"Bagaimana jika orang tua kita tahu kita pernah memiliki hubungan?"
"Jangan sampai mereka tahu, ingat hubungan kita sudah berakhir! Sekarang, kamu sudah di miliki orang lain!"
"Hubungan rahasia kita, masih bisa berlanjut bukan, Chiara?"
Rajendra dan Chiara kembali bertemu setelah tujuh tahun lama nya mereka berpisah. Pertemuan keduanya, menjadi masalah baru. Di tambah, Rajendra kembali tak seorang diri, melainkan bersama calon tunangannya.
Hubungan Rajendra dan Chiara di masa lalu sangat dekat, sampai orang tak mengira jika keduanya memiliki hubungan yang sangat spesial. Naasnya, hubungan keduanya kandas.
Sekarang keduanya kembali bertemu, mencoba memahami posisi masing-masing dengan menjadi sepupu yang baik. Namun siapa sangka, jika Rajendra tak mau melepas Chiara yang pernah bertahta di hatinya.
"Aku tidak pantas untukmu, tapi aku sakit melihatmu bersama yang lain,"
Di saat cinta mereka bersatu, akan kah orang tua Chiara dapat menerima Rajendra yang hanya seorang anak angkat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Varsha
Malam ini Varsha belum bisa tidur, ia masih memikirkan Rajendra dan juga Chiara. Tatapan matanya beralih menatap Chio yang masih berada di depan layar laptopnya. Pria itu sedang sibuk menangani kasus pasiennya yang akan menjalani operasi.
"Yang, masih sibuk?" Tanya Varsha.
"Enggak, Ayang udah gak sabar ehem-ehem yah? Sabar bentar yah, aku selesaikan kerjaan dulu." Ucap Chio yang maan membuat Varsha menepuk keras lengannya.
"Aaww apa siiih, sabar sebentar loh Yaaang! Adekku juga gak bakal kabur kok!" Pekik Chio mengusap lengannya yang terasa perih.
"Bukan ituuu! Ih kamu pikirannya ke sana terus sih!" kesal Varsha.
Chio tersenyum, ia menc0lek dagu Varsha berniat menggodanya. Varsha yang masih kesal menepisnya dengan delikan mata tajam.
"Terus Ayangku ini mau apa hem?"
"Aku mau tanya soal Chiara sama Rajendra." Ucap Varsha yang merubah raut wajah Chio.
"Kenapa bahas Rajendra?"
"Ck, mulaaai! Aku cuman mau tanya, mereka ada hubungan apa? aku lihat, Rajendra dan Chiara hubungan mereka tuh lebih dari sekedar sepupu. Apalagi Rajendra, dia selalu natap Chiara kayak tatapan kamu ke aku." Terang Varsha yang mana membuat Chio mengerutkan keningnya dalam dan mencoba memahami maksud istrinya.
"Maksud kamu keduanya ada hubungan gitu?" Tebak Chio.
"Ya seperti itu, kan aneh aja kalau ...." Tiba-tiba Chio tertawa eras, Varsha heran dengan itu.
"Kok ketawa?"
"Lagian kamu nih aneh! Chia sama Jendra dari dulu emang deket. Mereka sering tidur sekamar bahkan saat kecil dulu. Chiara apalagi, kalau sakit maunya di gendong Jendra. Astaga, mereka itu udah kayak kembar beda pabrik aja. Jendra juga udah punya calon istri, ya gak mungkin lah." Terang Chio.
"Itu saat kecil kan? Saat besar yah gak wajar lah Yang!" Kesal Varsha masih tak terima.
Chio mengangguk, ia meraih segelas air putihnya dan berniat meminumnya. "Udah besar yah enggak lah, Chia juga lan mulai jaga jarak."
"Tapi beberapa waktu lalu aku lihat Jendra keluar dari kamar Chiara,"
"HAH?!"
.
.
.
Chiara kembali ke perusahaan, tetapi selama beberapa waktu ini ia hanya mengerjakan pekerjaannya satu ruangan bersama karyawan lainnya, tak lagi bersama Rajendra. Yah, setidaknya beberapa hari ini pria itu tak mengganggunya entah karena apa.
"Chia, kamu ke kantin gak?" Tanya Intan selalu teman baru Chiara di kantor.
"Kayaknya enggak deh, aku bawa bekal." Balas Chiara sambil menunjukkan bekalnya.
"Begitu yah, yasudah ... aku ke kantin yah." Wanita berkaca mata itu akhirnya pergi meninggalkan Chiara.
Karena sudah waktunya jam makan siang, Chiara memutuskan untuk memakan bekalnya. Ia tak makan di kantin, sebab makanan di sana tak masuk dengan lidahnya. Entah karena apa, bagi Chiara rasanya sangat aneh. Dia meminta Serra untuk membuatkannya bekal.
"Mami memang terbaik! Walaupun sudah seperti singa, tapi Mami sangat tahu apa kesukaanku." Gumam Chiara dengan senyuman merekah. Ia lalu melahap makanannya dengan semangat sampai pipinya menggembung.
Brak!
Baru saja ia bisa menikmati makanannya, Chia tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba menggebrak mejanya dengan tumpukan berkas. Ia baru mengangkat pandangannya dan menatap seorang wanita dengan make up yang tebal meletakkan tumpukan berkas di dekatnya.
"Selesaikan ini semua." Titahnya. Tentu saja Chiara tak terima.
"Mba dempuuuul. Ini bukan kerjaan saya, Mba dong yang kerjain masa saya." Ucap chiara dengan berani.
Brak!
"Berani kamu dengan saya hah?! Mau saya laporkan atasan? Kena masalah, habis kamu!" Ancamnya.
Chiara tak mau berurusan dengan Rajendra, ia memilih untuk mengerjakan itu walaupun sambil menggerutu kesal. Akhirnya, ia tak dapat memakan abis makan siangnya. Satu hal yang paling Chiara kesalkan dalam hidupnya, dia tak suka acara makannya di ganggu.
"Setelah ini, aku akan meminta Papi memecat nenek rom.beng itu." Gerutunya.
Sambil mengerjakan, Chiara menikmati coklat panas yang ia buat tadi. Tapi sayangnya, coklat panasnya sudah habis dan dia butuh coklat panas kembali. Jadilah, Chiara memutuskan untuk membuatnya di dapur kantor.
"Maaf, bisa aku tahu dimana ruangan Pak Direktur?"
Chiara menghentikan langkahnya, ia berbalik memandang gadis yang tak asing di matanya. Yah, gadis itu adalah Berlina. Kenapa bisa dia datang ke perusahaannya ini dan mencari Rajendra? Kebingungan Chiara, terjawab saat melihat rantang makanan yang Berlina bawa.
"Aku tidak tahu." Jawab Chiara cuek, dia tak mau berurusan apapun mengenai Rajendra.
"Kamu Chiara kan?"
"Ya?" Chiara menaikkan satu alisnya, menatap Berlina yang tersenyum ke arahnya.
"Rajendra belum makan sejak kemarin, dia sedang tidak enak badan. aku pikir, untuk membawakannya sup. Jika kedatanganku menggaggu jam kerjanya, bisa aku menitipkan sup ini untuknya?"
Chiara terdiam, menatap rantang yang di pegang oleh gadis itu. Penampilan Berlina sangat sederhana, hanya mengenakan rok selutut dan juga kemeja berwarna putih. Rambutnya di gerai biasa dan mengenakan bando. Sangat anggun dan sederhana.
"Yah, abang pernah bilang kriteria perempuan yang ia suka adalah perempuan sederhana dan anggun. Gadis ini sangat masuk sekali dengan kriterianya." Batin Chiara.
"Chia, gak boleh yah?"
"Aaah tentu saja, kakak ipar yang menyuruhku bagaimana tidak aku kabulkan?" Chiara langsung mengambil rantang itu dan tersenyum paksa pada Berlina.
"Terima kasih, kamu bisa memanggilku Berlina saja. Juga, aku dan Rajendra belum memiliki hubungan." Ucap Berlina.
Chiara mengangguk, ia akan segera pergi. Namun, tiba-tiba Berlina memanggilnya.
"Chiara!"
"Ya?" Chiara menoleh, menatap Berlina dengan alis yang terangkat satu.
"Heum ... lain kali saja."
Chiara menaikkan bahunya acuh, dia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Belrina sangat aneh, memanggilnya tapi tak tahu mau mengatakan apa.
"Lain kali saja lah aku mengajak Chiara berbicara." Lirih Berlina menatap kepergian Chiara.
Chiara mengetuk pintu ruangan Rajendra, tapi tak mendapat jawaban. Bu Melly juga tak ada di mejanya, jadi Chiara bingung ingin masuk atau menunggu sampai di bukakan. Tapi jika menunggu, waktunya akan habis berdiam diri di depan pintu.
"Oh b0d0 amat lah, nanti tinggal letakin aja di dalam terus pergi." Gumam Chiara meyakinkan dirinya.
Akhirnya, Chiara memutuskan untuk masuk ke dalam. Keadaan ruangan Rajendra sangat sepi, tak ada suara sama sekali. Sampai, Chiara melihat pria yang di carinya tengah tertidur di kursinya dengan kepala yang terletak di atas meja.
"Lah, tidur? Ck, harus laporin papi ini. Tidur di jam kerja akan di denda sepuluh juta dolar. Uangnya nanti, untukku beli motor baru!" Gumam Chiara dengan senyuman merekah.
Perlahan, Chiara mendekati Rajendra. Ia meletakkan rantang yang ia bawa ke atas meja dan mengeluarkan ponselnya berniat mengambil foto. Beberapa kali Chiara mengambil foto Rajendra yang tengah tertidur. Tanpa dia sadari, wajah Rajendra saat ini sudah pucat dengan bibir yang terlihat kering.
"Kirim ke Papi lah, biar di pecat damai lah hidupku." Gumam Chiara, tangan ya bersiap akan mengirimkan foto tersebut.
"Maaf, maafkan aku."
Gumaman Rajendra membuat kegiatan Chiara terhenti, ia menunduk menatap pria yang saat jni bergumam dengan nafas memburu. Di sana Chiara baru sadar jika Rajendra sedang tidak baik-baik saja.
"Bang? Abang!" Chiara menepuk pipi Rajendra, tapi pria itu tak kunjung terbangun.
Cklek!
"Loh, kamu disini?" Bertepatan juga, Dean sengaja datang ke perusahaan untuk melihat hasil kerja putrinya.
"Papiiii! Abang maboook!'
_________
Triple yah😆 mau kesebelah duluuuu😆
pasti chia bakal launching adek baru buat sikembar,siap2 di omelin lagi sama Dean jendra/Joyful//Joyful//Joyful/