Lanjutan dari "Istri Bar-Bar Milik Pak Dosen"
"Perasaanku sudah mati sejak lama. Tidak ada satu pun di antara kalian yang mampu membuat hatiku kembali bergetar seperti dulu. Berhentilah! Aku tidak akan memilih satu di antara kalian. Jangan perjuangkan sesuatu yang sia-sia!" ~Diandra.
"Aku tidak akan berhenti! Aku akan terus berjuang untuk mendapatkan hatimu kembali! Maafkan aku yang sudah pernah menorehkan luka yang sangat dalam di hatimu! Kamu tidak perlu memberi aku kesempatan, karena aku yang akan berusaha mendapatkan kesempatan itu!" ~Alden.
"Aku tidak akan berhenti! Aku mencintaimu apa adanya. Tapi, aku tidak akan egois. Semua terserah padamu. Aku tau betapa hancurnya hatimu, dan bukanlah hal mudah untuk kembali jatuh cinta setelah sakit yang teramat dalam. Aku ingin menjadi penyembuh hatimu yang luka, tapi itu semua terserah padamu. Siapa pun yang kamu pilih, aku harap kamu akan bahagia nantinya." ~Austin.
"Mau bermain? Bagimana jika kita putar balik alurnya." ~Unknown
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakkan Abimanyu
Tit ... tit ...
Suara monitor terus berbunyi. Kondisi Alden benar-benar lemah, pasalnya urat nadi-nya hampir saja putus. Andai Alden tidak segera dibawa ke rumah sakit saat itu, maka dapat dipastikan laki-laki itu akan menghembuskan napas terakhirnya.
"Hiks ... hiks ...." Elena yang mendapat kabar bahwa anaknya dibawa ke rumah sakit tentu langsung segera menyusul bersama suaminya.
Rara yang melihat mantan ibu mertuanya menangis langsung menggenggam tangannya, untuk menguatkan wanita itu.
"Sudah Mah, Pak Alden pasti baik-baik saja. Jangan menangis terus seperti ini," ucap Rara pada Elena. Rara memilih untuk memanggil Alden dengan panggilan bapak saja, karena kata mas sedikit tidak pantas menurutnya, sementara mereka sudah tidak memiliki hubungan apa pun saat ini.
"Ra, tidak bisakah kamu memaafkan dia? Percayalah, dia sudah sangat menderita sejak kamu pergi." Elena memandang sendu perempuan yang sekarang sudah menjadi mantan menantunya.
"Rara sudah memaafkan semuanya, Mah. Tidak mungkin Rara membenci Pak Alden, sementara dia adalah Ayah kandung dari anak-anak," sahut Rara dengan lembut.
"Apakah kamu tidak berniat untuk kembali?" tanya Elena.
Austin yang sedang mengganti infus Alden sontak terdiam. Tiba-tiba saja dirinya ingin mendengar jawaban Rara.
Meski Austin adalah dokter kandungan, tapi jika urusan memasang infus saja, dia tentu bisa. Sebenarnya sebelum berkuliah di jurusan spesialis kandungan, dirinya dulu sempat berkuliah di jurusan dokter umum, dan mendapatkan nilai tertinggi di kampusnya. Tapi, karena tertarik dengan jurusan spesialis kandungan, maka setelah ia lulus, dia langsung kembali melanjutkan pendidikannya di jurusan spesialis kandungan.
"Itu tidak akan pernah!" Bukan Rara yang menjawab, tetapi Abimanyu lebih dulu menyahutinya.
"Jangan pernah kalian meminta putriku untuk kembali dengan laki-laki seperti putra kalian, karena sampai kapan pun aku tidak akan sudi memiliki menantu seperti dia!" lanjut Abimanyu dengan sorot mata yang tajam.
"Ta-tapi Bi, kamu tau kan kalau Alden juga korban di sini, dia juga dijebak oleh para ba***gan itu. Ini semua hanya karena salah paham. Lagian anak-anak pasti sangat membutuhkan kasih sayang seorang Ayah." Elena berusaha untuk meluluhkan hati Abimanyu, berharap pria itu mau kembali menerima Alden, karena bagaimana pun Alden tidak sepenuhnya salah menurutnya.
Abimanyu terkekeh sinis, merasa ucapan wanita itu sangat lucu dan konyol. "Terlepas itu dijebak atau tidak, tapi bukankah kamu memiliki otak Elena? Jangan pernah berpikir saya akan kembali menerima dia, hanya karena bantuan kalian di masa lalu. Percayalah saya sudah sangat menyesal menjodohkan putri saya dengan laki-laki br***sek itu! Andai waktu bisa diputar, saya lebih memilih untuk bangkrut dari pada menghancurkan masa depan putri saya. Kamu pikir Elena, bagaimana mungkin ada seorang laki-laki yang menginap di rumah sakit selama tiga hari, hanya untuk menjaga dan merawat wanita lain? Logikanya gini, kalau dia benar-benar sayang dan cinta dengan istrinya, maka dia tidak akan sanggup untuk tidak melihat wajah istrinya meski hanya sehari. Tapi kamu lihat apa yang sudah dilakukan putra kesayangan kamu! Dia sanggup melakukannya, dia bahkan tidak berniat untuk keluar dari rumah sakit tersebut hanya karena rengekken wanita gila itu! Dan yang lebih parahnya, dia bahkan tidak menghubungi istrinya selama tiga hari itu! So, saya ingin bertanya, apa yang akan kamu lakukan jika Mike menjadi br***sek seperti itu? Apa kamu akan kembali?" Ucapan Abimanyu sontak membuat Elena terdiam, dia merasa sangat tertohok.
Mike sendiri memilih untuk diam. Saat mengingat apa saja yang sudah putranya lakukan, dia kembali merasa kecewa. Tapi, melihat kondisi putranya sekarang membuat dirinya merasa kasihan.
Mike sendiri sangat yakin jika seluruh keluarga Jonshon sudah tau seperti apa penderitaan dan apa saja yang sudah dilakukan Alden sejak kepergian Rara. Tapi, mereka seolah-olah menutup mata, dan terus menganggap Alden salah.
'Apa yang harus Papah lakukan, Nak? Apakah Papah harus membantumu? Atau lebih baik Papah membawa kamu pergi jauh untuk menghilangkan rasa cinta kamu pada Rara? Setelah itu kembali untuk bertemu anak-anakmu saja? Papah sakit melihat kamu seperti ini. Papah tau kamu ingin berjuang, tapi entah kenapa Papah merasa itu semua akan sia-sia, dan berakhir dengan tangan kosong. Papah takut kamu akan semakin terluka, baik fisik mau pun hatimu. Tapi, itu tidak akan mungkin, karena kamu pasti ingin berjuang, dan berusaha di dalam kata tidak mungkin itu. Percayalah, meski mulut Papah mengatakan memutuskan ikatan keluarga, tapi Papah tetap sayang pada kamu, dan terus menganggap kamu sebagai putra Papah. Doa Papah akan selalu menyertaimu, Nak. Papah berharap apa yang kamu perjuangkan ini membuahkan hasil' batin Mike sambil menatap putranya yang terbaring tidak berdaya.
"Saya bahkan lebih menyetujui jika Rara bersama dengan Austin!" lanjut Abimanyu.
Rara yang mendengar ucapan ayahnya sontak meneteskan air mata, saat kenangan-kenangan itu kembali muncul di ingatannya. Apa yang diucapkan ayahnya sangat benar! Jika Alden mencintainya, maka laki-laki itu pasti tidak akan sanggup untuk tidak melihat wajahnya meski hanya sehari.
Rara menghapus air matanya dengan kasar. "Rara memaafkan Pak Alden, Mah. Tapi, maaf, jika untuk kembali, Rara benar-benar nggak bisa. Tapi, Rara berjanji untuk tidak melarang Pak Alden jika ingin bertemu dengan anak-anaknya," ucap Rara apa adanya.
Austin yang mendengar ucapan Abimanyu yang mengatakan menyetujui Rara bersama dengan dirinya sontak saja tidak mampu menahan senyum. Laki-laki itu tersenyum lebar. Ah, dia sudah mengantongi restu dari calon mertunya, kini yang perlu dia dapatkan adalah hati perempuan tersebut.
'Sumpah, seketika gue pengen ngadain karaoke di ruangan ini' batin Austin.
Abimanyu tersenyum tipis saat melihat tingkah konyol Austin. Bagaimana tidak konyol, laki-laki itu hanya memutar selang infus tersebut, sedangkan infusnya sudah ia pasang sejak tadi.
'Saya tau kamu tulus pada putri saya, Ar. Saya harap kamu bisa memenangi hati putri saya' batin Abimanyu.
"Cih ... dia ternyata sangat bodoh, bahkan mungkin orang yang paling bodoh yang pernah saya temui! Bagimana mungkin berniat bunuh diri dengan cara kuno? Kenapa hanya berniat memutuskan urat nadi? Kenapa tidak sekalian memotong tangannya? Jika sudah seperti ini, hanya merepotkan orang saja!" Abimanyu sama sekali tidak merasa bersalah telah mengatakan kata-kata itu.
"Kau benar, Kek! Kenapa dia berniat bunuh diri setengah-setengah? Jika aku tau dia ingin bunuh diri, mungkin aku akan segera berlari menuju dapur yang ada di perusahaan Mommy untuk menyumbang sebilah pisau untuknya," celetuk Naya.
Abimanyu sontak membekap mulutnya. Ah, dia lupa jika cucu-cucunya berada di ruangan tersebut juga.
"He-he, Kakek cuman becanda kok, Nay." Abimanyu cengengesan di hadapan cucu perempuannya. Itu semua dia lakukan agar cucunya tidak membenci ayah kandungnya sendiri. Meski dia benci dengan Alden, tapi itu tidak ada sangkut pautnya dengan cucu-cucunya. Bagaimana pun mereka juga harus mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah.
"Tapi waktu itu Nay panggil Daddy Alden dengan panggilan Daddy kalau nggak salah," celetuk Kelvin dengan tampang polosnya.
Naya berdecak kesal mendengar ucapan abangnya. Kenapa Kelvin sangat suka menjahilinya?
"Eum ... aku hanya berniat memanggilnya dengan panggilan khusus, karena aku berpikir untuk yang terakhir kalinya. Tapi sayangnya, nyawanya ternyata tertolong," sahut Kanaya berdalih.
"Apa kalian tidak mau memaafkan Daddy kalian?" Elmira yang sejak tadi diam saja, tiba-tiba bertanya pada kedua cucunya.
"Aku memaafkan Daddy Alden kok. Aku menyayangi Papah Austin. Tapi entah kenapa aku juga menyukai dan menyayangi Daddy Alden." Kelvin menjawab dengan antusias.
"Jadi, tidak bisakah Mommy memiliki dua suami saja?" tanya Kelvin dengan polos sambil menatap Rara.
Rara tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana mungkin putranya menanyakan hal sekonyol itu? Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga anak kecil. Rara memilih untuk tidak menjawabnya.
"Aku ... aku belum bisa memaafkan dia. Menurutku penderitaannya masih kurang. Dan aku hanya menyukai Papah Austin! Bukan laki-laki seperti dia yang sudah menyia-yiakan Mommy!" ucap Naya dengan suara datar. Meski apa yang ia ucapkan tidak sepenuhnya benar.
Abimanyu menatap cucu perempuannya dengan intens. Kenapa anak se usia Kanaya bisa bersikap datar dan dingin, bahkan kasar? Kenapa anak itu tidak seperti anak pada umumnya?
"Apa kamu genius, Nay? Apa kamu bisa meretas?" Tiba-tiba saja pertanyaan konyol itu keluar begitu saja dari mulut Abimanyu.
Mereka yang mendengarnya sontak mengalihkan pandangan pada Abimanyu dan Naya.
"Genius? Meretas?" Kania terkekeh. "Tentu tidak, Kek! Aku hanya suka bersikap seperti ini," jawab Naya dengan bersikap tenang.
Abimanyu merasa masih tidak puas dengan jawaban cucunya. Tapi, dia memilih untuk diam saja.
"Tapi, Nak. Daddy kamu sudah sangat menderita selama ini." Elena mencoba untuk meluluhkan hati cucu perempuannya.
"Masih kurang!" ucap Naya dengan suara dingin. "Aku tau kau sangat menyayangi putramu, Nek. Tapi, di mataku, itu semua masih kurang!"
"Apakah kalian tidak ingin pulang? Biar kami saja yang menjaga Pak Alden di sini," ucap Rara yang sudah merasakan suasana tidak enak. Rara sendiri heran kenapa putrinya memiliki mulut yang sangat tajam. Seingatnya dia tidak pernah setajam itu saat berbicara, dan Alden sendiri tidak pernah sedingin itu pada orang-orang. Jadi, sifat siapa yang menurun pada putrinya?
"Baiklah, kita pulung dulu, Ra. Jaga diri kamu baik-baik, ya!" ucap Elmira pada putrinya.
Mereka semua lalu pergi dari ruangan tersebut, sehingga menyisakan Rara, Kelvin, Kanaya, dan Alden di dalam ruangan tersebut.
"Eughh."
.
.
.
.
Mungkin persen'an Austin lebih tinggi bisa sama Rara untuk saat ini. Tapi bukan berarti persen'an Alden selalu dibawah.
bs kalii dipakai disesuaikan dgn bahasa anak2 seusianya/Grin/