NovelToon NovelToon
Pura pura AMNESIA

Pura pura AMNESIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Identitas Tersembunyi / Gadis Amnesia
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Callista, wanita muda yang terdampar dipinggir pantai dan ditemukan oleh nelayan bernama Biru.

Saat dia tersadar, dia pura pura amnesia demi bisa tinggal bersama Biru. Bukan tanpa alasan dia melakukannya. Callista merasakan kejanggalan terjadi saat dia terjatuh di laut. Pasalnya, tak ada satupun yang berusaha menolongnya. Bahkan samar samar dia bisa melihat paman dan bibinya tertawa melihatnya tenggelam.

Callista menunggu usianya 21 tahun untuk kembali kerumahnya. Dia akan mengambil alih semua warisan dari kedua orang tuanya yang saat ini ada dibawah kekuasaan paman dan bibinya. Sejak kecelakaan itu, dia baru sadar jika paman dan bibinya tidak tulus menyayanginya selama ini. Mereka hanya mengincar hartanya saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAMA

POV CALLISTA

Setelah membeli kuota segera aku menghubungi Rama. Tak ada jawaban pada panggilan pertama. Pantang menyerah, aku terus menghubunginya hingga pada akhirnya, aku bisa melihat wajahnya dilayar ponsel.

"Ca, Ca, Calista!"

Dia sampai gagu saking kagetnya melihatku. Jangan jangan dia pikir sedang vidio call sama hantu.

"Ka, ka, kamu benar Calista?"

Aku menahan tawa melihat ekspresi tak percaya diwajahnya. Tapi kasihan juga, dia pucat pasi seperti melihat hantu.

"Ca, Calista."

"Bukan, tapi kuntilanak yang menyerupai Calista." Jawabku masih dengan menahan tawa. Emangnya dimana ada hantu secantik aku?

Gambar Rama mendadak hilang. Sial, dia mematikan sambungan telepon. Jangan jangan dia sedang ketakutan sekarang.

Aku kembali menghubunginya hingga wajahnya kembali muncul di layar ponsel.

"Apa apaan sih kambing, kok dimatiin?" Makiku geram.

"Kamu beneran Calista?"

Astaga, ternyata dia belum percaya juga. Harus dengan apa aku meyakinkannya.

"Emang ada yang manggil kamu kambing selain aku?" Bentakku.

Rama terdiam, sepertinya dia sedang berfikir keras sekarang. Sejak dulu, aku memang sering memanggilnya kambing karena dia pernah lari terbirit birit dikejar kambing kurban saat main kerumahku.

"Cal....." Ekspresi Rama tiba tiba berubah. Yang tadinya ketakutan, mendadak menjadi mendung. "Kamu masih hidup Cal?" Rama menyeka sudut matanya. Dia menangis. Tak kusangka jika sahabatku sejak kecil ini akan begitu terharu mengetahui aku masih hidup.

"Ram...." Panggilku lirih. Aku jadi ikut terbawa suasana. Tak ada yang bicara antara aku dan Rama. Kami hanya saling menatap dan berkali kali kulihat dia menyeka air mata.

"Aku tak percaya masih bisa melihatmu lagi Cal. Aku, aku." Rama sampai kehabisan kata kata.

"Kamu masih hidup Cal. Kamu masih hidup." Rama mengalihkan pandangan untuk menyeka air mata dan menyusut hidung. Baru pertama kali ini aku melihat Rama seperti ini.

"Aku pikir sudah kehilanganmu untuk selamanyanya Cal. Aku pikir aku tak akan bisa melihatmu lagi." Rama masih saja terus menangis.

"Apaan sih Ram. Udah dong nangisnya. Aku jadi ikutan nangis nih." Air mataku mulai merembes dari sudut mata. Terharu melihat Rama yang ternyata begitu kehilangan saat aku dinyatakan meninggal. Kami memang sudah bersahabat sejak kecil, sampai sampai aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri.

"Apa yang sebenarnya terjadi Cal. Bagaimana kamu bisa masih hidup?"

Aku menceritakan kronologi kejadian hingga aku bisa terdampar disebuah kampung nelayan. Rama tampak emosi, dia sama sekali tak menyangka jika Tante Sofi dan om Kamal tega melakukan ini padaku. Yang membuatnya tak habis pikir. Bisa bisanya mereka membuat drama acara pemakaman untukku. Bahkan menurut Rama, mereka menangis tersedu sedu seolah kehilangan keponakan yang amat sangat mereka sayangi. Siapapun yang melihat, pasti akan tersentuh dengan tangis mereka yang begitu menyayat. Sungguh pintar mereka berakting. Jadi semakin tak sabar aku melihat kehancuran mereka.

"Lalu, jasad siapa yang ada didalam makam itu?" Rama bertanya tanya.

"Yang pasti bukan aku. Karena aku masih hidup," jawabku.

"Licik sekali mereka. Gara gara mereka, aku tiap hari datang ke makam orang tak dikenal dan menangis disana."

"Kamu menangisiku tiap hari Ram?" Tanyaku tak percaya. Sampai segitunya dia. Datang kemakam palsuku dan menangis setiap hari disana.

Kulihat dia tiba tiba salah tingkah. Sepertinya tadi dia keceplosan.

"Kasih aku alamat lengkapmu Cal, aku akan menjemputmu."

Aku langsung menggeleng. "Aku masih mau disini Ram. Aku akan kembali saat usiaku genap 21 tahun. Saat itu, aku akan merebut semua hak ku dan balas dendam pada mereka." Ujarku dengan dengan sebelah tangan mengepal kuat.

"Tapi aku tak bisa membiarkanmu berada ditempat asing sendirian Cal. Aku mengkhawatirkanmu."

"Aku baik baik saja. Lihatlah." Aku memperlihatkan seluruh tubuh dan beberapa bagian rumah. "Aku baik baik saja disini Ram. Tapi..." Aku menjeda kalimatku.

"Tapi apa Cal? Katakan padaku. Ada apa Cal? Apa ada yang menjahatimu disana? Katakan Cal?" desaknya dengan wajah cemas. Rama selalu seperti itu. Selalu mengkhawatirkanku sejak dulu. Apalagi saat aku punya pacar, dia akan over protektif melebihi pacarku. Dan hal itulah yang membuat aku tak bisa pacaran lama. Rata rata para pacarku cemburu padanya atau jengah karena Rama sering kali menjadi bodyguard yang mengintili kami kencan.

"Aku gak punya uang Ram. Mana beras habis, sabun, odol, minyak gor_" Aku menghentikan kalimatku saat melihat mulut Rama menganga lebar.

"Ka, kamu mikirin beras Cal, odol, sabun?" Tanyanya tak percaya. Sebenarnya aku juga seperti mimpi. Selama ini, aku tak pernah memikirkan tentang uang jajan atau biaya pendidikan yang selangit, apalagi memikirkan beras dan sabun.

Aku mengangguk pelan sambil memasang wajah melas agar dia simpati dan mengirimiku uang.

"Hahaha"

Diluar dugaan, bukannya simpati padaku, dia malah menertawakanku. Seolah semua ini adalah lelucon. Padahal yang aku pikirkan adalah antara hidup dan mati. Memikirkan beras yang akan aku makan untuk menyambung nyawa. Ya elah, gak segitunya juga kali.

"Sejak kapan Callista mikirin beras, sabun, sampo, hahaha."

"Teroosss, teroooosss, ketawa aja teros. Aku tak butuh ditertawakan, aku butuh uang." Sahutku sambil cemberut karena kesal padanya..

"Cepat tranferin aku 100 juta."

"Jangan gila." Sahutnya sambil melotot. "Aku bukan pemilik CALS yang uangnya tak habis dimakan tujuh turunan. Aku hanya manager disana Cal. Jangan samain aku dengan kamu yang saldo debitnya tak terbatas. Gajiku masih dikit karena baru kerja setahun."

Yaelah, malah curhat. Kenapa sih, kalau udah masalah uang, gak Santi, gak Rama, semua pada langsung curhat. Perasaan dulu aku gak pernah gini kalau ada temen yang pinjam uang. Mungkin karena itu juga mereka suka berteman denganku. Entah tulus atau hanya sekedar memanfaatkan.

"Ya udah aku potong 50 persen. 50 juta aja. Nanti aku balikin tiga kali lipat." Ucapku.

"Emang kamu punya rekening?"

"Bisa pakai rekening temanku." Jawabku cepat. Tentu saja, lagi lagi Santi yang aku andalkan.

"50 juta itu gak sedikit Cal. Gimana kalau temanmu itu malah menipumu dan bawa kabur uang itu."

"Gak mungkin. Aku yakin temanku tak seperti itu."

Aku tahu Santi wanita yang baik. Dia juga polos, tak mungkin akan menipuku.

"Jangan mudah percaya pada orang yang baru kenal Cal. Aku tak akan mengirimimu uang. Aku akan kesana. Tapi aku tak bisa besok. Aku harus keluar kota karena ada urusan urgent. Setelah urusanku selesai, aku akan kesana."

Dengan terpaksa aku mengiyakan. Semoga saja urusannya cepat selesai dan bisa kesini untuk memberiku uang. Aku berpesan pada Rama agar tak memberitahu siapapun tentang keberadaanku. Aku juga mewanti wantinya agar tak menghubungiku di nomor ini.

...****************...

Pagi buta, aku kembali dipusingkan dengan masalah beras. Beras dirumah habis dan aku tak ada uang untuk membelinya. Tak ada pilihan, lagi lagi aku mengetuk rumah bank berjalanku alias Santi.

"Pulang kalau kesini cuma mau ngutang." Ucapnya sadis saat baru saja menatap batang hidungku yang mancung ini.

"Kamu mau aku mati kelaparan? Ini urusan hidup dan mati San. Pinjami aku uang, please.." Aku mengiba sambil memegang kedua tangannya. Bodo amat dianggap tak tahu malu. Lebih baik malu daripada dimarahi Biru.

Ku lihat Santi menghela nafas. Aku yakin dia tak sekejam itu membiarkan aku kelaparan. Dia tipe yang gak tegaan.

"Nanti siang kita jualan souvenir. Kalau untung banyak, aku langsung balikin uang kamu." janjiku.

Dia tetap bergeming. Membuatku harus lebih keras lagi membujuknya.

"Tega kamu biarin aku kelaparan San. Aku janji akan bayar semua hutangku padamu. Sekarang pinjami aku lagi karena aku butuh uang untuk beli beras." Rengekku bagai anak kecil yang minta duit pada mamanya.

"Kamu gak punya uang untuk beli beras?" Tanya Bu De yang tiba tiba muncul dari dalam.

"Biru gak ngasih kamu uang Cal?" Tanyanya heran.

"I, i, itu Bu De." Aku menggaruk garuk kepalaku karena bingung harus menjawab apa.

"BIRU!" Teriak Bu De sambil melotot ke arah lain. Segera aku mengikuti arah pandangnya. Sial, ternyata Biru datang disaat yang tidak tepat. Bukankah harusnya dia pulang beberapa jam lagi ya? Kenapa pagi buta udah muncul aja. Jangan jangan dia benar benar gak konsen kerja gegara aku cium tadi malam.

Biru dan Pak De berjalan kearah kami dengan wajah lelah. Aku menatap Santi, tapi dia malah mengedikkan bahu seolah tak mau ikut campur. Jantungku berdebar kencang. Bagaimana kalau Biru tahu aku pinjam uang untuk beli beras.

1
Atiah arini
good
Triana Oktafiani
Keren sekali ceritanya, sangat menghibur👍
Yuli Yanti
ah thor tamat nya nanggung banget
Yuli Yanti
mamfir thor bru bca udh d'buat ketawa,nyesel aq bru bca
Chu Shoyanie
Safa:pendidikan tinggi tp semangat JD pelakor!!!
intan sari
nathan embun meninggal knp . ?? bukannya dulu orkay Yah
Aysana Shanim
Lah kok tamat kak?? Huhu belum rela nih aku kalo tamat 😭😭😭
Lanjutin kaaak pliiiss
Aysana Shanim
Huaaa ikutan deg degaan
Aysana Shanim
Santii santi bikin ngakak terus. Grogi liat cowok cakep sampe kayak orang kesurupan ya 🤣
Aysana Shanim
Asliii ini novel ceritanya bagus banget kak 🥹🫶
Aysana Shanim
Suami aku bilang gini juga kak othor 🤣
Gegara kutinggal lahiran di kampung, katanya tiap malem kangen. Liat wajan, panci, semua peralatan dapur inget aku terus wkwkwk
Aysana Shanim
Huhu so sweet banget kisah mereka 🥹
Aysana Shanim
Bisa aja kamu san 🤣
Aysana Shanim
Santiiii love sekebon 🤣
Aysana Shanim
Loveee budeee 🥰
Aysana Shanim
Calista nih sedikit sableng ya wkwk
Aysana Shanim
Ngakak banget ya ampuun pov nya
Aysana Shanim
Ya Allaah ngakak akuu 🤣
Aysana Shanim
🤣
Aysana Shanim
Asliii ini novel asiik banget di bacanya.
Udah lama banget nggak nemu novel komedi di sini yang asiik, ceritanya pas dan penulisannya bagus. Kemana ajaaa yaa aku haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!