Keberanian Dila, seorang gadis tunarungu yang menolong pria tua penuh luka, membawanya pada nasib cinta bagai Cinderella untuk seorang anak pungut sepertinya.
Tuduhan, makian, cacian pedas Ezra Qavi, CEO perusahaan jasa Architects terpandang, sang duda tampan nan angkuh yang terpaksa menikahinya. Tak serta merta menumbuhkan kebencian di hati Dilara Huwaida.
"Kapan suara itu melembut untukku?" batinnya luka meski telinga tak mendengar.
Mampukah Dila bertahan menjadi menantu mahkota? Akankah hadir sosok pria pelindung disekitarnya? Dan Apakah Dila mempunyai cerita masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. TIDAK PEKA
"Janji apalagi yang kau sodorkan pada putriku?" sentak Ruhama pada Ezra.
"Tidak ada, hanya keinginan menjaga Anda juga Dila," kilah Ezra sebisanya mengelak.
"Pantas Dila menjadi pembangkang, sudah ku duga kau penyebabnya, Tuan muda."
"Bu, sudah. Tak baik kisruh di depan makanan. Biarkan Bang Ezra sarapan dan ayo kita ke rumah sakit, aku tahu Ibu sakit bukan dari Abang," Dila menulis panjang dalam catatannya untuk Ruhama.
"Kau membelanya, Dila? yang sudah membuatmu jauh dari Ibu?" cecar Ruhama lagi pada Dila.
"Dia suamiku, kewajibanku taat padanya kini. Juga pada Ibu, aku masih ingin berbakti. Bang Ezra berniat baik, agar Ibu kembali sehat dan bisa menjagaku. Juga agar aku tenang jika memang harus mengikuti Abang tinggal di kota lain. Maafkan kami, Bu." Dila menghapus bulir yang jatuh dari sudut matanya.
"Ini benar keinginanmu, Dila? bersamanya? demi aku?" desak Ruhama ingin mendapatkan jawaban langsung dari Dila bahwa dia melakukan ini karena kondisinya.
"Keinginan ku dengan Bang Ezra. Bukan karena kondisi Ibu, aku bahkan baru tahu pagi ini tentang niatan Abang yang mengajak Ibu medical check up."
"Maaf Bu, aku hanya ingin berbakti pada Ibu. Jangan pikirkan aku, in sya Allah akan bahagia dengan caraku nanti," Dila berujar dalam hati.
Ruhama menangis. Dila melakukan ini untuknya, namun tetap tak mengakui alasan sebenarnya.
"Baik, asal Dila tenang dan semoga bahagia. Pergilah, ikut suamimu. Ibu tetap akan menjalankan pengobatan meski tanpa kalian, semoga jalan putriku ke depan lega tanpa aral," ucap Ruhama melihat Ezra.
"Alhamdulillah, akan aku siapkan segera Bu. Yang terbaik bagi Ibu karena istriku, Dila," imbuh Ezra lagi.
Ketiganya sarapan dalam diam. Sibuk memikirkan waktu yang akan dijalani mulai esok hari.
Ruhama memikirkan pengobatannya. Dila kesulitan menghadapi karakter Ezra yang temperamen. Juga sang pria tampan dengan kondisi Dila demikian, akan diletakkan dimana mukanya nanti.
Tepat jam sembilan. Keluarga Ruhama meninggalkan kediamannya menuju rumah sakit.
Dila sudah menyiapkan baju ibunya dalam koper. Juga miliknya dan sang suami, karena Ezra meminta Dila tinggal di Mansion jika Ruhama mulai pengobatan. Terlebih jika langsung opname siang ini.
Rolex menjemput majikannya tak lama setelah dia menerima panggilan Ezra. Dan kini mereka telah tiba di rumah sakit.
Tiga puluh menit berlalu.
Dila dan Ezra masih menunggu hasil lab Ruhama keluar. Mereka duduk di lorong tak jauh dari sana.
"Ezra, honey," panggil seorang wanita pada Ezra
"Oh f-uck, dia lagi." Ezra mendelik marah.
"Aku kangen kamu, kita balikan ya. Mumpung masih iddah," ujarnya mendekati Ezra.
"Iddah seharusnya dirumah, tidak kelayapan begini Cheryl, lepaskan aku." Ezra berusaha melepaskan cekalan di lengannya.
"Ku dengar kau telah menikah lagi? istrimu pesakitan kah? kau kasihan padanya? Aku menerima jika kau tak ingin menceraikan dia. Pasti istrimu itu tak dapat melayani dengan baik nanti, kan sayang," bujuknya manja menduselkan dadanya pada lengan Ezra.
Ezra bangkit. Menepis kasar Cheryl hingga Rolex datang menyeret wanita itu dari hadapan majikannya.
"Lex, bawa dia pergi jauh dariku," pinta Ezra saat Rolex datang.
"Mari Nyonya," Rolex menarik lengan Cheryl paksa.
"Lepas!" bentaknya tak terima atas perlakuan Rolex.
"Mana istrimu?"serunya pada Ezra.
" Dia?" Cheryl menunjuk Dila.
"Bukan urusanmu, pergilah. Kita tak ada hubungan apapun lagi," Ezra melangkah pergi meninggalkan Cheryl.
Lupa bahwa ada Dila yang duduk melihat semua kejadian memalukan di depannya.
"Ezra, Ezra!" Cheryl berteriak bagai kerasukan.
"Tolong jaga ketertiban umum, dilarang berteriak disini Nyonya," tegur security yang melintas.
Rolex meminta agar petugas keamanan membawanya pergi.
"Beliau mantan istri Bang Ezra, Tuan Rolex? sangat cantik dan seksi," Dila menulis untuk Rolex setelah Cheryl pergi.
Rolex yang masih berdiri disana hendak menyusul sang Bos, urung setelah membaca catatan Nona mudanya.
" Iya, Nyonya," jawab Rolex lugas.
"Dila saja, aku bukan Nyonya mu, hanya status diatas kertas," Dila membalas dengan menulis dan sebuah senyuman.
"Tetap saja, menurut hukum pernikahan, Anda adalah istri Tuan Muda, Nyonya Dilara Qavi."
"Dila, jika tanpa kehadiran Abang, Ok? aku sungkan menerima nama itu," ujar Dila mencoba berbicara dengan Rolex.
"Anda bisa bicara?" tanya Rolex dengan wajah terkejut seakan tak percaya.
"Bisa tapi sedikit dan tak jelas," jawab Dila sungkan saat ditatap oleh Rolex.
"Tapi aku mengerti apa yang Anda ucapkan, ingin belajar bahasa isyarat Nyonya? aku akan siapkan guru privat. Bukankah Anda juga telah mempelajari ilmu itu? juga membaca gerakan bibir?" Rolex antusias menyelidiki kemampuan Dila. Dia menulis kalimat panjang pada catatan yang dipegang oleh sang Nyonya.
"I-iya, tak tuntas," lirih Dila.
"Cobalah lagi, pasti akan sangat berguna dimasa depan." Rolex urung pergi.
Lelaki itu justru duduk di bangku yang sama meski menjaga jarak dengan Nyonya mudanya. Ia lupa jika membawa sesuatu.
Rolex mengeluarkan buku catatan kecil dari saku jasnya dan mengikuti Dila menulis guna menyampaikan maksudnya.
"Tuan muda pasti akan senang jika mengetahui Anda dapat bicara meski semua ini butuh latihan untuk menjadi lebih baik." Rolex menulis kembali.
"Jangan bilang pada Bang Ezra ya, rahasia antara kita saja. Aku ingin memberinya kejutan," balas Dila menanggapi Rolex.
"Sejujurnya, Bang Ezra melarang ku bicara padanya," batin Dila.
Keakraban antara Rolex dan Dila tak luput dari perhatian Ezra dikejauhan. Ia amat penasaran mengapa Rolex sampai tertawa padahal mereka hanya saling menulis.
"Tuan muda, maaf tidak menyusul Anda," Rolex bangkit saat melihat Ezra mendekat.
"Terlalu asik dengan dia, Lex?" sindir Ezra pada keduanya.
"Hanya obrolan biasa, tentang Nyonya Cheryl, beliau menanyakan padaku siapa yang tadi memanggil Anda dengan sebutan Honey," Rolex berkilah.
"Dila," Ezra mengibaskan tangannya di depan wajah Dila yang menunduk.
Dila mengangkat wajahnya pelan menatap sang suami.
"Bukan urusanmu, jangan ikut campur. Kau tidak berhak," ketus Ezra saat Dila melihatnya.
"Iya, maaf. Tidak akan diulangi." Tulis Dila kembali menjawab pernyataan Ezra.
"Bagus. Diam dan ikuti perintahku, kau paham?" titah Ezra.
Dila hanya mengangguk, kemudian membuang pandangannya pada taman di belakang Ezra.
Rolex menggelengkan kepala melihat tingkah bosnya ini. Sungguh tidak peka, pikirnya.
"Keluarga Nyonya Ruhama." Petugas medis memanggil Dila.
"Iya, kami." Ezra mendekat.
"Hasilnya sudah keluar, dan akan dibacakan oleh dokter sore nanti, pasien dianjurkan langsung masuk kamar perawatan lebih dulu karena kondisinya lemah setelah serangkaian test sejak pagi tadi," jelas sang petugas medis.
"Baik, sudah kami urus administrasinya Bu," Sahut Rolex.
"Bos, silakan ke VVIP lantai tiga kamar Dandelion 5," ujar Rolex pada Ezra, juga memperlihatkan catatan pada Dila.
"Kau jadi seperti Dia, Lex?" tanya Ezra seraya berjalan menuju lift.
"Aku hanya menyesuaikan diri dengan kondisi majikanku, Tuan Muda," jawab Rolex menohok.
"Maksudmu, aku tidak peka?" Ezra mendeliki tajam pada Rolex.
.
.
...________________________...
...Lelahnya 🤭, siap-siap mau lempar bom ah....