KEMBALINYA DEWA PERANG

"Kau pasti gugup bukan karena tidak memiliki alat bukti untuk membuktikan apa vaksin itu sudah teruji secara klinis atau kau sengaja memamerkan hasil kerja keras karyawan mu yang kau klaim sebagai hasil penelitian mu!" seru Ranu tiba-tiba menghampiri Indra bersama Tasya

"Asal kalian tahu jika penemu vaksin sebenarnya bukan Owen Tapi Tasya asistennya!" imbuh pria itu membuat semua orang yang hadir di sana tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Tasya??"

Indra tak percaya saat melihat gadis itu berpihak kepada Ranu.

Dari semua orang yang hadir di sana Indra lah yang begitu terkejut saat tahu jika Tasya ternyata menusuknya dari belakang.

Entah kenapa kaki Indra tidak meledak-ledak seperti biasanya. Ia kemudian memberitahu semua orang bahwa Ia dan Tasya yang melakukan eksperimen untuk menciptakan vaksin tersebut. Ia bahkan merekalah vaksin temuannya di klaim oleh gadis itu.

"Tidak masalah bagiku jika vaksin ini kemudian di kembangkan oleh perusahaan mana ataupun Tasya yang akan memiliki hal ciptanya. Bagiku selama vaksin itu berguna bagi kemaslahatan umat itu sudah membuat aku bahagia. Setidaknya kerja keras ku tidak sia-sia," terang Indra

Semua orang tampak kagum dengan kebesaran hati Indra yang mengikhlaskan hasil temuannya kepada Tasya. Presiden bahkan secara khusus memberikan apresiasi kepada pria itu.

"Dasar tukang cari sensasi, aku yakin ia sengaja melakukan hal itu untuk mendapatkan simpati dari orang-orang yang hadir khususnya bapak presiden," cibir Ranu

"Sudahlah biarkan saja, lagipula kita sudah mendapatkan vaksin itu jadi tidak masalah dia mau ngapain juga gak ngaruh," sahut Cailen

"Lalu bagaimana jika memiliki rencana lain seperti kasus obat penawar kemarin?"

"Aku yakin dia sudah ikhlas dan tidak akan mempermasalahkan vaksin itu lagi," jawab Tasya

"Apa kau yakin?" tanya Ranu

"Tentu saja, aku sangat mengenalnya, dia tidak akan pernah mengambil sesuatu yang sudah di ikhlaskan olehnya,"

Tapi entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dengannya. Apa dia sangat marah padaku???

Tasya terus memperhatikan Owen yang tengah berbincang-bincang dengan para awak media.

"Wah aku jadi curiga padamu, bagaimana bisa kau lebih memahami Owen daripada istrinya sendiri. Aku yakin Anggi bahkan tidak memahami suaminya sendiri," jawab Ranu

Mendengar ucapan Ranu Anggini langsung memelototi adiknya itu. Melihat Anggi memelototinya membuat Ranu seketika diam dan mengunci mulutnya.

Kenapa ia selalu saja mengintimidasi aku dengan tatapannya yang menakutkan. Kenapa ia begitu menyeramkan dibandingkan dengan ayah.

Setelah acara selesai Anggini menghampiri Indra di ruangannya.

"Kenapa kau menyerahkan vaksin itu kepada iblis betina itu, kenapa kau tidak berusaha melawannya seperti saat kau merebut obat itu dari Cailen," tanya Anggi

"Meredam dan mengalahkan pasukan musuh tanpa harus bertempur jauh lebih baik bukan?"

"Dengan begitu aku tidak perlu bertarung dengannya tapi aku sudah mendapatkan dua kemenangan sekaligus," jawab Indra

"Maksudnya??"

"Dua kemenangan itu adalah kemenangan memenangkan hati orang-orang yang kemudian berpikir jika sebenarnya aku lah pahlawannya bukan Tasya si pembuat Vaksin. Karena mereka berpikir seorang pahlawan tidak akan pernah berkoar-koar atas jasa-jasanya ia akan diam tapi semua tahu dialah yang berjasa. Kemenangan kedua adalah aku berhasil meyakinkan musuhku yang mengklaim dirinya sudah menang melawan ku," terang Indra

"Wah kau benar-benar hebat, kau memang luar biasa Indra!" seru Anggi

"Kenapa kau tidak sopan sekali, kau padahal sudah tahu siapa diriku tapi kau sama sekali tidak hormat kepada ku apalagi takut padaku!" cibir Indra

"Untuk apa takut denganmu, lagipula posisi kita sama sama sekarang," jawab Anggi dengan ketus

"Kasian sekali Owen harus menderita karena memiliki istri seperti dia, ck, ck, ck!!"

Saat Indra keluar dari ruangannya, Tasya sudah berdiri di depan pintu ruangannya.

"Kenapa kau melakukan semua itu, apa kau sengaja melakukannya agar orang-orang di luar sana membenciku?" tanya Tasya

"Apa aku pernah menjelekkan mu?" jawab Indra balik bertanya

Tasya terdiam mendengar jawaban darinya.

"Aku tidak tahu kenapa kau berbuat seperti itu padaku, tapi yang jelas kau pasti punya alasan yang kuat kenapa melakukan hal itu. Dan aku tidak pantas untuk mengorek-ngorek apa alasan mu melakukan itu karena itu adalah hak mu,"

Indra kemudian mengambil buku jurnal yang diberikan oleh Tasya dan mengembalikannya kepada gadis itu.

"Sepertinya aku juga harus mengembalikan buku ini sebelum kau menagihnya,"

Namun siapa sangka Tasya justru menolaknya, ia tetap meminta indra untuk menyimpan buku itu.

"Simpan saja buku itu, aku yakin suatu saat buku itu bisa berguna untukmu,"

Tasya kemudian meninggalkan Indra.

Indra kemudian membuka ponselnya. Senyumannya seketika mengembang saat melihat statemennya menjadi tranding topik di sosial media. Bahkan semua media online menjadikan pidatonya sebagai headline news.

Ia bahkan menerima pesan singkat dari beberapa televisi nasional yang memintanya untuk menjadi narasumber dalam acaranya.

"Pantas saja ia kebakaran jenggot, ternyata ia merasa tersudutkan, makanya jangan berani menikam ku dari belakang jika kau tidak ingin terkena ribuan anak panah yang menghujam jantungmu,"

Siang itu Surya Atmaja sengaja mengumpulkan para pemegang saham di ruang rapat.

"Sebenarnya apa lagi yang ingin dilakukan oleh tua bangka itu, apa ia ingin menggulingkan aku lagi?" Indra tampak memperhatikan gerak-gerik Surya Atmaja yang sengaja melakukan rapat diam-diam tanpa mengundangnya.

"Kita lihat saja siapa yang akan bertahan di tempat ini. Kenapa semuanya terlihat membosankan. Manusia memang serakah dan kejam,"

Indra kemudian memilih untuk mendatangi apotek Bayu Wijaya.

Ia sengaja datang ke tempat itu untuk beristirahat. Saat ia masuk ke ruang kerjanya dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa.

Saat ia terlelap sejenak ia kembali mendapatkan ingatan Owen. Kali ini ia melihat sebuah kotak tua yang tersimpan dalam sebuah lemari.

Ia segera bangun dan mencari lemari yang muncul dalam ingatannya.

"Ternyata lemari ini ada di ruanganku sendiri,"

Indra membuka lemari itu dan mengambil kotak kayu yang tersimpan dalam lemari tersebut.

Ia segera mengeluarkan Semua isi kotak kayu tersebut. Entah kenapa Lelaki itu begitu senang saat melihat buku Catatannya.

"Akhirnya aku menemukanmu!" ucap Indra begitu bahagia hingga terus menciuminya

*Krieett!!

Melihat seseorang membuka pintu ruangannya membuat Indra langsung berhenti menciumi buku usang itu.

"Anda di minta segera kembali ke rumah sakit," ucap wanita itu

"Memangnya ada apa,"

"Didepan ada dua orang yang menunggu anda," imbuh wanita itu

Indra segera keluar untuk menemui orang itu.

Ia melihat Cailen dan Ranu sudah menunggunya di lobby apotek.

"Sebaiknya kau segera kembali ke rumah sakit jika kau masih ingin menjadi seorang dokter," ucap Cailen menyeringai