Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Ayo sayang, cepat jawab. Kamu mau kan gantiin aku kerja?" Yusuf menggoda Anisa yang masih ngambek.
"Kenapa sih Mas terima dia kerja disini? Kalau gitu aku jadi sekretarismu aja." Anisa menatap Yusuf tajam.
"Ya jangan, sekretarisku udah ada Rudi. Kalau kamu jadi sekretarisku, dia kerja apa? Gantiin aku aja sayang, kan enak tinggal suruh-suruh bawahan." Yusuf tersenyum melihat istrinya memanyunkan bibirnya lima senti.
"Kalau gitu jadiin aku staff atau apapun yang penting aku di dekatmu."
Yusuf tidak menjawab Anisa, dan menciumnya. Lalu keduanya berciuman selama lima menit. Dan setelah itu Anisa dan Yusuf tertawa bersama.
TOK TOK TOK
"Masuk," ucap Yusuf.
Ceklek
"Maaf Pak, Itu Nona Hana memecahkan meja kaca yang ada di depan."
"Apa? Dimana dia sekarang? Tapi Hana gapapa, kan?" Yusuf berdiri dan panik karena ternyata Hana keluar dari ruangan tanpa disadarinya.
Anisa dan Yusuf keluar dan melihat meja kaca di depan kantornya pecah. Dan Hana sudah di gendong oleh Kevin. Anisa mengambil alih Hana dan membawanya masuk kembali ke ruangan Yusuf.
"Kamu sih Mas, main cium-cium aja. Hana keluar ga tau, kan." Anisa cemberut menatap Yusuf. Sedangkan Yusuf tertawa terbahak, dan Anisa menjewer kuping Yusuf.
Untuk keamanan bersama akhirnya Yusuf mengunci pintu ruangannya. Lalu duduk di sofa dan Anisa berada di pangkuannya. Melanjutkan kemesraannya bersama sang istri, sementara Hana berkeliling ruangan memainkan mobil-mobilan milik kakaknya yang tertinggal.
DI TOKO ROTI MOKA
Arka masuk menghampiri Nayla yang sedang membuat roti di dapur. Lalu menyuruhnya cuci tangan dan pergi ke ruang kerja Anisa. Setelah itu Arka pergi dari dapur dan menunggu Nayla di ruangan Anisa.
Nayla masuk ke ruangan Anisa dan duduk di hadapan Arka. Dan Arka masih sibuk membaca laporan-laporan yang baru saja dia print. Beberapa saat kemudian Arka selesai dan menatap Nayla.
"Nay, coba kamu panggil Anisa. Hari ini waktunya rekapan bulanan," ucap Arka.
"Oh, udah waktunya ya. Aku juga lupa kalau ini udah akhir bulan. Hehe." Nayla terkekeh sambil menggaruk kepalanya.
Nayla mengambil hpnya dan menelfon Anisa. Anisa mengangkat telfonnya dan Yusuf ikut mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nayla.
"Anisa, kamu bisa ke toko sekarang ga? Hari ini waktunya rekapan dan gaji karyawan," ucap Nayla.
Anisa memandang Yusuf untuk minta persetujuan. Lalu Yusuf mengangguk dan Anisa menyanggupi permintaan Nayla.
"Oke Anisa, aku tunggu ya!!"
Sambungan telfon dimatikan oleh Nayla. Lalu pamit keluar pada Arka, sementara Arka melanjutkan membaca laporan keuangannya. Lalu memandang kaca dan merapikan penampilannya, ia tidak ingin kalah dari Yusuf saat Anisa memandangnya nanti.
Beberapa menit kemudian Anisa sampai di toko rotinya. Ia segera ke ruangannya dan sudah di tunggu oleh Nayla dan Arka. Anisa meletakkan tasnya dan duduk di hadapan Arka.
"Anisa, aku udah rekap semua sama Pak Arka. Kamu tinggal baca dan hitung hasil akhirnya," ucap Nayla.
"Oke bentar ya."
"Nayla, kamu bisa tinggalkan kami berdua?" ucap Arka.
Anisa terhenyak dan menatap Arka. Anisa menggenggam tangan Nayla supaya tidak pergi dari ruangan tersebut. Namun Nayla tetap berdiri dan melangkahkan kakinya.
"Jangan Nayla, tetap disini saja." Anisa memohon pada Nayla.
"Aku ga mau ada masalah lagi. Kemarin kan kamu udah berantem sama mas Yusuf, Ka. Biarkan Nayla di sini sampai aku selesai," imbuh Anisa.
"Sebentar aja Anisa, cuma lima menit. Kalau ga percaya kamu bisa gunakan pewaktu di hpmu," sanggah Arka.
"Gapapa kog Nis, lagian pak Yusuf kalau nyusul juga ga mungkin secepat itu," tutur Nayla.
Akhirnya Anisa setuju dengan Nayla. Lalu Nayla pergi dari ruangan tersebut dan ke dapur membantu chef membuat roti. Hati Anisa berdebar dan merasa was-was kalau seandainya suaminya tiba-tiba datang ke tokonya.
"Kamu mau ngomong apa, Ka?"
"Kamu selesaikan dulu kerjaanmu."
Beberapa menit kemudian Anisa selesai dengan hitungannya. Lalu Arka dan Anisa saling memandang, Arka menghela napas panjang. Berdehem dan memandang Anisa lekat-lekat.
"Anisa, aku ingin menanyakan ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Jawabannya tidak harus sekarang, tapi kamu perlu tau."
"Ada apa? Cepetan...."
"Kita dulu pernah pacaran meskipun cuma sebentar. Aku juga minta maaf karena hilang gitu aja tanpa kasih kamu kabar. Waktu itu aku sedang berjuang di Jerman untuk kuliah dan kerja, dan aku kembali kesini berharap bisa bersamamu lagi. Tapi ternyata kamu sudah dimiliki orang lain. Anisa katakan padaku, apa kamu masih ada rasa cinta untukku? Jujur, sampai sekarang aku ga bisa melupakanmu. Hanya kamu di hati dan pikiranku," ungkap Arka.
"Arka, dulu kita pacaran waktu aku masih belum tau apa itu cinta. Setelah kamu hilang. Ya udah, aku ga mikirin kamu lagi. Maaf Arka, mulai sekarang lupakan aku. Jiwa dan ragaku cuma buat mas Yusuf. Aku ingin bersamanya di dunia dan akhirat."
"Apa ga ada sedikit pun rasa itu tertinggal? Dia pria bodoh Anisa, kamu ga tau apa yang dia lakukan di belakangmu."
"Udah ya... kalau kamu cuma mau menghina suamiku, aku pergi Ka," ucap Anisa beranjak dari kursinya.
Kemudian Anisa keluar dari ruangannya. Arka mengejar Anisa yang berjalan cepat, beberapa karyawan dan pengunjung toko menyaksikan keduanya. Namun Anisa berjalan tidak menggubris Arka maupun tatapan para pengunjung.
"Itu bosnya ya mbak?" tanya pengunjung di kasir.
"Iya, Bu," jawab kasir.
"Suami istri ya mereka."
"Bukan Bu, mereka sahabatan."
"Oh kirain suami istri... Soalnya cocok kalau jadi suami istri, Hehe."
Anisa yang kesal dengan Arka segera tancap gas kembali ke kantor Yusuf. Arka kesal karena di tolak dan ditinggalkan begitu saja. Dalam hatinya makin membenci Yusuf karena sudah memiliki wanitanya.
DI KANTOR YUSUF
Anisa sampai di di pabrik Yusuf, ia keluar dan langsung ke ruangan suaminya. Saat masuk ke ruangannya Anisa mengedarkan pandangan mencari putri kecilnya. Lalu Anisa bertanya pada Yusuf yang baru saja keluar dari toilet.
"Mas, Hana dimana?"
"Dia dibawa sama Kevin ke kantin. Udah selesai kerjaanmu?"
"Udah."
"Kog cemberut? Ada apa? Rugi ya?"
"Nggak." Anisa menghempaskan tubuhnya di sofa dan menekuk wajahnya.
"Kenapa? Jangan cuek gitu dong."
"Mas, aku mau pulang. Bisa suruh Kevin cepet bawa Hana kesini?"
"Ya, sebentar."
Yusuf menelfon Kevin memintanya segera ke ruangannya bersama Hana. Setelah Hana dikembalikan, Anisa pamit untuk pulang. Setelah Anisa pergi, Yusuf menerima telfon dari Yunus.
"*Ada apa*?"
"*Kak, tolong aku, Kak*."
"*Kenapa*?"
"*Alexa di cafeku, dia menunggu di depan ruanganku. Aku ga mau ketemu sama dia*."
"*Alexa mantan pacarmu itu*?"
"*Iya, siapa lagi*."
"*Terima aja Yunus, siapa tau kalian emang di takdirkan jodoh, Hehe*."
"*Kurang asem kamu nih, Kak. Ayolah, berguna dikit jadi kakak sekali-kali*."
"*Ya udah, kamu disitu aja dulu. Aku akan kirim damkar kesana*."
"*Kog ngirim damkar? Buat apa*?"
"*Katanya minta di bantuin, jadi rencanaku. Suruh salah satu chefmu membakar dapur dikit aja. Nanti di damkarnya sampe sana bentar lagi*."
"*Oh gitu ya... Ya udah bentar tak nyuruh karyawanku dulu*."
"*Oke, aku telfon damkar sekarang ya*."
"*Oke, oke*."
Setelah menerima telfon dari adiknya Yusuf tertawa terbahak membayangkan rencananya sendiri. Lalu Yusuf menelfon damkar dan memberitahu alamat cafe Yunus. Setelah itu Yusuf kembali kerja di meja kerjanya.
DI RUMAH YUSUF
Anisa sampai rumah dengan Hana dan Ryan. Alif yang ditinggal sendiri di rumah bersama Mela kesal karena mamanya pergi lama. Alif memasang wajah cemberut saat Anisa, Ryan dan Hana masuk rumah.
"Mama kog lama sekali, katanya cuma sebentar," protes Alif.
"Maaf sayang, tadi mama nunggu kak Ryan pulang dulu. Tadi mama ajak ga mau," jawab Anisa sambil tersenyum.
"Iihh.... Mama, ayo kita pergi kalau gitu. Aku mau jalan-jalan," teriak Alif.
"Nanti ya sayang, kita ke kedai es krim bareng-bareng."
"Iya, tapi janji ya Ma, jangan tinggalin aku."
"Iya, sayang."
Anisa meninggalkan Alif di bawah bermain dengan Hana dan Mela. Sedangkan dia menyusul Ryan di kamarnya. Ryan masih sama seperti kemarin, murung dan berdiam diri di kamarnya.
Ceklek
"Ryan," panggil Anisa.
"Iya, Ma."
"Ryan, mama bisa ngobrol bentar ga sama kamu?"
"Iya, Ma."
"Sayang, seandainya kamu sekolah di Madiun gimana? Nanti kamu tinggal sama Mbah dan Tante Keisha. Mama juga akan sering kesana ketemu sama kamu. Mama jadi kepikiran kalau kamu disini terus, sementara kita udah ga seperti dulu sayang. Keluarga papa sepertinya mulai tidak menyukai kita."
"Kalau aku tinggal disana, aku bisa ketemu sama ayah kandungku, Ma?"
"Ryan, kamu jangan cari-cari ayah kandungmu lagi ya, Nak. Dia udah meninggal dua tahun lalu. Tante Nayla itu sepupunya ayah kandungmu, dia yang ngasih tau mama. Cuma mama ga mau kasih tau ini sebenarnya, tapi kalau mama ga kasih tau, nanti kamu akan terus berharap bisa ketemu," ungkap Anisa.
Ryan menunduk dan menitikkan air mata. Anisa memeluk putra sulungnya dan mengelus kepalanya. Ia merasakan rasa kecewa dan sedih putranya.
SORE HARI
Yusuf pulang membawa beberapa kado untuk ketiga anaknya. Alif dan Hana antusias membuka kado dari ayahnya. Sementara Ryan masih mengurung diri di kamar setelah di beritahu kebenaran ayah kandungnya oleh Anisa. Yusuf menyusul ke kamar Ryan untuk memberikan kadonya.