NovelToon NovelToon
Unforgotten Memories

Unforgotten Memories

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Setelah pernikahan yang penuh kekerasan, Violet meninggalkan segala yang lama dan memulai hidup baru sebagai Irish, seorang desainer berbakat yang membesarkan putrinya, Lumi Seraphina, sendirian. Namun, ketika Ethan, mantan suaminya, kembali mengancam hidup mereka, Irish terpaksa menyembunyikan Lumi darinya. Ia takut jika Ethan mengetahui keberadaan Lumi, pria itu akan merebut anaknya dan menghancurkan hidup mereka yang telah ia bangun. Dalam ketakutan akan kehilangan putrinya, Irish harus menghadapi kenyataan pahit dari masa lalunya yang kembali menghantui.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 5

"Cepat, Mami ingin lihat kalau anak Mami sudah tumbuh besar!" Irish segera menarik Vivi dan Nathan ke dalam pelukannya, mengelus rambut mereka dengan lembut.

"Mami, kami kangen sekali," suara Vivi yang lembut dan Nathan yang tenang membuat Irish merasa hati ini penuh dengan rasa iba dan kesedihan.

Irish bisa merasakan kerinduan Vivi dan Nathan padanya, tapi di sisi lain, ia juga tahu bahwa mereka berdua berusaha menahan kerinduan ini agar tidak membuat Irish semakin merasa bersalah.

Vivi dan Nathan baru berusia 4 tahun, namun sudah bisa berpikir sedalam itu. Memandang anak-anaknya, hati Irish pun semakin berat.

Irish memeluk Vivi dan Nathan sebentar. Dari kejauhan, Yunita mertua dari Jessi yang sedang mengawasi Ellia, anak Jessi, akhirnya menyadari kehadiran Irish.

Yunita, yang berusia 50 tahun itu mengenakan gaun abu-abu bermotif bunga-bunga dengan sepatu kain hitam buatan tangan. Ia tidak mengenal Irish, lalu berteriak pada Irish.

"Hei, siapa kamu?"

"Mami Irish..." Ellia yang mengenali Irish segera berlari menghampirinya.

"Wah, Ellia semakin cantik ya!" Irish tersenyum sambil mengelus kepala Ellia yang langsung melompat ke dalam pelukannya.

Yunita yang mendekat, memeriksa penampilan Irish dengan seksama. Ia melihat wanita itu cukup elegan, mengenakan dandanan yang rapi, seolah tak ada yang salah dengannya. Namun, Yunita merasa ada sesuatu yang ganjil. Seorang wanita seperti ini belum menikah dan malah harus menitipkan anaknya kepada orang lain.

Namun setelah melihat hadiah yang dibawa Irish, wajah Yunita sedikit melunak. "Sahabatnya Jessi, ya?" tanyanya, sambil mengamati banyaknya barang bawaan Irish.

"Benar, ibu. Apa kabar?" Irish tersenyum, mengangkat sedikit barang-barangnya, menghargai Yunita meskipun ia merasa tak nyaman dengan sikapnya.

"Repot-repot sekali bawa barang sebanyak ini," kata Yunita sambil melirik hadiah itu, sedikit tidak puas.

"Jessi sudah sangat banyak membantu merawat Vivi dan Nathan. Hadiah ini hanya sedikit yang bisa saya bawa sebagai tanda terima kasih," jawab Irish tulus. Ia benar-benar berterima kasih kepada sahabatnya yang telah banyak membantunya.

"Mm...," Yunita agak ragu.

"Jessi memang sangat menyayangi anak-anak ini."

Yunita mengamatinya sejenak, lalu mengubah topik. "Irish, hari ini kamu datang sendiri saja? Tidak ada teman atau siapa-siapa yang mau dikenalkan ke Vivi dan Nathan?" Suaranya terdengar bernada tersirat, "Vivi dan Nathan ini cukup kasihan juga, kecil-kecil begini sudah tidak punya ayah. Menurutku..."

"Bu!" Irish terpaksa memotong kalimat Yunita. Ia tahu betul bahwa diskusi seperti ini tak seharusnya dibicarakan di depan anak-anak, apalagi Vivi dan Nathan yang masih kecil.

Hatinya sudah keras. Saat ini, Irish hanya ingin fokus pada pekerjaannya dan membesarkan mereka dengan sepenuh hati. Tidak ada tempat untuk pria baru dalam hidupnya.

"Kenapa kamu tidak mau mendengarkanku?" Yunita bertanya tajam, tampaknya merasa tidak senang karena perkataannya dipotong begitu saja.

"Aku cuma ingin yang terbaik untukmu, perempuan seumuranmu, mau mengumpulkan uang sebanyak apapun, tetap saja harus bergantung pada seorang pria. Lihatlah Jessi, dia beruntung menikahi laki-laki yang sangat baik."

Irish menggeram dalam hati, menahan diri untuk tidak membalas kata-kata tajam Yunita. Ia tak ingin berdebat, apalagi di hadapan anak-anaknya. Ia memilih untuk tetap tenang.

"Bu, aku rasa lebih baik kita naik dulu, Jessi pasti sudah menunggu," Irish berusaha mengalihkan pembicaraan, mengambil keputusan cepat untuk melanjutkan perjalanannya.

"Ya sudah, kamu memang keras kepala," Yunita mengomel.

"Tapi jangan bilang aku tidak memperingatkanmu. Laki-laki itu sulit ditemukan. Lihatlah Jessi, dia beruntung sekali menikahi laki-laki yang sangat baik!" ujarnya, lagi-lagi memuji anaknya.

Irish hanya tersenyum sinis dan menggandeng Vivi dan Nathan pergi. Ketegangan masih terasa di antara mereka.

Vivi dan Nathan yang digandeng, menoleh ke belakang, memperhatikan nenek yang terus mengomel itu. Kata-kata nenek masih terdengar jelas di telinga mereka.

Melihat Irish pergi dengan marah, Yunita segera menggendong Ellia dan mengejar mereka. Setelah berhasil menyusul, ia melewati mereka dan mengomel, "Air susu dibalas air tuba, tak tahu terima kasih!"

Irish tetap diam, hatinya sudah dipenuhi dengan amarah, tapi ia menahan diri. Nafas panjang ia dihela, mencoba menenangkan diri.

Tiba-tiba, Nathan menarik Irish dengan tangan mungilnya.

"Mami!"

Irish menatap mata Nathan yang penuh perhatian dan langsung berlutut, menatapnya dengan serius.

"Ada apa, sayang? Ada yang ingin kamu katakan?"

"Mami, apa itu anak buangan?" suara Nathan sangat lirih, matanya yang bening memancarkan rasa ingin tahu yang mendalam.

Irish terhenyak. Hatinya terasa sesak. Vivi dan Nathan yang baru berusia 4 tahun seharusnya sedang sibuk bermain, bukan memikirkan kata-kata orang dewasa.

"Sayang," Irish mengelus pipi Nathan dengan lembut, berusaha menenangkan hati anaknya, "itu bukan hal yang perlu kalian pikirkan. Yang terpenting, Mami sangat mencintai kalian berdua."

Vivi dan Nathan menunduk, memikirkan sesuatu dalam diam. Irish tetap berlutut, menunggunya dengan sabar.

Setelah beberapa saat, Vivi akhirnya mengangkat wajahnya dan bertanya, "Apa kami anak buangan? Apa Mami jadi tidak senang karena kami?"

Irish langsung memeluk mereka dengan penuh kasih.

"Tidak! Tidak sama sekali!" jawabnya dengan cepat, meyakinkan anak-anaknya.

"Kalian adalah anak Mami yang paling berharga, kalian adalah alasan Mami terus berjuang hidup."

Mata Vivi dan Nathan bersinar mendengar kata-kata itu.

"Benarkah? Kami bukan anak buangan?"

"Benar sayang," Irish membalas dengan senyuman penuh kasih.

"Kalian adalah segalanya bagi Mami. Kalian adalah kebahagiaan Mami."

BERSAMBUNG...

Visual: Vivi

Visual: Nathan

1
Ddek Aish
jangan sampai Irish pingsan pas peragaan busana karna liat Ethan
Ddek Aish
Irish kebanyakan ngelamun. tunjukkan kalau kamu serba bisa
Nurul Boed
masa kejayaan Irish alan Dimulai 🥰😍
Yunita aristya
jeng jeng jeng ....Ethan pasti ikut acara itu 🤭gimana ya reaksi nya
Maple latte
Typo tayhank, maksudnya Dion, tapi malah tulisnya Zayn 🤭
WOelan WoeLin
apakah tokoh Zayn disini ada 2🤔🤔🤔
Nurul Boed
Ethan pulang ayo pulangg...
Ddek Aish
elah Zayn Zayn di buta mata dan hati karena cinta tak terbalas
Nurul Boed
sedih banget sich kak
Ddek Aish
sadarlah Zayn dia hanya memanfaatkan kamu
Ddek Aish
jangan sampai hamil lagi Irish
Ddek Aish
jangan sampai jatuh cinta lagi sama Ethan
Ddek Aish
apa Zan berhasil menyabotase pekerjaan Irish
Ddek Aish
dasar nenek2 kepo
Ddek Aish
Zayn kau bodoh sekali di manfaatkan oleh Carisa bukalah matamu Zayn
Ddek Aish
mampus kau Ethan membuang berlian demi batu kali. diselingkuhi nggak sadar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!