai sekarang. itulah sebabnya saat. aku naik level 48 kemaren aku tidak sadar selama sehari." Ling Hua jujur.
" Ka Ryu... " Xin Chie menatap ke arah Ryu.
" Nona Hua Jika boleh Tau Inti Roh jenis Apa saja yang kamu serap mulai dari Fase Level 10, 20, 30 dan level 40? Ryu mengerti maksud Xin Chie.
Saat Ryu menanyakan Hal tersebut, Ling Hua sedikit Ragu untuk mengatakannya. Namun karena mereka tidak ada niat Jahat sama sekali, Akhirnya dia berkata jujur.
" Pada tahap Level 10 aku menyerap inti Roh Naga Air berusia ratusan tahun tingkat Suci, Level 20 aku menyerap Inti Roh Poenix Biru usia 100 Tahun tingkat Suci, Level 30 aku menyerap Inti Roh Macan Dahan berusia Ribuan Tahun Tingkat Surgawi dan Terakhir Serigala Darah usia Ribuan Tahun tingkat Suci. Semua memiliki Elemen Angin." Ling Hua menatap Ryu dengan penasaran.
Mendengar ucapan itu Ryu sedikit berfikir berjalan sambil mengurut kening, ementara para Junior pun kini semua telah kembali memasuki Ruangan tersebut.
" Nona Hua Sepertinya Semuan inti Roh yang kamu Serap sangatlah kuat. Namun disisi lain sangat berlawanan membuatmu cepat Kewalahan meskipun Seranganmu sangat Kuat. Itulah kenapa Nona merasakan kesakitan saat naik level." ucap Ryu.
Semua yang ada disitu seakan bertanya-tanya tentang Keahlian Ryu dalam memperediksi masalah penyerapan Roh begitu teliti dan Akurat.
Mereka juga Faham dengan kekuatan Ling Hua sangat beras namun tidak bisa bertahan lama. Bahkan mereka sendiri seakan sedikit mengalami hal yang sama.
" Tuan Ryu... Jadi apa yang harus kulakukan?" Ling Hua merasakan hal itu memang benar.
" Aku bisa membantumu. Tapi itu tergantung apa Nona mau atau tidak." Ryu Sambil memandang semua yang ada di tempat itu.
" Bisakah kalian keluar sebentar? Tinggalkan Aku dan Tuan Ryu disini." Ling Hua sedikit menemukan gambaran maksud Ryu.
" Baik Senior!" Semua keluar kamar.
' Cari kesempatan' batin Xin Chie dan Huli Yue awalnya tidak mau keluar, namun merasa tidak enak langsung keluar ruangan.
" Mohon maaf, Nona Harus membuka Pakaian karena Aku akan mengeluarkan berapa Energi yang ada di Tubuh Nona." Ryu berkata sedikit Canggung.
' Awas kalau macam-macam. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.' Perlahan Ling Hua membuka Pakaiannya memperlihatkan Kulit mulusnya dengan lekuk tubuh yang indah dengan wajah memerah menahan malu.
" Kita mulai Sekarang!" Ryu memfokuskan Qi miliknya ke ujung jari perlahan Menarik Energi dari pinggang menuju arah Bahu.
Merasakan Sentuhan itu seketika jantung Ling Hua berdenyut Kencang. namun dia mencoba untuk berkonsentrasi demi lancarnya proses pengeluaran Energi.
Ryu terus mengulangi proses tersebut hingga berkali-kali hingga Elemen Angin yang dimiliki Ling Hua semakin berkurang.
" Selesai..." Ryu menyudahi Proses tersebut dengan mencucurkan keringat mengingat ada banyak Energi yang harus dia keluarkan.
" Mengapa Tubuhku Seakan melemah?" Ling Hua merasakan kekuatannya sedikit berkurang, meskipun di sisi lain dia merasa sangat enteng.
" Itu disebabkan Karena Aku mengeluarkan Energi Inti Roh Phoenx, Macan Dahan Dan Serigala Darah. Tapi itu akan kembali lagi Saat kamu mengulangi dengan menyerap inti Roh yang lain." ucap Ryu.
" Apa? kamu mau membunuhku? Kau pikir berapa uang yang telah Kuhabiskan untuk membeli Inti Roh Phoenix dan Macan Dahan." Ling Hua sangat marah karena membeli kedua inti Siluman itu harus menghabiskan tabungannya.