NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:606.8k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Kehilangan

Hari-hari ku lalui dengan berat. Aku baru sadar bahwa tak ada Ayu di rumah ini membuat aku hilang arah. Aku sering kali lupa kalau tak ada siapapun di rumah ini selain aku. Bayang-bayang anak-anak pun sering melintas di mataku. Anak-anak yang sering menggangguku, tapi aku sering mengacuhkan mereka. Dan sekarang, aku merindukan mereka yang mengganguku.

Sejak Ayu pergi, aku sama sekali tak bertemu dengan mereka. Sekarang mereka tinggal di manapun aku tak tahu. Jangankan tahu alamat barunya, nomor Ayu saja sudah tak bisa aku hubungi.

Hidup ku semakin terpuruk saja saat aku ketahuan memberikan uang lebih banyak dibanding Winda.

"Kamu kok jadi kurang ajar, Nang? Kamu ngasih uang ibu pas-pasan buat makan sehari-hari, kamu kasih wanita selingkuhan kamu itu lebih banyak dari ibu? Ibu yang kasih makan kamu sejak Ayu pergi. Enak banget dia nikmati harta kamu. Ayu yang masih jadi istri sah kamu aja ibu nggak rela dia menikmati hasil dari kamu, eh kamu malah kasih ke istri siri kamu. Sana pergi, minta makan sama Winda." Ibuku sangat marah, aku jadi serba bingung.

Aku jadi semakin terombang-ambing, jika aku kurang memberikan jatah untuk Winda, dia selalu menampilkan wajah sendunya. Dia selalu bersedih hati saat aku kurang memanjakan dia.

Jujur saja, aku bingung dengan apa yang aku rasakan. Apa sebenarnya yang aku mau, aku tak ingin kehilangan semuanya, baik Ayu maupun Winda. ayu yang selalu menerima apa yang aku beri, memanjakan perutku dengan masakan-masakan sederhananya. Sedangkan Winda yang bisa memanjakan hasratku sebagai laki-laki, tak pernah tampil burik di depan ku. Seandainya saja aku bisa memiliki keduanya. Pasti aku akan bahagia.

*

Setelah pulang dari mediasi, aku ke rumah Winda. Aku merindukan anak yanglg masih berusia sembilan bulan itu. Shakila termasuk anak yang beruntung, meskipun lahir dari hasil di luar pernikahan, dia tak pernah kekurangan apapun dariku. Sedangkan anakku yang lain, bahkan aku jarang sekali bermain dengan ketiga anak yang lahir dari rahim wanita yang aku cintai.

"Bagaimana, mas? Apa kalian mau rujuk? Ada tanda-tanda kalau akan ke arah sana?" tanya Winda menyodorkan segelas teh untukku.

"Nggak, aku merasa Ayu sudah sakit hati dengan apa yang aku lakukan. Dia maafin aku, tapi tidak dengan kembali. Untuk jadi teman aja dia nggak mau, gimana mau rujuk? Ya sudah, memang hal ini wajar jika aku terima, kan?"

"Terus rencana kamu?"

"Ya udah, pisah. Maunya dia kan begitu, ya aku turuti saja. Habis itu kita bisa menikah secara resmi."

"Tapi aku nggak mau kalau tinggal di rumah kamu, maunya tinggal di sini. Di rumah aku. Rumah kamu jelek, mas." Dengan mudahnya Winda mengatakan itu seperti tak punya hati saja dia.

"Lihat nanti lah. Toh status aku belum pisah juga. Aku lapar, Win. Kamu masakin apa kek gitu."

"Aduh, mas. Aku cape urus anak seharian, nggak ada yang bantu. Kamu beli aja lah dulu, bibi lagi pulang ke rumahnya. Besok baru balik. Kamu lagi nggak kerja, kan? Shakila sama kamu, ya aku mau ketemu sama teman dulu."

"Astaga, Win. Aku ini baru pulang dan lapar. Kamu kok seenaknya gini, lagian udah punya anak jangan sering-sering keluar sama temen kamu. Lagian kamu punya baby sitter kenapa sering izin, sih," protes ku.

Selama jadi suami Ayu saja aku jarang mengasuh anak-anak. Dia juga tak pernah mengeluh saat aku meminta sesuatu. Tak pernah sekalipun dia menolak seperti Winda tadi.

Tapi, kan memang ini yang aku mau dulu. Aku mengagumi Winda karena dia pandai menjaga diri dan merawat diri.

"Dia ada keperluan, mas. Nanti sore balik dia. Sebentar aja, kalau aku nggak kumpul sama temen aku bosen. Lagipula nggak tiap hari juga, sebulan sekali juga belum tentu. Minta uang!" pintanya menengadahkan tangan.

"Seminggu yang lalu aku transfer loh, masa udah habis aja, sih. Kamu jangan boros-boros dong, Win. Aku nggak nanggung hidup kamu aja, kuliah Fadil juga, kamu tahu itu."

"Kan tanggungan kamu udah berkurang satu, mas. Udah nggak ngasih Ayu sama anak-anaknya. Ya udah, jatah Ayu kasih ke aku."

"Jatah Ayu aku kasih ke anaknya dong. Anak yang ada sama Ayu anak aku juga."

"Sejak kapan kamu peduli sama mereka? Kamu nggak pernah begini sebelumnya, udah mulai menyesal kamu pisah sama dia?"

"Nggak, bukan gitu, Win. Ya udah aku transfer. Sampai akhir bulan, ya. Fadil juga waktunya bayar kuliah."

"Iya," jawabnya dengan malas.

*

Aku di rumah Winda hingga pukul empat sore. Tak ada tanda-tanda wanita itu akan pulang. Aku sudah lelah mejaga Shakila yang merangkak ke sana ke mari dan membuat berantakan setiap barang yang bisa di raihnya.

Sekarang aku merasakan jadi ibu rumah tangga meski hanya beberapa jam. Lagi-lagi aku teringat Ayu dan ketiga anak kami. Aku ingat sekali, dulu aku sering ngomel saat pulang kerja rumah berantakan dan ada saja pekerjaan rumah yang belum di selesaikan olehnya.

Sekarang aku sadar, bahwa pekerjaan Ayu tidak mudah. Aku yang mengurus satu anak saja sudah lelah, belum sehari pula aku mengurusnya. Sedangkan Ayu, tak hanya mengurus rumah dan anak kami yang masih kecil, bahkan dia juga mengurus segala keperluan ku dari bangun tidur hingga akan tidur.

Beberapa saat kemudian, baby sitter Shakila datang. Dengan segera aku menyerahkan anak itu pada pengasuhnya dan aku pulang. Aku ingin merebahkan diriku di ranjang.

*

Begitu sampai rumah, aku heran kenapa ada seorang pria berpakaian formal datang ke rumah. Orang itu duduk dengan santai di teras sembari memainkan ponselnya.

"Maaf, mas cari siapa?" tanyaku berjalan menghampirinya. "Loh, kamu Rif," sambungku sedikit terkejut.

"Iya, lama nggak ketemu ya. Aku udah dari tadi di sini, tapi nggak ada orang. Terus di kasih tahu tetangga kamu kalau biasanya jam empat kamu udah pulang, makanya aku tunggu aja."

"Ada perlu apa, ya?"

"Lah, kok ada perlu apa? Kamu telat bayar cicilan, loh."

"Bayar cicilan apa?" tanyaku bingung.

Aku tahu, Rifki adalah teman Ayu yang bekerja di pegadaian. Aku tak pernah menggadaikan apapun di pegadaian, dan bagaimana bisa aku ditagih cicilan?

"Kamu menggadaikan rumah sebesar dua ratus juta rupiah. Dan kamu sudah telat bayar cicilan dua minggu."

Aku semakin bingung, aku kekeh mengatakan bahwa aku tak pernah menggadaikan rumah. Tapi bukti-bukti yang di bawa Rifki memang menunjukkan bahwa aku menggadaikan rumah.

"Memang siapa yang bawa ini semua ke pegadaian, Rif? Sumpah aku nggak pernah utik-utik ini sertifikat rumah"

"Aku nggak tahu, bukan aku yang menangani ini, Nang."

Tak lama kemudian, ibu datang dan bertanya ada apa? Aku ceritakan semuanya, ibu juga tak kalah terkejut dengan apa yang beliau dengar.

"Ini pasti ulah istri kamu, siapa lagi kalau bukan dia? Selama ini, kan dia selalu kurang dan nggak pernah bersyukur sama apa yang kamu kasih. Memang dia nggak tahu diri. Urusin sana istri kamu itu, kalau nggak diurus bisa-bisa rumah melayang. Nih, ada makanan," kata ibu ketus lalu pergi dari rumah.

"Kalian ada masalah?" tanya Rifki setelah kepergian ibu.

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!