Pada tahun 2222, bumi mengalami perubahan karena munculnya sebuah lubang cacing.
Meski bukan hal yang membuat bumi langsung dihancurkan, tetapi kejadian itu membuat perubahan yang sangat besar.
Lubang cacing awalnya menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Namun, siapa sangka, ternyata bukannya menghubungkan ke planet lain atau galaksi lain, lubang itu menghubungkan dengan dimensi lain ... universe lain.
Bumi di kedua sisi dimensi bergabung dengan cara aneh dengan lubang cacing sebagai pusatnya. Bumi menjadi lebih luas daripada sebelumnya. Hanya saja, bukan hanya lebih luas, tetapi apa yang ada di bumi lain juga bergabung dengan bumi ini.
Masalahnya, di dimensi lain, terjadi apocalypse. Bisa dibilang, dunia telah dikuasai oleh zombie-zombie dan makhluk mutan. Sedangkan ras manusia ..
Telah punah!
Ini adalah kisah Ark, seorang pemuda yang tanpa sengaja kembali dari masa depan.
Memiliki tekad agar pemusnahan tidak lagi terulang, dia sekali lagi menapaki jalan gelap dan suram itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Begitulah Kenyataannya
Beberapa jam setelahnya.
"Apakah kalian sudah siap untuk berangkat?"
Ark langsung bertanya kepada Jay dan Stacy. Berbeda dengan penampilan sebelumnya, mereka tampak lebih bersih dan rapi. Seperti biasa, Ark membawa dua katana, satu belati, dan satu tombak. Jay membawa dua pedang dan satu perisai.
Sedangkan Stacy, gadis itu membawa satu pedang dan satu belati.
Menurut Ark, pedang adalah senjata yang bisa dibilang paling mudah untuk dipelajari. Karena ketika mereka telah mempelajari beberapa gerakan dasar menggunakan pedang, mereka bisa langsung terjun ke lapangan untuk menggunakannya.
Sebaliknya, tombak lebih sulit untuk dipelajari. Meski belati mirip pedang, belati terlalu pendek. Kecuali sudah ahli dalam menggunakannya, belati bisa dibilang kurang berguna dibandingkan pedang.
Jadi, Ark memilih untuk mengajari Stacy dasar-dasar menggunakan pedang dan melakukan pertarungan tangan kosong.
Tentu saja, mereka bertiga juga membawa tas. Hal yang membuat Stacy merasa bingung. Karena, selain membawa bekal berupa daging dan air, masih ada banyak ruang. Gadis itu tampak penasaran untuk apa tas tersebut digunakan.
"Kami siap!" ucap Jay dengan penuh percaya diri.
Bukan hanya Jay, Stacy juga mengangguk dengan ekspresi penuh semangat juang.
Melihat mereka berdua, Ark tidak bisa tidak mengangkat sudut bibirnya.
"Kalau begitu, waktunya untuk melihat ... apakah mereka bisa bertahan dalam tiga hari ini atau tidak!"
***
Sore harinya, Ark dan dua orang lainnya sampai ke lokasi dimana mereka seharusnya berjanji untuk bertemu dengan Darin dan Juana.
Melihat suasana yang tampak begitu sepi dan sunyi, Ark memiliki ekspresi datar di wajahnya. Sedangkan Jay tampak agak kecewa, dan Stacy cukup gugup.
"Jadi ... pada akhirnya mereka gagal, kah?"
Ark bergumam pelan. Melihat ke arah Jay dan Stacy, pemuda itu akhirnya berkata.
"Karena mereka tidak selamat, waktunya untuk kembali. Mulai malam ini, kami akan mengajarimu berburu, Stacy!"
"Baik!"
Stacy masih menjawab dengan tegas. Gadis itu sangat bersyukur karena dirinya masih selamat. Oleh karena itu, dia juga tahu bagaimana pentingnya kekuatan dan kecakapan yang harus dimiliki untuk terus bertahan.
"Sepertinya kamu salah, Ark."
Ark langsung menoleh ke arah Jay yang tiba-tiba berkata demikian. Ketika melihat ke arah sahabatnya tersebut, dia melihat Jay menunjuk ke arah tertentu. Pada saat itu juga, Ark menoleh ke arah Jay menunjuk.
Di sana, tampak sebuah bangunan dua lantai. Dari dalam bangunan yang gelap, sosok Darin muncul dan berjalan ke arah mereka. Hanya saja, penampilannya sudah banyak berubah.
Darin tampak lebih kurus dan pucat. Dia berjalan sempoyongan sambil memegang tombak di tangan kanannya. Pakaiannya compang-camping, dan ... tangan kirinya menggantung lemas. Tampaknya patah dan tidak bisa digerakkan.
Melihat ke arah ekspresi Darin yang datar dan hampa, Ark berkata.
"Tampaknya Darin juga telah melewati banyak hal."
Darin tidak banyak bicara. Pemuda itu hanya terus berjalan ke arah Ark. Sampai di depan Ark, dia jatuh berlutut di lantai.
"Aku berhasil bertahan selama tiga hari."
Mendengar ucapan Darin, Ark membalas dengan nada datar.
"Selamat datang ke kelompok kami."
Setelah mengatakan itu, Ark mengeluarkan air dan daging. Meletakkannya di depan Darin, dia melanjutkan.
"Makanlah."
"..."
Tidak banyak berkata-kata, Darin mulai minum seteguk air lalu makan perlahan. Saat itu, Stacy mendekatinya dan berkata dengan nada khawatir.
"Dimana Juana, Darin? Bagaimana dengannya? Kamu bilang kamu akan melindunginya, kan?"
"..."
Mendengar pertanyaan Stacy, Darin terus makan dalam diam.
"Darin! Kamu—"
"Cukup Stacy. Biarkan Darin beristirahat sebentar. Dia telah melalui hari yang berat."
"Tapi Tuan—"
Ucapan Stacy tercekat ketika melihat ekspresi Ark yang menjadi lebih dingin.
Sementara itu, Ark melirik ke arah Darin sebentar sebelum akhirnya berbalik arah. Berjalan untuk menemukan tempat duduk.
Mengingat sorot mata Darin sebelumnya, Ark memejamkan mata sambil berpikir.
'Keputusasaan karena pengkhianatan, kah?'
Setelah Darin selesai makan dan minum, Ark langsung memanggilnya.
"Datang ke sini, Darin."
"..."
Darin mengangguk ringan lalu berjalan mendekati Ark. Dia berdiri di depan Ark yang duduk di atas kap mobil rusak.
"Jadi, apakah kamu sudah mengerti? Bahkan jika kamu telah memberikan segalanya, terkadang ...
Seseorang hanya akan BERPALING setelah dia menemukan sesuatu yang lebih baik."
"..."
Mendengar ucapan Ark, tangan Darin langsung mengepal erat.
"Dia hanya takut kalian tidak akan kembali."
Darin bergumam pelan.
"Lalu ... Apa yang gadis itu, Juana lakukan?"
"Hari pertama, kami melewati malam yang sangat buruk. Karena kurang beruntung, kami bertemu beberapa zombie. Namun, kami berdua bisa selamat."
Darin berkata dengan nada datar. Namun tanpa sadar, dia menyentuh pundak kirinya.
"Malam dimana kamu harus kehilangan tangan kirimu, kah?"
"Ya." Darin mengangguk.
"Kemudian?"
"Malam kedua, kami melaluinya lebih baik daripada malam pertama. Meski bertemu dengan zombie, kami bisa menghindarinya dengan baik."
"Kemudian?"
"Siang kemarin, semuanya terjadi."
Tangan Darin mengepal erat. Dia menggertakkan gigi dengan ekspresi jengkel.
"Kelompok survivor lain?"
Ark bertanya dengan nada datar.
"Ya. Kami berdua bertemu dengan kelompok lain. Lebih tepatnya, sebuah tim yang terdiri dari lima orang."
"Apakah mereka yang merebut Juana?!"
Tiba-tiba Stacy bertanya dengan nada marah. Namun saat itu juga, suara dingin Ark kembali terdengar.
"Jangan ikut campur, Stacy. Kamu hanya perlu mendengarkan."
"B-Baik."
Ark menatap ke arah Darin.
"Apa yang terjadi setelah itu?"
"Mereka berkata, mereka berada dari kelompok yang bernama Reaver. Mereka menjelaskan bahwa mereka memiliki 25 anggota.
Kelompok itu dibagi menjadi empat tim kecil berisi lima orang untuk mencari makanan dan lima orang untuk menjaga markas. Kebetulan, salah satu yang berada dalam kelompok tersebut adalah sepupu Juana."
"Lalu dia memilih untuk ikut pergi?"
"Ya. Juana bilang, kalian belum tentu akan datang. Selain itu, dia juga bilang, kelompok dimana sepupunya berada jelas lebih kuat karena jumlah anggota.
Aku meyakinkan Juana untuk tinggal. Namun, dia berkata bahwa lebih baik kamu pergi bersama sepupunya. Pada akhirnya, kami memutuskan untuk berpisah.
Bahkan, bukannya kecewa, Juana tampak sangat bahagia ketika pergi. Seolah apa yang kami alami bersama bukan apa-apa.
Sungguh ironis, bukan?"
"Heh ..."
Ark mengelus dagu.
"Kenapa kamu tidak ikut pergi bersama dengan Juana? Bukankah lebih baik bergabung dengan kelompok besar daripada dengan kami."
"Tentu saja tidak!"
"Oh? Kenapa?" Ark tampak menyeringai penasaran.
"Pertama, meski sulit untuk diterima, Juana hanya menggunakan ketulusanku sebagai alat. Kami ... jelas tidak mungkin bersama.
Kedua, dibandingkan dengan kuantitas mereka, kualitas kalian lebih baik. Setelah melihat penampilan Stacy sekarang, aku juga menjadi lebih yakin.
Dibandingkan dengan orang-orang yang juga tampak kelaparan dan hanya mengandalkan jumlah untuk berkata bahwa mereka kuat ...
Kalian benar-benar kuat tanpa harus mengucapkannya dalam kata-kata!
Ketiga, dari mata mereka yang merendahkan, aku yakin mereka semua termasuk dalam kelompok itu sama seperti Myron atau Brad. Belum lagi ketika melihat kondisiku yang sekarang. Tampaknya, mereka sama sekali tidak menganggapku sebagai manusia.
Itulah kenapa aku tinggal, dan sekarang ...
Aku yakin kalau keputusanku tepat!"
Mendengar itu, Ark menyeringai. Senyum dingin dan tatapan tak acuh itu menyapu Darin. Langsung membuat pemuda itu merinding.
Merasa sedang ditatap oleh monster yang lebih mengerikan daripada zombie-zombie yang dia lihat sebelumnya!
"Menarik ... sungguh menarik ..."
Menopang dagu, Ark berkata dengan nada datar dan malas. Melirik ke arah Jay, pemuda itu kemudian berkata.
"Karena ada kelompok lain, tampaknya rencana harus dimajukan, Jay."
Melihat Jay tersenyum dengan niat bertarung kuat dan membara dalam matanya, Ark tersenyum. Melihat mentari yang hendak terbenam, pemuda itu berkata.
"Ini akan menjadi malam yang panjang."
>> Bersambung.
😁😅😂🤣
Cemangat Thor...😁