Anisa seperti terkena tembakan pistol yang telak mengenai hati nya. Entah kenapa rasa nya sesak mendengar ungkapan Bara yang mencintai wanita lain hingga saat ini.
"Kamu tidak keberatan bukan? kita menikah tanpa cinta dan saya yakin belum ada cinta di hati mu, karena kita baru pertama bertemu. Saya harap ini bukan hanya untuk sekarang, tapi untuk ke depan nya jangan pernah membiarkan hati mu mencintai saya, karena sampai kapan pun saya tidak akan bisa membalas perasaan mu. kita bisa menjadi teman, tapi tidak lebih, meski ada ikatan suci di antara kita," lanjut Bara menatap anisa yang masih terdiam.
"Ya Allah, jika ini jalan takdir yang Engkau garis kan untuk ku lewati, bismilah aku akan jalani," batin Anisa berdoa menyerahkan semua pada sang kuasa.
"Iya Mas, aku tidak keberatan, kita bisa menjadi teman seperti yang Mas katakan, tapi jika suatu saat Mas ingin bersama dengan cinta pertama Mas, katakan saja padaku, aku akan mundur karena aku tidak ingin menjadi penghalang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia rysa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Penulis hebat
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
"Apa yang kamu lakukan Rini? kenapa ingin menampar Nisa?" tanya Bara kaget melihat wanita yang sudah di anggap adik bersikap tidak sopan pada anisa.
"Kak, ini tidak seperti apa yang kakak lihat aku bisa jelaskan semua kakak jangan salah paham dulu," kata Rini sudah mulai takut semua usahanya sia-sia.
"Apa yang ingin kamu jelaskan Rini?"
"Cerita nya begini kak, saat masuk tadi aku berpapasan dengan kakak ipar, lalu aku menyapa nya, tapi sapaan ku di balas tidak baik, aku malah di bilang perempuan munafik yang mendekati kakak karena ada niat terselubung," bohong Rini mengarang cerita.
Bara mendengar itu menoleh menatap anisa, dan wanita yang di pandang bara hanya tersenyum di balik cadar.
Lagi dan lagi keraguan tidak percaya pada bara pada nya kini membuat nya bingung. Bara seperti pria bodoh yang mudah di tipu dengan sebuah karangan cerita.
"Aku tidak akan menjelaskan apapun, semua terserah Mas lebih percaya pada ku atau adik kesayangan Mas ini," kata Anisa lalu beralih menatap Rini.
"Jika kamu berniat menjadi penulis scenario katakan saja padaku, nanti akan ku bantu mendaftar siapa tau karangan cerita mu di terima saking bagus. Satu lagi jika kamu ingin alur cerita lebih bagus bisa diskusikan sama kakak kesayangan mu, benar begitu Mas?" tanya Anisa kembali menatap Bara.
"Apa maksud mu Nisa?" Bara menatap Anisa tanda tanya tak mengerti.
"Lupakan saja, seperti nya kakak mu tidak mengerti. Rini jika kamu berkenan silakan jelaskan apa maksud ku tadi. Oh iya Mas terima kasih untuk pembelaan mu barusan, tapi aku rasa itu tidak perlu. Aku bukan perempuan lemah, kamu tau masa lalu ku seberat apa, aku harap kamu tidak melupakan itu hanya karena ada nya adik tercinta mu," ujar Anisa, rasa nya sudah cukup bersikap baik pada orang yang selalu tak pernah menganggap nya ada.
Anisa akan menunjukkan jati diri nya mulai saat ini, dan untuk rini dia akan ladeni tapi bukan dengan cara yang sama biasa perempuan itu tunjukkan.
Perempuan yang pintar tidak akan melakukan hal yang bodoh hanya untuk membuktikan diri nya benar. Kunci dari semua itu adalah satu kepercayaan.
Jika tidak ada kepercayaan semua pembuktian kebenaran itu tidak akan bertahan lama, karena apa? jika ada kesalahan lain dan tak mendapat kan bukti, apa kita akan bisa di percayai lagi? tidak, maka dari itu saling percaya adalah kunci paling penting dalam hidup.
Tapi seperti nya itu sulit meski berada di dunia novel atau dunia nyata kepercayaan.
"Cih, kau akan menyesal dengan perkataan mu hari ini, semakin ku biarkan kau semakin berani melawan, mari kita lihat setelah ini apakah kesombongan mu itu akan masih ada?" monolog Rini muak dengan semua ucapan Anisa sok hebat dan itu sangat membuat nya ingin menghabisi anisa.
"Aku pergi dulu Mas, ingat pesan ku tadi di dalam, tapi jika kamu menganggap tidak penting semua terserah kamu, itu hak mu, karena tugas ku sebagai istri sudah mengingatkan mu," sambung Anisa lalu beranjak pergi meninggalkan kedua orang terserah.
Bara tidak tau harus berkata apa, dia sangat ingin mengejar anisa, tapi di sisi lain dia tidak tega melihat rini tertunduk dengan wajah sedih.
"Maafkan aku Nisa, sekarang aku tidak bisa menuruti mu, tapi aku janji akan menjaga batasan," batin Bara sedih, keadaan nya benar-benar membuat nya tidak bisa memilih.
Keluar dari perusahaan, anisa melangkah kan kaki lebih cepat ke arah jalan.
Berada di dalam sana benar-benar membuat dada anisa sesak.
"Hidup di bayang-bayang masa lalu dan ketidak percayaan suami ternyata sesakit ini, kenapa rasa sakit nya mengalahkan masa lalu ku. Apa yang harus ku perbuat? pulang, itu hanya akan membuat ayah marah," ucap Anisa bingung.
Anisa terus berjalan tanpa berniat menghentikan taksi.
Motor mobil berlalu lalang, dan anisa mendengar jelas semua suara ribut itu.
Tanpa sengaja pandangan anisa mengarah pada toko di sebrang jalan sana, seperti nya toko tersebut bisa di sewa di lihat dari poster yang terpajang besar.
Tanpa berpikir panjang lagi, anisa menyebrangi jalan tersebut dan mendekati toko itu. Dia tertarik dan kebetulan saat ini dia berencana untuk membuka toko.
Anisa berharap dengan ini dia tidak akan kepikiran dengan masalah nya lagi.
"Bismilah, ini pasti jalan yang di tunjukkan Allah untuk ku," batin Anisa sambil tersenyum yakin.
Tiba di depan toko tersebut, anisa mengeluarkan ponsel dari tas selempang nya, dan lalu mencatat nomor telpon pemilik toko untuk di hubungi.
Beberapa menit kemudian, setelah berbicara melalui sambungan telpon. Anisa duduk dan kebetulan di depan toko itu ada dua bangku.
Selama duduk menunggu anisa menyibukkan diri dengan melihat-lihat desain yang belum sempat di gambar lanjut, rencana nya akan di lanjutkan di kantor mas bara, tapi semua keburu berantakan.
Hubungan yang di harapkan akan membaik tanpa ada gempa ternyata tidak sesuai.
Gempa kecil itu kini berhasil membuat hubungan yang baru di mulai bangun rusak sebelum terbangun sempurna.
Sedang kan di sisi lain, rini memainkan drama nya seolah menjadi wanita menyedihkan.
"Rini, sudah jangan sedih lagi, maaf saya tidak bermaksud kasar padamu, saya juga minta maaf atas sikap anisa kurang baik padamu. Saya yakin anisa tidak bermaksud seperti itu," kata Bara tulus.
"Kak, apa aku begitu buruk di mata kakak ipar? kenapa aku selalu di nilai buruk pada nya, padahal niat ku baik, aku sudah menganggap kakak ipar kakak ku sendiri, atau aku memang tidak pantas untuk di anggap adik?" tanya Rini dengan menampilkan wajah sedih.
Bara tidak tega melihat rini yang benar-benar sedih, akhir nya dia memeluk rini memberi ketenangan semua akan baik-baik saja.
"Sebenarnya apa yang terjadi, apa nisa tadi mengatakan sesuatu yang menyakitkan hati rini hingga dia bersikap semarah itu?" monolog Bara bertanya-tanya bingung harus percaya pada siapa.
Mengingat tadi anisa keluar meninggalkan ruangan nya dengan kondisi tidak baik, membuat bara yakin jika anisa pasti melawan sesuatu yang salah.
Tanpa bara sadari, rini tersenyum di balik pelukan nya.
"Kau lihat saja aku akan merebut kak bara dari mu, bersiaplah menemui ajal mu, aku tidak akan membiarkan mu hidup lebih lama lagi, kehadiran mu sudah ku anggap remeh, kau begitu muda mengambil hati kak bara, sedangkan aku yang sudah bertahun-tahun selalu gagal tidak berhasil. Jika aku tidak mendapat kan kak bara kamu pun pun sama tidak boleh," batin Rini.
"Maafkan aku nisa, aku mencintai mu, tapi sekarang rini sedang membutuhkan ku. Aku tau kamu perempuan kuat tidak dengan rini, dia begitu rapuh," sambung Bara dalam batin.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...