Pura pura AMNESIA
Tolong.. tolong....
Aku terus berteriak meski suaraku tak bisa keluar lagi. Dadaku sesak, rasanya susah sekali untuk bernafas. Yang bisa kulihat hanya air. Ya, semuanya penuh dengan air. Mata ku pedas dan hidungku terasa sakit karena kemasukan air. Dengan sisa tenanga dan skill renang yang mumpuni, aku mencoba meraih tepi pantai. Tapi terlalu jauh, tenagaku sudah habis. Rasanya tubuhku lemah dan hanya bisa terombang ambing oleh ombak.
Ya Tuhan....ampunilah dosa dosaku jika ini akhir dari hidupku. Jika aku boleh meminta, aku masih ingin hidup. Aku berjanji akan hidup lebih baik lagi.
Tolong..tolong....
Aku terus berteriak meski dalam hati.
Lama lama semua menggelap. Aku sudah tidak kuat lagi..
...----------------...
"Sadar, dia sadar."
Samar samar, aku bisa mendengar suara. Kepalaku terasa berat. Tubuhku terasa lemas. Matanya susah sekali untuk dibuka. Tapi aku tetap berusaha untuk membuka mata.
"Kamu sudah sadar?"
"Alhamdulilah."
Akhirnya mataku bisa terbuka meski hanya setengah. Beberapa kali aku menyipitkan mata karena silau dengan cahaya. Dan yang pertama aku lihat, adalah sesosok pria tampan bak malaikat. Tatapannya teduh, dan senyumnya semanis gula kristal yang jika aku konsumsi terus menerus akan membuatku deabetes. Apakah ini surga?
"Akhirnya kamu sadar juga."
Oh Tuhan....ternyata selain wajahnya yang rupawan, suaranya juga sangat merdu. Benar benar perpaduan yang sangat sempurna dan tiada cela. Ternyata malaikat bersayap itu hanya mitos, buktinya malaikat didepanku ini tanpa sayap.
"Kamu Malik?" tanyaku lirih.
Malaikat tampan itu mengerutkan dahinya. Tapi percayalah, ketampanannya tak berkurang satu persenpun.
"Malik?" Dia mengulang kata kataku.
"Kamu malaikat Malik, penjaga surga?"
Tiba tiba aku merasakan lenganku ditepuk tepuk dari arah berlawanan, yakni disebelah kiriku.
"Ridwan nak. Yang menjaga surga itu malaikat Ridwan."
Mendengar suara itu serta tepukan dilengan, membuatku beralih menoleh ke arah Kiri.
Oh my god...hampir saja aku berteriak saking terkejutnya. Makhluk jelek dan dekil seperti tak mandi bertahun tahun berdiri disebelah kiri ranjangku. Seketika, muncul pertanyaan dikepalaku. Bukankah katanya semua yang disurga itu indah? Lalu kenapa ada yang seperti ini?
Kepalaku kembali pusing. Tubuhku sedikit gemetaran. Apa mungkin saat ini aku sedang berada diantara surga dan neraka. Jangan jangan, aku sedang menunggu amalku ditimbang? Aku jarang beribadah semasa hidup. Apakah aku akan masuk neraka? Enggak, aku gak mau.
"Huaaaa....." Aku seketika menangis histeris. Rasanya benar benar takut membayangkan akan masuk neraka bersama makhluk dekil disebelah kiriku. Aku pernah melihat buku yang judulnya siksa neraka. Sangat mengerikan, aku gak mau masuk neraka, enggak.
"Kamu kenapa?" Malaikat tampan bertanya padaku.
"Hai...kamu kenapa?"
Aku yang masih ketakutan menunggu keputusan antara surga dan neraka tak menghiraukannya sama sekali. Aku terus saja menangis.
"Namamu siapa?" Si dekil bertanya. Seingatku dulu saat pelajaran agama di sekolah, pertanyaan pertama yang akan ditanya, adalah siapa Tuhanmu. Lalu ini, kenapa namaku yang pertama ditanya? Karena bingung sekaligus takut, aku tak menjawab pertanyaannya.
"Jangan jangan..." si dekil bersuara.
"Jangan jangan apa?" sahut si malaikat tampan.
"Dia anemia."
"Anemia?"
"Iya, anemia atau amenisa. Pak De lupa. Itu hilang ingatan."
"Amnesia maksud Pak De?"
Aku menangis sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Sama sekali tak menghiraukan obrolan mereka berdua.
"Ya, ya, itu yang pak de maksud. Am, am , am apa tadi?"
"Amnesia Pak De."
"Ya itu. Sepertinya dia amnesia. Buktinya dia tak ingat nama malaikat beserta tugasnya. Galang saja yang masih TK sudah hafal diluar kepala. Dan satu lagi. Saat ditanya nama, dia malah nangis. Dia pasti sedih karena tak ingat namanya. Kasihan sekali, cantik cantik tapi amnesia."
"Pak De yakin dia amnesia?"
Eh tunggu tunggu. Kenapa mereka malah bahas amnesia? Dan apa tadi? dia bilang aku gak hafal nama malaikat, kalah sama anak TK? Disaat aku masih bingung mencerna ucapan mereka, terdengar suara derap langkah yang sepertinya memakai sepatu pantofel
"Haaa...itu dia bu bidan datang." suara si dekil terdengar lega.
Mendengar kata bu bidan, aku berhenti menangis lalu menurunkan tanganku yang menutupi wajah. Tampak seorang wanita muda yang lumayan cantik, tapi masih kalah jauh sama aku, memakai jas berwarna putih.
"Bu Bidan, kayaknya dia am.....hilang ingatan." Kata si dekil.
"Hilang ingatan!" Bidan itu tampak terkejut.
Aku lebih terkejut lagi. Dia bilang aku hilang ingatan. Apa aku belum mati?
Tunggu tunggu, aku mengamati sekeliling. Tembok bercat putih, ranjang yang seperti brankar rumah sakit, dan....oh tidak, aku mencium aroma obat obatan. Jangan..jangan....ini bukan akhirat, tapi...
"Jangan takut mbak. Mbaknya selamat. Dan sekarang ada di puskesmas."
Glodak
Mataku membulat sempurna. Jadi ini puskesmas. Jadi aku masih di dunia, bukan di akhirat? Seketika aku bernafas lega. Ketakutanku akan masuk neraka berlahan hilang. Aku kembali menangis saking bahagianya. Ternyata Tuhan masih menyayangiku. Dia masih mengijinkan aku hidup didunia ini setelah kejadian menakutkan yang aku pikir akan membuatku kehilangan nyawa.
"Mbak nya tidak apa apa? Ada keluhan, apa yang sakit?" Bidan itu terlihat cemas melihatku menangis.
"Biar saya periksa detak jantungnya."
Wanita yang dipanggil bidan itu membernarkan letak stetoskopnya lalu memeriksa detak jantungku. Saat itu, aku hanya bisa diam saja sambil menurut.
Apa di puskesmas ini tak asa dokter? kenapa aku diperiksa bidan? emangnya aku mau melahirkan?
"Kasihan sekali sampai menangis seperti itu. Dia pasti sedih karena tak ingat apa apa." Ujar si dekil sambil mengelus dada. "Benarkan bu, dia hilang ingatan?" Lagi lagi dia bilang aku hilang ingatan. Entah apa yang ada diotaknya, kenapa dia terus saja bilang aku amnesia.
"Alhamdulilah detak jantungnya normal. Untuk masalah amnesia, saya tidak bisa memastikan. Harus dibawa kerumah sakit besar untuk mengetahui apakah ada masalah pada otaknya. Di puskesmas tidak ada alat seperti itu."
"Ini berapa?" Si dekil tiba tiba mengacungkan dua jarinya. Apa apaan ini, memang aku anak tk gak tahu itu berapa? Aku menyeka air mata dan menyusut hidung sampai terdengar suara sroottt......Baru saja aku mau membuka mulut untuk menjawab pertanyaanny, si dekil udah keburu berbicara.
"Tuh kan Bu, dia gak tahu. Dia hilang ingatan."
"Kamu ingat siapa nama kamu?" Tanya Bu Bidan.
"Ca_"
"Dia tidak ingat Bu." Lagi lagi si dekil memotong ucapanku. Entah punya dendam apa dia padaku, sejak tadi terus saja memfitnahku hilang ingatan. Mungkinkah dia adalah salah satu penggemarku yang aku tolak cintanya?
"Kamu tidak ingat apa apa?" Suara merdu malaikat tampan membuatku menoleh kearahnya. Pesonanya sungguh membuatku seperti terhipnotis. Ternyata di dunia ini, masih ada makhluk yang luar biasa tampan seperti dia. Kulitnya yang eksotis dengan garis wajah yang tegas, sungguh membuatku terpesona.
"Aku menemukanmu terdampar di bibir pantai."
Jadi...dia yang telah menolongku. Selain wajahnya yang tampan, ternyata dia juga orang yang baik.
"Kamu tak ingat, kenapa bisa sampai tenggelam dilaut?"
Aku terdiam, mencoba mengingat lagi kejadian yang membuatku terombang ambing dilautan dan hampir mati di karena tenggelam.
"Ck, dia amnesia Ru, mana mungkin dia ingat. Nama saja dia tak ingat." Cih, sok tahu sekali si dekil ini.
Akuu ingat, aku ingat semuanya karena aku tak amnesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
➳ᴹᴿˢ᭄ᴾᵘᵗᵃᵉ_𝐖𝐈𝐋𝐆𝐀⛅️🍒⃞⃟🦅
bagus lucu baca dijamin ketawa terus👍
2024-11-08
0
Modish Line
😂😂😂😂😂
2024-10-18
0
Deisy Isak
b.
2024-10-07
0