Aisyah Nur Az-Zahra biasa dipanggil Aisyah atau Zahra, anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ali Syafi'i dan Humairah Putri Az-Zahra. Mempunyai seorang kakak yang bernama Muhammad Ilham Syafi'i.
"Abi, Umi apakah nanti Zahra akan bahagia? Apakah nanti suami Zahra akan baik sama Zahra? Bagaimana kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga Zahra? Apakah dia akan bertanggung jawab atas segalanya? Apakah dia memang imam yang baik untuk Zahra?". Pertanyaan beruntun Zahra membuat kedua orangtuanya pusing.
Muhammad Adam Dirgantara biasa dipanggil Adam adalah anak pertama dari kedua saudara yang bernama Adinda Putri Dirgantara. Anak dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ramli Dirgantara dan Halwa Putri Sukma.
"Abang tuh jangan terlalu dingin dan cuek jadi orang, nanti ga akan dapet jodoh baru tau rasa". Ujar Adinda pada Adam kakaknya.
"Semua Allah yang mengatur Adinda". Ujar Adam acuh pada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Adinda dan Davin sedang menikmati indahnya sunset di pantai, mereka berdua sedang berbulan madu lanjutan, karena waktu itu hanya dua minggu, sedangkan selama sebulan mereka pergi ke tempat yang berbeda.
Dari Prancis, Eropa, Amerika, Korea dan terakhir di Bandung di penginapan yang bida dibilang murmer (murah meriah). Mereka menjalaninya dengan bahagia, walau terkadang Adinda selalu mengidam yang aneh aneh.
"Mas, aku ingin dengar kamu nyanyi deh". Celetuk Adinda pada suaminya.
"Sekarang sayang?". Tanya Davin sambil melihat sekitarnya.
"Iya mas, kamu gamau?". Tanya Adinda dengan berkaca kaca.
"Bukannya gamau sayang, tapi bagaimana jika suara mas membuat para perempuan disana terpesona, ntar istri mas yang cantik ini marah sama mas, lebih baik nanti dikamar aja mas nyanyikan lagu khusus untuk istriku tercinta". Jawab Davin dengan lembut membuat Adinda tersenyum malu.
"Baiklah mas". Ujar Adinda dengan masih malu.
"Yaudah lebih baik kita kembali ke kamar, kamu sedang hamil sayang pamali kata orang mah". Ajak Davin diangguki oleh istrinya.
Selama perjalanan menuju kamar mereka, Adinnda tak henti henti tersenyum serta memeluk lengan suaminya, Davin yang melihat itu hanya tersenyum senang, sungguh Davin sangat bahagia.
"Sekarang mas harus nyanyi". Ujar Adinda saat mereka baru saja duduk di sofa.
"Heum mau di nyanyikan apa istriku yang cantik ini?". tanya Davin pada istrinya.
"Eum apa yaa? ahh gimana mas aja deh, aku dengerin kok". Jawab Adinda pada suaminya.
"Baiklah sayang tapi mas mau minum dulu ya". ujar Davin diangguki oleh istrinya.
Sambil menunggu suaminya kembali dari dapur, Adinda mengirim kabar pada kakak ipar nya, yang ternyata juga sedang jalan jalan bersama abangnya, ia pun menyudahi obrolan nya di chat saat suaminya kembali.
"Siapa sayang?". Tanya Davin saat duduk disamping istrinya.
"Tadi aku kirim kabar pada kak Aisyah mas". Jawab Adinda pada suaminya.
"Owhh iyaa atuh sayang, jadi ga nih dengerin aku nyanyi?". tanya Davin pada istrinya.
"Yaa jadi dong mas, masa ngga jadi sih". Jawab Adinda langsung menyimpan ponselnya di meja.
"Yaudah aku nyanyikan satu lagu ya sayang". Ujar Davin diangguki oleh istrinya.
Davin menyimpan gelas di meja sebelum memulai menyanyikan lagu pada istrinya, Adinda juga menatap suaminya dengan berbinar, sungguh ini adalah momen pertama kalinya Adinda dinyanyikan oleh suaminya.
...Separuhku...
Senyuman terlukis di wajahku..
Disaat ku mengingat kamu..
Tawamu manjamu membuat ku rindu..
Tak sabar ingin bertemu..
*Suara lembut menyapa aku..
Lembutnya selembar hatimu..
Tulusnya setulus cinta padaku..
Ku sadar beruntungnya aku..
Hidupku tanpamu..
Takkan pernah terisi sepenuhnya..
Karena kau separuhku..
Berbagi suka duka..
Saling mengisi dan menyempurnakan..
Karena kau separuhku*..
Davin menyudahkan nyanyiannya, sementara Adinda yang tanpa sadar tertidur karena suara lembut suaminya, Davin melirik istrinya yang tertidur hanya bisa tersenyum.
"Kamu makiin cantik kalau tidur sayang, lucu". Ujar Davin sambil mengecup kening istrinya.
"Kita pindah ke kamar oke". Ujar Davin yang tentu saja tidak akan dijawab oleh istrinya.
"Mas, keluar dulu sebentar ya sayang". ujar Davin saat sudah menidurkan istrinya di ranjang.
Sebelum pergi Davin menulis note di kertas, takutnya Adinda pergi mencarinya karena kandungan Adinda makin membesar, untung Davin hanya sebentar karena memang ia hanya membeli beberapa cemilan serta minuman.
"Untung aku ga pergi lama sayang". ujarnya sambil mengecup kening istrinya.
"Entah kenapa aku ingin memakan cemilan serta minum yang dingin terus, apa aku ngidam kaya bang adam waktu itu?". Ujar Davin bertanya pada dirinya sendiri.
"Yaudah kamu yang nyenyak bobonya sayang, nanti mas bangunin". Ujar Davin lalu pergi keluar kamar dan duduk di sofa sambil menonton televisi.
Beberapa menit kemudian, Adinda terbangun tanpa harus dibangunkan oleh suaminya, ia melirik seluruh ruangan kamar nya, ia tidak melihat suaminya olek karena itu ia turun untuk ke kamar mandi mencuci mukanya.
"Assalamu'alaikum mas". Salam Adinda pada suaminya yang sedang menonton.
"Eh waalaikumussalam sayang, udah bangun ternyata padahal tadi mas mau bangunin". Ujar Davin pada istrinya .
"Heum iyaa mas udah, eh mas beli cemilan sama minuman lagi?". Tanya Adinda saat melihat bungkus cemilan serta botol minuman yang sudah habis.
"Iyaa sayang, habisnya mas kepengen terus ngemil sama minum yang dingin". Jawab Davin pada istrinya.
"Iyaa deh sayang, eh maaf ya mas tadi aku ketiduran saat kamu nyanyii". Ujar Adinda pada suaminya.
"Iyaa gapapa sayang, lagian suara mas terlalu merdu jadinya kamu tertidur". Ujar Davin dengan percaya diri.
"Iyaa deh iyaa mas". Ujar Adinda sambil tersenyum pada suaminya.
Saat mereka berdua sedang asik menonton televisi, suara ponsel Adinda berbunyi, karena Adinda menyimpannya di kamar membuat ia harus berdiri, tetapi Davin langsung menghentikan nya dan menyuruh istrinya duduk kembali.
"Biar Mas yang ambilkan ya". Ujar Davin pada istrinya.
"Iyaa mas terimakasih". Ujar Adinda pada suaminya.
"Iyaa sayang". Ujar Davin lalu pergi ke kamar.
"Siapa mas yang telpon?". Tanya Adinda saat suaminya kembali.
"Kak Aisyah yang menelpon tapi saat mas telepon balik ga diangkat". jawab Davin sambil duduk di sebelah istrinya.
"Ohh yaudah gapapa mas, nanti juga pasti nelepon balik kok".Ujar Adinda diangguki oleh Davin.
Hingga beberapa saat kemudian, benar saja Aisyah menelepon kembali, Adinda mengangkatnya dan terdengar gerasak gerusuk disana, entah sedang mereka pikir Adinda.
Kak Aisyah menyambungkan..
[Assalamualaikum adinda]
"Waalaikumussalam kak, ada apa?".
[Maaf ganggu waktu kamu sama Davin, tapi bisakah kamu pulang besok?]
"Emangnya ada apa kak?"
[Ayah din, ayah kecelakaan dan koma sekarang hiks hiks ]
"Astagfirullah, bagaimana bisa kak?"
[Ada musuh ayah yang membuat ayah seperti ini din]
"Ya allah, besok Dinda sama mas Davin pulang kak".
[Yaudah din, maaf sekali lagi ganggu waktu kamu sama Davin]
"Iyaa kak gapapa, yaudah assalamualaikum kak".
[Iyaa waalaikumussalam din]
Setelah sambungan telepon mati, Adinda menatap suaminya dengan berkaca kaca, Davin dengan cepat memeluk istrinya, karena Davin tidak tau apa yang di bicarakan Adinda dengan Aisyah.
"Ada apaa sayang? kenapa?". Tanya Davin sambil mengusap air mata istrinya.
"Ayah mas Ayahh". Jawab Adinda pada suaminya.
"Iyaa ayah kenapa sayang?". Tanya Davin panik.
"Ayah kecelakaan mas, sekarang katanya koma". Jawab Adinda menangis dipelukan suaminya.
"Astaghfirullah , bagaimana bisa sayang?". Tanya Davin pada istrinya.
"Kata kak Aisyah musuh Ayah yang membuatnya seperti ini mas". Jawab Adinda memeluk suaminya.
"Beraninya mereka menyakiti keluarga ku!! liat aja nanti mas akan memberi dia pelajaran". Ujar Davin merasa marah karena ia sudah tau siapa dalang yang membuat mertuanya seperti ini.
"Mas kenal orangnya?". Tanya Adinda pada suaminya.
"Ya mas kenal, dia paman mas yang dulu membuang mas dari keluarga, huftt sepertinya dia bekerja sama dengan Devan". Jawab Davin pada Adinda.
"Banyak keterkejutan nya mas saat aku bersama kamu". Ujar Adinda tidak menyangka.
Davin meminta maaf pada istrinya, ia memeluk istrinya dengan sedikit erat, ia takut Adinda meninggalkan nya, tetapi pikiran nya salah karena Adinda tidak akan meninggalkannya buktinya ia panik melihat Davin menangis.